Jakarta,22 Mei 2010. Kalau dulu dikatakan petenis Indonesia butuh kesempatan ikut turnamen internasional, sehingga bisa menaikkan prestasi petenisnya, maka saat ini sudah berbeda sekali. Saat itu Pelti sendiri menggelar turnamen internasional. Waktu itu saya masih ingat di tahun 2000, ada 6 turnamen internasional putra dan 6 putri artinya prize moneynya sudah keluar US $ 120.000. Ini hanya prize money , belum lagi penyelenggaraannya. Karena pemenangnya itu seluruhnya dari Luar Negeri sehingga turnamen internasional khusus putra dihilangkan.
Teringat di tahun 2000, saya banyak membaca berita di media cetak keluhan datangnya dari petenis maupun pelatih, kalau petenis Indonesia kekurangan turnamen. Bahkan sampai saat ini kalau berbicara dengan rekan mantan petenis nasional Donald Wailan Walalangi selalu berteriak kalau kita ini butuh turnamen internasional di Indonesia. Memang betul sekali statement tersebut, walaupun tidak sepenuhnya benar. Kenapa?. Coba kita lihat tahun beberapa tahun lalu di Indonesia pernah ada 6 turnamen internasional khusus putra dan juga khusus putri. Kemudian ditahun berikutnya dihapuskannya turnamen internasional putra tersebut karena prestasinya tidak ada alias juaranya dari luar negeri.
Kemudian ditahun 2008 ataupun 2009, ada event organizer selenggarakan Turnamen nasional dengan hadiah aduhai yaitu Rp 150 juta. Tujuannya waktu itu adalah memberikan lahan turnamen kepada petenis nasional yang sangat "haus" turnamen. Dengan kumpulkan uang sebanyak mungkin bisa digunakan sebagai modal ikut turnamen internasional. Tetapi apa jadinya, khusus putra. Pernah ada Men's Futures di Manado, yang ikut petenis Indonesia hanyalah 2-3 yang masuk dalam tim nasional, artinya dibiayai oleh Ketua Umum PP Pelti. Yang lainnya tidak ikut.
Sayapun pernah mencoba bertanya waktu itu kepada salah satu petenis nasional tersebut, kenapa tidak ikut ke Manado. Bisakah dibayangkan jawabannya, yaitu nanti aja ikut TDP Nasional yg sediakan hadiah Rp. 150 juta. Kebetulan turnamen tersebut jaraknya dengan Men's Futures di Manado sekitar dua minggu didepan.
Sayapun maklum saja, karena kalau ikut Men's Futures harus keluar dana dulu seperti bayar IPIN ( USD 45), belum tentu masuk babak utama (karena tidak ada peringkat dunianya). Belum lagi tiket pesawat ke Manado (artinya harus keluar minimal Rp. 2 juta, belum lagi hars sediakan dana akomodasi di Hotel.
Belum betanding saja sudah harus keluar jutaan rupiah. Dan belum tentu bisa lolos kebabak utama, artinya tidak dapat prize moneynya.
Jadi jika dikatakan butuh "kesempatan" ikut turnamen internasional khususnya putra, untuk tingkatkan prestasinya juga tidak benar lagi. Diberikannya jatah wild card sewaktu ikut turnamen diluar negeri, tetapi hasilnya selalu kalah dibabak pertama.
Akibatnya lihat fakta saat ini ,petenis peringkat nomor satu Indonesia, ternyata peringkat dunianya ATP-1708. Bayangkan peringkatnya diatas seribuan. Ini belum pernah terjadi selama ini. Kenapa begitu ya ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar