Senin, 21 Mei 2012
Rekan rekan dianggap Picik Picik
Jakarta, 20 Mei 2012. Teringat Jumat 18 Mei saya berkunjung melihat langsung pelaksanaan turnamen nasional yunior yang sedang berlangsung di Jakarta. Bertemu dengan teman2 di suatu turnamen tentunya cukup menyenangkan sekali. Dan kali ini saya bertemu dengan salah satu panitia yang juga duduk dalam kepengurusan Pelti setempat.
Langsung saya dapat satu kritikan yang cukup tajam dan sepihak. Kenapa saya katakan sepihak karena apa yang ditudingkan itu juga berdampak sebaliknya bagi sipenuding. Dikatakan kalau teman teman di Pelti Pusat itu picik picik cara berpikirnya. Tidak memikirkan turnamen yang bergengsi yang harus dipertahankan dan tidak berkoordinasi. Hal ini terjadi karena ada kekeliruan menurutnya tetapi untuk dunia internasional itu hal yang wajar saja. Dan sudah biasa. Saya pikir sebenarnya rekan satunya ini sudah tahu masalah kebiasaan didunia tenis internasional karena pernah terlibat juga diturnamen internasional. Apakah dia sudah lupa itu lain ceritanya lagi. Maklum karena berkiprah hanya didaerahnya saja, jadi beda pola berpikirnya dengan yang sudah biasa ditingkat nasional dan internasional.
Saya langsung menanggapi karena picik tersebut maka akhir tahun ini semua lengser alias diganti dengan yang berpikiran sepeti dia atau tidak picik. Ha ha ha.
Tetapi begitulah pertenisan ini sering beda pendapat merupakan makanan sehari hari tetapi dengan langsung memvonis kalau lawan bicaranya dianggap picik picik itu lain masalahnya dan sedikit gegabah menurut saya.
Tanpa mengetahui permasalahannya dan ditambah kekuatiran kalau turnamennya itu akan kehilangan peserta atau konsentrasinya maka menurut saya kurang pede saja muncuk kekuatiran tersebut.
Begitu pula sewaktu sebelumnya pernah langsung ajukan keluhan kepetinggi Pelti tentang turnamen yang dibuatnya tidak ingin dibentrokkan dengan turnamen lain provinsi, tetapi minta diundurkan ternyata sudah ada turnamen yang milik saya diprovinsi yang sama dengan turnamen yang dihindarinya tersebut. Disini saya melihat dia tidak konsisten dengan pendapatnya. Awalnya sewaktu saya ditanyakan langsung oleh petinggi Pelti tersebut yang awalnya bisa menerima keluhan tersbut, saya jelaskan bahwa tidak bisa diupungkiri seuatu waktu akan terjadi keinginan pelaksana turnamen membuat turnamen yang waktunya bersamaan. Berbeda pola pikir ini sepuluh tahun silam dimana masih minim turmanen. Jadi saya anggap pola pikirny ini masih ketinggalan jaman. Akhirnya petinggi Peltipun mengerti permasalahannya. Yang penting tidak satu provinsi yang saya rasa bisa terjadi beberapa tahun kemudian. Dan ini tidak bisa dihindari lagi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar