Jakarta, 22 September 2013. Hari Jumat 20 September 2013 saya menyempatkan diri melihat jalannya pertandingan tenis POPNAS 2013 di lapangan tenis Velodrom Rawamangun Jakarta. Saat menunggu acara final ganda campuran dan ganda putri saya sempat negobrol2 dengan rekan rekan pelatih yang berada di Jakarta. Yaitu Roy Morison dan Medi Mulyana.Dan juga peserta dari Sulawesi Utara. Kalau Medi masuk sebagai pelatih tim DKI Jakarta untuk POPNAS 2013.
Saya juga kaget mendengar keluhan datang dari orangtua salah satu peserta dari Sulawesi Utara ketika putranya gagal kefinal tunggal putra. " Bagaimana Om masak itu anak harus main 3 kali dalam sehari." ujar orangtua pemain.
Saya belum menyadari sepenuhnya karena menganggap sebagai alasan kalau kalah. Tetapi ketika ngorbrol dengan pelatih dari Jakarta terungkap juga kalau pengaturan dilakukan leh Referee POPNAS 2013 itusangat keliru sekali. Disebutkan kalau dalam technical meeting dijelaskan kalau setiap hari akan bertandingan maksimal hanya 2 kali saja. Tetapi dalam kenyataan terjadi ada atlet yang bertanding sampai 3 kali dalam sehari. Kesan kurang profesional dari Referee terungkap sudah.
"Kan itu sudah menyalahi aturan pertandinga. Memang Referee punya hal jika ada emergency case maka atas pertsetujuan bersama bisa dimainkan 3 kali." ujar saya kepada mereka.
Memang saya lihat kali ini POPNAS sejak 2012 tidak disiapkan lagi suatu tenaga Technical Delegate sebagai suatu tugas disetiap multi event. Karena yang punya POPNAS adalah BAPOPSI (Badan Pembia Olahraga Pelajar Indonesia) yang pengurusnya mayoritas pegawai Kemenpora RI.
Kesan saya perencanaannya yang belum beres karena tugas dan tanggung jawab adalahTechnical Delegate. Merencanakan sampai detai seperti jadwal pertandingan dari hari ke hari termasuk juga aturan pertandingannya, sedangkan Referee hanya menjalankan program yang sudah dibuat oleh Technical Delegate.
Saat it saya bertemu salah satu rekan saya yang juga pengurus Pengda Pelti DKI Jakarta Drs. Buchary, dan saya ceritakan masalah ini. Tetpai langsung dibantah bahwa tidak betul. Bahkan untuk meyakinkan saya dikatakan kalau dia hadir dalam Technical Meeting sudah diungkapkan masalah 2 kali main dalam sehari. Ya saya tidak mau berdebat karena saya lihat dia serius mengungkapkannya. Tetapi ada kergauan juga dalam diri saya, kemudian saya kembali kepada pelatih tersbut menyampikan bantahan tersbut. " Ya tanyakan saja kepemainnya yang alami hal ini." ujarnya. Ya, maubilang apa ya.
Ada satu lagi yang saya perhatikan disini sehingga kesan saya kurang serisu dalam perencanaannya . Seabagi contoh babak final dimainkan 2 vent final sekaligus di 2 lapangan. Dan lebih seru lagi dimainkan dilapangan yang berdampingan. Ini yang saya lihat kurang serius dan kurang mengjormati final tersbut. Seharusnya dimainkan di satu lapangan saja sehingga semua penonton bisa menikmati pertandingan final, bukan dimainkan bersmaan dalam beberapa lapangan. Ini yang saya maksudkan jika perencanaan dengan baik maka bisa diatur kalau final itu hanya satu lapangan saja walaupun ada 5 event final. Kalau mau !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar