Jakarta, 20 Juli 2015. Bicara Tenis
lebih bergengsi Davis Cup by BNP Paribas
karena semua petenis top disetiap negara sangat bangga bisa ikuti Davis Cup
tersebut. Dulu namanya Davis Cup by NEC sekarang menjadi Davis Cup by BNP
Paribas karena perubahan sponsornya saja.
Davis Cup by BNP Parias zone Asia Ozceania
Grup 2 baru berlangsung tanggal 14-16 Juli
2015 di Stadion Tenis GBK Jakarta. Jadwalnya
sebenarnya adalah 17-19 Juli 2015, tetapi karena bertepatan dengan Hari Idul
Fitri maka tuan rumah usulkan diundurkan ke Agustus tetapi ditolak dan
diputuskan 14-16 Juli 2015. Untuk
tingkat dunia, tidak ada turnamen yang bertepatan dengan jadwal Davis Cup ini.
Sehingga minggu lalu adalah minggunya Davis Cup diseluruh dunia yang bersamaan
waktu penyelenggaraannya.
Pertama kali teribat dalam
kepengurusan pertandingan Davis cup tahun 1988 dimana awal Februari Indonesia
melawan Thaiand dan menang 4-1. Sepi penonton saat itu. Nah setelah itu
Indonesia kena penalti sekitar USD 250.00 karena kesalahan panpel tidak
jalankan ketentuan Davis Cup. ITF hanya melihat foto2 lapotan pembukaannya
dimana ada ofisial Indonsia sok mau ikut2 defile didalam acara pembukaan.
Padahal saat itu sudah diberitahu tidak boleh tetapi dasar kepala batu karena
merasa sebagai petinggi Pelti saat itu main masuk saja. Panitia tidak punya
buku pegangan Davis Cup yang selalu dikirimkan oleh ITF, karena waktu itu masih
semrawut alamt sekretariat PB Pelti, belum ada serah terima dari kepengurusan
lama. Sekretariat PB Pelti dimana selama ini dijatuhkan kerumah pengurus
sehingga Panpel tidak terima ketentuan Davis Cup. Perubahan dilakukan setelah
diberitahukan alamat tetap seretariat di Senayan. Dilanjutkan April 1988 dengan
melawan Tiongkok. Menang lagi dan penonton untuk pertama kali memadati stadion
tenis Gelora BK ini. Setelah itu final zone Asia Ocania grup 1 melawan Korea
dan menang 3-2. Lolos ke grup dunai thun 1999. Ini yang paling seru karena
sudah ketinggalan dihari pertama -0-2 tetapi kemudian bisa membalikkan keadaan
menjadi 3-2. Penonton pun histeris beri dukungan kepada Tintus dkk, bahkan
saking senangnya penonton, arloji Rolex milik Tintus bisa hilang lenyap
digondol.
Juli 2015, terlepas dari
kualitas pertandingan yang disuguhkan oleh petenis tuan rumah, yang jadi perhatian
adalah penyelenggaranya sendiri karena ada beberapa kejanggalan didepan mata
yaitu keterlambatan konsumsi pada hari pertama sehingga merugikan pemain kedua
belah pihak. Bahkan keluhan ini ternagkat oleh media oleh pelatih tuan rumah
sendiri.
Dan yang kedua adalah adegan
adu mulut antara panitia dengan pemain tamu dari Pakistan diarena center court
disaksikan oleh mata penonton saat sedang berlangsung pertandingan. Nah,
pertandinganpun terhenti sejenak karena turun tangannya Referee langsung.
Masalah pertama, sebenanya sebelum
hari pertandingan paling lambat hari Senin 13 Jui 2015 sudah ada pertemuan yang
disebut Captain’s meeting dimana yang hadir adalah Non Playing captain kedua
peserta didampingi oleh Team Manager (kalau ada) dan dipimpin oleh Referee
didampingi Direktur Turnamen bersama Ketua Panpel. Pembicaraannya salah satunya
adalah masalah kebutuhan konsusmi peserta untuk disuguhkan Panpel (untuk itu
kehadiran Direktur Turnamen mutlak) di players room maupun didalam lapangan.
Jadi Panpel pun lebih gampang menyediakan kebutuhan mereka berdasarkan
permintaannya. Sebenarnya tidak ada keluhan lagi kalau panpel sigap. Termasuk
pula jadwal penyuguhannya sudah ditetapkan. Nah, kalau sampai terjadi
keterlambatan seperti ini maka kesalahan itu ada ditangan Direktur Turnamen
dibawah kontrol Ketua Panpel
Masalah kedua adalah adu argumentasi
antara Panpel dengan pemain yang dari pihak tamu, maka seharusnya panpel
tersebut mengenal dulu aturan aturan turnamen tenis internasional. Dan sangat
disayangkan saat itu adalah justru panpel apakah itu Direktur Turnamen atau
Ketua Panpel justru duduk bersama tim tuan rumah menjadi suporter dengan nyata
nyata yang sebenarnya tidak diperkenakan bertingkah seperti suporter. Harus
bisa dibedakan kedudukan sebagai petinggi Pelti maupun Panpel. Sebagai manusia wajar
saja ada keinginan besar tuan rumah harus menang dengan memberikan dukungan
seperti lazimnya suporter dengan spanduk2 kecil disela sela pertandingan. Kalau
mau sebagai suporter pindah tempat duduknya ke tribun saja itu lebih etis.
Walaupun sudah dianjurkan oleh rekannya sesama Panpel melalui HT yang setiap
saat melekat ditangan panpel. “Sabar”
Kasus seperti ini baru pertama
kali terjadi, panpel sebenarnya tidak berhak menegur karena bukan wewenangnya .
Jadi wewenang Referee yang harus dihormati. Mungkin pemain Pakistan tidak mau
mendengar apa yang disampaikan Panpel karena merasa wewenang Referee kok diambil alih Panpel. Ada
ketentuan didalam pertandingan dilapangan semua tanggung jawab adalah Referee.Sikap
Panpel duduk bersama tim tuan rumah bahkan menjadi suporter dengan pakaian
Panpel tentunya sudah menyalahi .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar