Setelah itu sudah harus lebih cerdik menghadapinya, karena waktu persiapan hanya 12 bulan untuk mengejar prestasi mengejar medali . Persiapan PON butuh beaya , tugas bersama KONI Provinsi Sumatera Selatan dan Dispora Provinsi bersama Pengprov Pelti Sumatra Selatan
Tenis, walaupun olahraga tak terukur tapi bisa dicari patokan ukuran untuk mengejar ponit peringkatnya untuk undiannya. Dari Referee untuk memakai undian adalah Peringkat Nasional Pelti (PNP), Yang bisa didapat melalui turnamen nasional (TDP) Kelompok Umumnya, Makin sering ikuti TDP Kel Umum maka makin tinggi pointnya.
Kesempatan ikuti TDP Kel Umum hanya sedikit karena saat ini justru makin galak kelompok yunior bisa bayang kan ada sekitar 60 an TDP Kelimpok Yunior dalam kalender PP Pelti.
Nah , untuk Kelompok Umum ternyata hanya 6 TDP untuk tahun 2019. Dan mayoritas diluar Sumatra.
Tapi dalam hal ini bisa dibuat sendiri dengan status TDP Kelompok Umum. Kenapa Pelti Sumatra Selatan tidak menbuat TDP Kelompok Umum sejak dilantik Pengprov Pelti Sumatra Selatan, belum pernah bikin turnamen TDP Kelompok Umum, justru menonjol buat kelompok Veteran/.
Sudah waktunya Pengprov Pelti Sumsel selenggarakan TDP Kelompok Umum dengan prize money Rp 50 juta saja, Biasanya ada pemikiran prestise belaka buat dengan prize money Rp 100 juta, Akibatnya petenis dari Jawa datang berbondong bondong sehingga petenis tuan rumah yang praktis memiliki peringkat yang lebih rendah tidak bisa ikut karena tida memiliki PNP .
Andaikan dibagi dua setiap turnamen Rp 50 juta maka bisa selenggarakan 2 kali. Coba selenggarakan TDP Kelompok Umum prize money Rp 50 juta sedangkan putri cukup prize money Rp 10 juta. Bagaimana dengan beaya pelaksana, tentunya juga bisa dibuat seminimal mungkin , tidak perlu anggota panitya seabrek abrek, cukup tenaga Referee, Direktur Turnamen dan Tournament desk atau turnament staf. Paling banyak 6 ( enam ) orang Dan wasit 9 orang saja, Beaya tidak lebih dari prize money, bahkan lebih rendah, Buatlah Panitya seminimal mungkin karena kalau Panitya besar sekali beayanya. Kendala selama ini adalah panitya sebesar mungkin yang pasti kurang efisien ,
Ataupun bisa diselenggarakan setiap prize money Rp 40 juta Putra dan Ro 10 juta Putri.
Kumpulkan Pelti Kabupaten dan Pelti Kota. Sebagai contoh Kabupaten Musi Bayuasin (Muba), Lahat, Baturaja. Kota Palembang dengan nama turnamen Piala Buapti Muba , Piala Buapti Lahat, Paia Bupati Baturaja, Walikota Palembang, belum lagi Bupati Ogan Ilir
Disamping itu bisa juga dibuat Piala Gubernur Sumatra Selatan, dengan prize meney Rp 100 juta atau pun sama Rp 50 juta, Belum lagi gunakan kesempatan Muspida Sumatra Selatan, sebagai contoh Piala Kapolda Sumatra Selatan sebagai pencinta olahraga tenis,
Tujuannya selain bisa mengangkat petenis PON Sumut di PON 2020 , juga secara tidak langsung mengangkat tenis Sumatra Selatan yang sudah memilik sarana internasional Stadiun Bukit Asam Jakabaring Sport City Palembang yang minim kegiatan, Sudah dirangsang oleh PP Pelti tapi belum bergerak juga.
Harus diakui kendalanya adalah kepentingan politik belaka . No Action Talk Only. Hilangkan sudah cerita besar yang ada, masyarakat tenis butuh action, Demi tenis kapan lagi kesempatan Sumatera Selatan dalam PON 2020 akan memetik medali emas apapun bentuk medali tersebut emas , perak , perunggu. Kapan lagi dalam sejarah PON dimana Sumatra Selatan bisa berprestasi. Kami hanya bisa menghimbau....semua terpulang kembali kepelaku pelaku tenis di Sumatra Selatan , mengenal pelaku tenis sejak PON 2004 Palembang
Wong Kito .....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar