Jakarta, 21 Mei 2011. Dalam perjalanan pelaksanaan Turnamen RemajaTenis yang merupakan gagasan saya sebenarnya belum mulus sekali. Berbagai cobaan saya terima baik dari dalam pelaksana turnamen maupun dari luar. Tetapi karena saya bertekad agar RemajaTenis harus jalan melawan kendala kendalanya ,yang konsepnya saya buat maka untuk kontrol lebih baik sehingga saya serahkan pelaksanaannya kepada yang lebih muda muda. Maka saya minta kepada rekan rekan pelaksana baik dari Tournament Director, Referee dan Assiten Referee maupun Tournament desk yang tetap dan tidak berubah ubah dengan tujuan agar tetap berjalan sesuai dengan konsep yang saya berikan. Tetapi saya akan kerja keras mengawasinya. Tahun tahun awal saya masih tidak pernduli jika Referee membuat kebijakan yang menurut saya keliru tetapi telah dilakukaknnya. Begitu terima keluhan maka saya lemparkan kesalahan kepada Referee karena dia penanggung jawab jalannya pertandingan. Tapi saya sadari juga kalau Referee yang ada sekarang ini mendapatkan predikat Referee bukan melalui jalur pendidikan formal. Jadi otodidak, otomatis saya juga merasa perlu mendidik mereka berdasarkan pengalaman saya mengamati kerja ITF Referee selama ini ( sejak 1987 sampai sekarang). Sehingga saya tekankan kepada tim RemajaTenis yang mulai kompak, agar lebih mementingkan pelayanan nomor satu kepada peserta. Saya mulai merubah cara pendaftaran kemudian undian dan order of play semua diungkapkan melalui internet. Mulailah terlihat keberhasilan cara baru ini ditempat tertentu saja karena merubah cara lama ke cara baru tidak mudah sehingga saya tekankan kalau kita harus bersabar mengatasinya.Dalam hal ini cukup melelahkan mengawasinya.
Bisa dibayangkan bagaimana jika tidak berada ditempat pertandingan seperti kejadian di Jakarta ada RemajaTenis sedangkan saya ada di Riau, begitu juga di Ambarawa saya masih di Jakarta atau di Surabaya dan Bantul saya masih di Jakarta. Tetapi karena era modern ini masalah itu bisa diatasi dengan adanya internet maupun telpon.
Keberhasilan atau sebenarnya belum boleh dikatakan berhasil karena masih ada yang belum 100 % puas atas pelayanan tetapi adanya peningkatan pelayanan sudah cukup membahagiakan saya maupun pesertanya. Tapi masih ada juga kejadian2 yang sebenarnya tidak perlu. Seperti keterlambatan hadir sehingga dikalahkan lawannya tanpa tanding. Atlet sendiri juga harus menyadari kewajibannya sebagai peserta, malu bertanya maka sesat dijalan. Saya sendiri bangga dengan orangtua yang berusaha mencari tahu jalan menuju ketempat pertandingan dengan menelpon saya. Pernah kejadian di Bantul, saya masih di Jakarta, terima telpon dari orangtua dari luar Jogja. Minta alamat lengkap lapangan tenis Sultan Agung. Sayapun tidak kalah untuk meyakinkan alamat tersebut, cukup katakan cari saja di kabupaten Bantul kompleks olahraga Sultan Agung. Ternyata lebih lengkap kalau dikatakan Kecamatan PACAR Bantul. Tapi untungnya tidak ada keluhan soal alamatnya.Hal yang sama mengenai alamat lapangan tenis Sekolah Tiara Bangsa maupun EliteClub Epicentrum, masih banyak yang belum mengenal alamatnya.
Karena masalah akomodasi dan transportasi di Bantul, sayapun diantar melihat fasilitas baru di stadion bola Sultan Agung. Ternyata ada 2 ruang yang bisa menampung masing2 30 atlet dengan full AC dan kamar mandinya berserta lockernya. Hanya mencari kasurnya. " Ini bisa disewakan kalau untuk turnamen mendatang kalau dipersiapkan jauh jauh hari." ujar Bambang Supriyadi salah satu orangtua asal Jogja yang mengantar ke Stadion Sultan Agung.
Suatu saat saya pernah diberikan masukan karena saya melihat masih banyak kekurangan yang dilakukan oleh Referee yang sudah terbiasa dengan cara kerja mereka selama ini yang menurut saya sudah tertinggal masanya.
"Bapak coba Referee lainnya sehingga bisa membedakannya." ujar Slamet Widodo. Memang betul juga anjuran ini apalagi sekarang mulai muncul kecemburuan dari rekan rekan Referee lainnya karena kedua Referee dan assisten Referee yang tetap digunakan oleh RemajaTenis dalam setahun lebih banyak bertugas daripada rekan lainnya. Ini saya sadari betul. Bukan berarti RemajaTenis belum pernah menggunakannya karena lebih efisien. Tetapi dalam perjalanannya mereka ini belum menjiwai RemajaTenis dalam misinya. " Kerja Referee RemajaTenis bukan hanya sebagai Referee saja, tetapi karena sebagai dalam kesatuan tim maka bisa saja mereka ini juga turun kelapangan melaksanakan bukan kerjanya seperti bongkar pasang spanduk, ngepel lapangan dll." ujar saya menjelaskan kepada Slamet Widodo selaku Administrator Turnamen PP Pelti. Inilah gaya RemajaTenis. Seperti halnya didalam dunia bisnis maka RemajaTenis memperkenalkan paket murah (dalam pembiayaannya). "Yang penting pelayanannya kepada masyarakat tenis."
Awal awalnya rekan relan di RemajaTenis masih belum menyatu sehingga saya suka mendengar keluhan satu sama lain. Tetapi karena saya mulai lakukan pendekatan dikuti penanganan dari Direktur turnamen dimana saya sudah tidak ikut campur mendalam , tetapi cukup mengkoreksi langsung ke Direktur Turnamen, maka mulailah tampak kekompakan yang muncul karena sudah saling mengerti tujuannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar