Jakarta, 8 Maret 2020. Tulisan mengenai topik Rakernas 2020 telah ditanggapi dengan nada ancaman oleh salah satu peserta, tetapi tidak semua itu punya respons seperti itu .
Prihatin juga, maksud tulisan tersebut untuk kebaikan tenis, hanya saja mungkin cara penulisan nya kurang halus. Ancaman secara halus dikatakan efek dominonya AFR tertutup kemungkinan adakan Turnamen didaerah.
Ya kalau itu masalahnya sangat sayang pikiran picik tersebut berlaku didaerah daerah, Sedangkan petenis daerah butuh turnamen sedangkan Pelti sendiri belum aktip selenggarakan seperti yang dikeluhkan orangtua atlet terhadap minimnya turnamen didaerah.
Mereka berterima kasih keberadaan AFR dengan turnamen turnamen didaerah. Semoga sadar sedikit karena akibat ketersinggungan belaka menyampaikan ancaman tersebut. Kesannya sedikit arogan.
Ya kalau itu masalahnya sangat sayang pikiran picik tersebut berlaku didaerah daerah, Sedangkan petenis daerah butuh turnamen sedangkan Pelti sendiri belum aktip selenggarakan seperti yang dikeluhkan orangtua atlet terhadap minimnya turnamen didaerah.
Mereka berterima kasih keberadaan AFR dengan turnamen turnamen didaerah. Semoga sadar sedikit karena akibat ketersinggungan belaka menyampaikan ancaman tersebut. Kesannya sedikit arogan.
Maksud tulisan tersebut menceritakan keadaan yang dilihat sendiri bukan katanya. Sehingga memberanikan diri mengajukan permohonan untuk diundang resmi sebagai peninjau untuk membuktikan dampaknya dimana fun games atau friendly games diikutkan disela sela atau sebelum acara rapat. Memang tidak semua peserta seperti itu, tetapi suasana membawa larut dalam acara tersebut. Bahkan ada yang bekerja sampai larut malam karena tidak ikut main tenis, tetapi tugas merumuskan tugas yang belum selesai.
Kedepan apa yang akan terjadi. Maka daerah mengirimkan wakilnya yang status pelatih atau petenis aktif sebagai utusan Rakernas. Syukur syukur pelatih atau pemain aktif itu anggota Pengurus Provinsi. Kemungkinan ini bisa saja terjadi. Pulang bisa bawa hasil dari friendly games. Siapa yang tidak mau dapat Rp 6 juta sebagai juara dan runner up Rp 4 juta. Bahkan pemain yang kalah dibabak pertama mendapat hadiah ibarat pertandingan tenis pro. Ada yag beri koemntar , kenapa hadiah tersebut diberikan kepada turnamen resmi . Keadaan sekarang butuh turnamen kelompok umum
Banyak hal yang harus dibicarakan sebagai kendala kemajuan tenis di daerah. Karena keterbatasan waktu akibat fun games tersebut. Dalam pembicaraan dengan peserta terungkap masalah yang terjadi didaerahnya, Seperti tidak aktip nya Ketua Pengprov Pelti. Ada yang setelah dilantik atau belum dilantik . Begitu juga pindah kota. Seharusnya dibicarakan dalam komisi A tetapi AFR tidak mengetahuinya hasil dari komisi A Syukur2 dibicarakan sehingga roda organisasi daerah bisa jalan. Bahkan ini terjadi didaerah potensial ibarat anak ayam kehilangan induknya.
Begitu juga daerah tidak memiliki pelatih yng kualified terungkap pula. Mayoritas daerah minim turnamen maka dari itu sebaiknya diungkapkan dalam Rakernas apa solusinya. Bisa saja solusinya bantuan dari PP Pelti baik 100 % atau 50 % bantuannya. Mungkin bisa dimulai dengan Referee tanggungan PP Pelti baik honor maupun akomodasi.
Dulu tahun 1990. sewaktu Ketentuan TDP Nasional diperkenalkan , AFR diutus sebagai Supervisor TDP dimana semua beaya tanggungan dari PB Pelti sehingga tidak membebani penyelenggara.
Ada idea baik yaitu sewaktu AFR berbincang bincang dengan Ketua Pengprov Pelti, Dikatakan anggota Pengurus Pusat Pelti banyak dari Kementerian PUPR. Kenapa tidak bisa mereka berikan projek PUPR ke Pengprov Pelti sehungga bisa ikut kontribusi di Pengrov, Ini solusi dalam kesulitan dana, Apakah sidah dibicarakan di Komisi A
Permasalahan daerah sewajarnya diungkapkan dalam Rakernas Pelti sehingga bisa dicari solusinya Itu salah satu maksud adanya Rakernas. Bagaimana program kerja Pelti bisa berjalan sedangkan roda organisasi macet.
AFR tidak ikuti sidang Komisi A yang bicarakan masalah organisasi dan dana. Ternyata anggota komisi A ada yang tidak ikut dalam acara fun games bahkan harus merumuskan hasil kerja. Kerja berat untuk mensukseskan Rakernas ini.
Kalau ada yang tersinggung maka dengan sepenuh hati AFR minta maaf karena terlalu vulgar penulisannya. Tetapi tidak bermaksud memojokkan nama baik seseorang tetapi demi kebaikkan kita bersama terutama pelaku pelaku tenis. Karena banyak keluhan dari orangtua petenis yang diterima AFR keluhan karena akibat tidak lancarnya organisasi tenis di daerah.
Berdasarkan pengalaman AFR sejak 2009 menjalankan turnamen Remaja Tenis di 22 provinsi yaitu Sumut, Sumbar, Riau, Jambi, Sumsel, Lampung, Babel, Kalbar, Kalteng, Kalsel, Kaltim, Sulut, Sulteng, Sulsel, Papua, NTB, Jatim, DIY, Jateng , Jabar, Banten dan DKI Jakarta keluhan terhadap kinerja Pelti dan minimnya TDP didaerah tersebut sudah sering diterima. Jadi AFR berdasarkan pengalaman mendengar langsung dari masyarakat tenis. Bahkan pengalaman selenggarakan TDP Junior RemajaTenis bukan hanya diibukota provinsi tetapi di kabupaten kabupaten. Tercatat di Payakumbuh, Pelalawan, Sekayu, Tg Enim, Bandar Jaya Lampung Tengah, Sumbawa Besar NTB, Banyuwangi, Cirebon, Bantul, Tegal, Blora, Solo, Ambarawa, Sumedang, Bogor , Cibinong. Cilegon
Kesempatan disalurkan dalam Rakernas Pelti sewajarnya dilakukan. Sekarang kembali kepada NIAT pelaku tenis di Tanah Air baik yang duduk dalam organisasi maupun diluar masih maukah memperbaiki kinerjanya.
Kita yakin masih banyak yang mau memperbaiki Tenis Indoesia. Kita hatus optimis/ Bravo Tenis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar