Jakarta, 15 Agustus 2010. Melihat perkembangan tenis disetiap turnamen selalu ada saja peristiwa peristiwa yang mengecewakan masyarakat tenis. Khususnya jika disetiap pelaksanaan Turnamen kelompok yunior yang tidak terlalu mudah dilaksanakan. Sebagai penanggung jawa turnamen adalah Referee yang ditunjuk oleh PP Pelti maka saya mulai menginventariser kelemahan kelemahan selama mereka menjalankan tugas. Bisa dibayangkan jika sampai Direktur turnamen bersama Referee belum bisa kerjasama dengan baik, maka apa jadinya turnamen tersebut. Inipun pernah terjadi. Belum lagi masalah undian yang kelihatannya tidak sulit karena sudah ada cara caranya.
Tetapi semua kesalahan tersebut tidak bisa dijatuhkan sepenuhnya kepada rekan2 Referee, karena mereka ini belajar menjadi Referee sendiri tidak melalui suatu penataran. Ya disebut Otodidak saja. Saya sendiri belajar mengikuti cara cara Referee dengan Learning by Doing saja. Melihat apa saja yang sering dilakukan oleh Referee asing disetiap Turnamen internasional di Indonesia.
Saya melihat kekurangan seperti ini sehingga terpacu untuk membenahinya karena dianggap belum memenuhi , apalagi sudah dimintakan langsung oleh Ketua Umum PP Pelti didalam rapat resmi PP Pelti bulan Juni lalu.
Kebutuhan Referee TDP sudah pernah saya kemukakan kepada rekan yang bertanggung jawab atas Referee tersebut, tetapi kenyataan belum ada kelanjutan atas permintaan tersebut. Bahkan saya mencoba mendidik seorang wasit nasional untuk menjadi Referee. Bisa sih bisa tetapi masih banyak kendalanya dari wasit nasional tersebut. Bisa dibayangkan tidak mau menggunakan komputer sebagai alat bantu kerja yang tujuannya memudahkan. Ternyata sudah terbiasa tanpa komputer. Ada yang gugupan jika bekerja didepan banyak orang.
Mulailah saya coba kumpulkan kekurangan kekurangan selama diturnamen tersebut. Mulai dari kebiasaan merokok yang sudah merupakan larangan bagi setiap wasit, Referee maupun petugas turnamen untuk merokok diarea pertandingan. Kenyataannya saya perhatikan cukup banyak yang melanggarnya.Saya perhatian banyak Referee asing yang perokok berat, tetapi didalam menjalankan tugasnya tidak pernah merokok diarea pertandingan.Apa yang dilakukan adalah menjauh dari lingkupnya untuk tidak dilihat oleh penonton, petenis maupun yang lainnya. Tetapi petugas kita secara terang terangan merokok didepan peserta maupun petugas lainnya. Ini merupakan masalah.
Saya mendapatkan dari Tennis Australia yang telah memiliki Code of Conduct bukan hanya untuk pemain tetapi ada juga untuk pelatih dan petugas pertandingan.
Saya akan coba terjemahkan dan mengadop aturan seperti ini. Jika nanti untuk petenis akan saya publikasikan code of conduct yang sudah ada di Ketentuan TDP melalui spanduk disetiap turnamen RemajaTenis. Hal yang sama juga untuk orangtua maupun pelatih juga ada code of conduct dibuat Tennis Australia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar