Jakarta, 10 Juli 2010. Sewaktu berada di Banjarmasin dalam rangka kegiatan turnamen nasional Remaja Suzuki Cup (27-30 Juni 2010) ada kejadian lucu. Karena sudah lama tidak naik sepeda motor, ada keinginan saya menggunakannya karena ingin kelapangan KOREM dari lapangan tenis Dharma Praja. Ini kejadian tanggal 30 Juni 2010. Karena siangnya mau kembali ke Jakarta dimana pukul 16.00 ada rapat persiapan Davis Cup by BNP Paribas antara Indonesia dan Thailand( 9-11 Juli), saya harus kembali ke Jakarta.
Saat itu saya meminjam salah satu sepeda motor rekan pelatih di Banjarmasin. Ternyata sepeda motor automatic. Saya pernah menggunakan sepeda motor ini beberapa puluh tahun silam. Saya coba start, tidak bisa . Kok aneh biasanya harus versneling bebas dulu. Karena motor sekarang berbeda, dimana kalau mau start maka rem ditekan ( tangan kiri) baru bisa bunyi motornya. Kemudian saya berpikir kalau tangan kiri hanya untuk start. Sayapun tanya kalau rem yang mana. Disebutkan tangan kanan.
Kemudian naiklah dengan sedikit kaku, dan begitu mau masuk ke lapangan KOREM saya berbelok kekiri dan laju sepeda motor mau saya kurangi. Motor seperti scooter maka langsung teringat rem belakang adalh dikaki. Kaki cari cari rem tidak ada, langsung rem ditangan kanan. Akibatnya tahu sendiri waktu belok kekiri kendaraan masih miring dan rem kanan itu adalah rem roda depan. Akibatnya terpeleset. Untuk menghindar cidera, secara refleks saya lansgung koprol saja. Ingat waktu mahasiswa sempat iktui latihan militer melalui Resimen Mahasiswa (Menwa) Mahasurya. Semua penonton hanya diam saja karena dianggapnya itu yang terguling itu yang empunya motor. Sewaktu saya buka helm, langsung terdengar suara om ferry, langsung berhamburan mereka keluar dari lapangan. Waduh malunya itu. Ini peristiwa untuk kedua kalinya saya jatuh dari sepeda motor.
Yang pertama kali sewaktu kulaih di Surabaya , diperkirakan tahun 1965 waktu itu. Saya naik scooter meliwati truk tentara ( roda 10). Begitu lewat ternyata ada lubang dan scoterpun oleng dan masuk kekolong mobil. Sayapun koprol langsung kepinggir lapangan. Akibatnya lecet lecet ditangan dan diatas mata kiri. Maka masuklah ke UGD RS Dr Sutomo , waktu itu di Simpang. Ingat malamnya mau pesta Kawanua (PISOK), di UGD saya dikerjain oleh senir seniro saya. Sebenarnya muka bisa diplester saja karena kecil tetapi dibikinnya seperti luka parah. Verban melingkar muka, dan tangan diverban melingkar. Yang jadi masalah bukannya verban ditangan karena bisa pakai jas kalau mau pesta, tetapi muka dilingkari sehingga kesannya luka parah. Batal sudah rencana mau pestanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar