Jakarta, 9 Jui 2015. Hari ini saya ada janjian ketemu salah satu mantan petenis yunior yang saya kenal dan sering aktip diluar pertenisan lagi sebagai aktivis anti narkoba. Dia ini putra dari pasangan mantan pesepakbola kondang Ronny Pattinasarani yang telah meninggal dunia beberapa tahun lalu. Kebetulan istrinya itu Stella tetangga saya di Makassar. Nama putranya adalah Yerry Pattinasarani.
Sewaktu saya menjadi Sport Manager di Pusat Tenis Danamon sampai menjadi Pusat Tenis Kemayoran, Yerry salah satu murid dari sekolah tenis yang diasuh oleh Tintus Arianto Wibowo di lapangan tenis Kemayoran tersebut. Perjalanannya diasuh pelatih2 seperti Tintu Arianto Wibowo, kemudian ke Bunge Naor dan juga Deddy Prasetyo..
Memang saya tahu kalau Yerry ini pernah terlibat NARKOBA dan sempat direhabilsaikan dan sekarang sebagai aktivis Anti Narkoba.
Sebelumnya saya chatting dengannya di Facebook, dia ingin ketemu sama saya.
Setelah ketemu, kamipun berbicara masalah Narkoba dan Tenis. Kenapa demikian, ternyata dalam pengakuannya disebutkan beberapa nama yang saya cukup kenal masa itu terlibat juga dengan narkoba. Sayapun baru tahu. Ada yang masih tertolong dan ada juga yang sampai kena HIV.
Memang kalau saya perhatikan ini semua akibat dari para orangtua sendiri. Ada orangtua yang sangatt ambisius terhadap anaknya agar menjadi juara tenis. Sehingga jika kalah dalam turnamen maka terima akibatnya. Bahkan ada yang dihajar dengan raket.
Sayapun tidak mau bertanya kenapa dia sampai terjermus di narkoba tersebut. Lebih baik kita bicarakan bagaimana lakukan tindakan preventip saja dan lebih murah dalam beaya jika dibandingkan kalau sudah terjerat narkoba. Banyak juga yang gagal dalam terapinya.
Kemudian saya tergugah juga mendengar tentang masalah ini. Karena sewaktu remaja atlet tenis tidak mengenal lagi dunia lain selain tenis. Memang saya perhatikan waktu itu terjadi pengelompokan atlet atlet dibawah asuhan pelatih pelatih. Yang lebih berbahaya karena ada yang melarang atletnya bergaul dengan atlet lainnya disuatu turnamen. Jadi tidak ada kebebasan bagi atletnya. Dan semua itu diikutinya karena kuatir dikucilkan oleh pelatihnya. Padahal atlet tersebut bayar ke pelatihnya.
Kemudin saya sampaikan kalau sarana turnamen yang saya kelola ini bisa dimanfaatkan oleh aktivis2 anti narkoba digunakan sebagai kampanye anti narkoba. Lahan saya sediakan seperti tempat untuk pameran foto2 tentang narkoba. Dikatakan pula selama ini selalu ditanamkan No Drugs, tetapi tidak Yes . Karena sebenarnya kalau atlet sudah sembuh atau masih dalam rehabilitasi, sering dikucilkan oleh masyaraat sekitarnya. Ini masalahnya. Seharusnya dikembalikan keduianya semula. Bisa main tenis. Atau adan turnamen antar mantan narkoba ini.. Ya, saya persilahkan agar turnamen RemajaTenis dimanfaatkan menjadi ajang untuk kampanye anti narkob. Bisa juga mendatangkan mantan petenis yunior yang terlibat dalam narkoba untuk ikut berbicara dengan adik adiknya sekarang, sehingga atlet tenis maupun para oragtua juga menyadari masalah yang sangat berbahaya saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar