Jakarta, 29 Desember 2011. Setelah selesai pelaksanaan PRA-PON di Palembang dimana telah lolos 4 provinsi baik putra dan putri. Yaitu Kalimantan Barat, Aceh, Papua Barat dan Bali untuk putra. Sedangkan Bali, D.I.Y, Kalimantan Selatan dan Lampung untuk putri.
Nah setelah lolos apakah cukup puas dengan kondisi seperti ini. Saya teringat dengan beberapa daerah diawal tahun 2011 dimana saya hanya bisa berikan nasehat agar mereka bisa ikut Pekan Olahraga Nasional. Ini karena perubahan ketentuan peserta dimana ditekankan usia 21 tahun sehingga membuka peluang bagi daerah daerah bisa ikut PON. Banyak daerah belum pernah ikuti PON sehingga peluang terbuka disaat ada perubahan ketentuan berdasarkan hasil Rakernas PELTI di Jakarta. Dan daerah tersebut berhasil lolos langsung karena atletnya memiliki Peringkat Nasional Pelti (PNP).
Nah jikalau daerah tidak mempunyai rencana menghadapi PON maka akan alami kesulitan.
Sayapun mencoba menyadarkan setiap daerah untuk lakukan sesuatu atau "do something" agar di PON nantinya tidak alami kesulitan dan bisa masuk 4 besar alias medali perunggupun bisa didapat.
Caranya, ya ikuti saja sebanyak turnamen nasional. Tapi jangan lupa Turnamen nasional untuk kelompok umum itu ssngat minim di Indonesia.
Jadi, sebaiknya buat saja turnamen nasional sendiri di kotanya dengan sediakan prize money serendah mungkin. Selama ini kalau daerah saya tawarkan adakan turnamen maka selalu membuat dengan prize money ratusan juta. Memang untuk menarik petenis nasional datang, itu betul. Tapi akibatnya petenis tuan rumah hanya muncul di babak kualifikasi saja atau pemain wild card dan babak pertama tumbang.
Agar tidak menarik atlet nasional kekotanya maka sediakan saja prize money serendah mungkin, misalnya Rp. 10 juta saja, maka petenis nasioanl sekelas Christopher Rungkat tidak akan datang. Tetapi yang pasti petenis yang ikut PON akan berdatangan untuk menaikkan PNP mereka.
Dengan budget yang kecil maka atletnya sendiri bisa menikmatinya. Yang jadi masalah sekarang kalau daerah buat Turnamen tenis selalu budgetnya sampai ratusan juta rupian. Disinilah masalahnya. Kenapa harus habiskan dana sebesar itu, ya karena mereka menurut pendapat saya kurang memahami. Mau irit bisa saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar