JAKARTA, 29 Desember 2015. Dalam pembicaraan pertilpon hari ini dengan salah satu pelaku tenis didaerah ada kesepakatan dalam persepsi menyelamatkan tenis Indonesia. Akibat dari kurang pedulinya atau menganggap enteng permasalahan yang terjadi oleh petinggi petinggi tenis di induk organisasi tenis Indonesia yaitu Pelti.
Masalah utama adalah internal communiction dalam oragnisasi Pelti belum lancar akibat tidak satu visi dan misi dalam menjalankan PP Pelti. Roda organisasi tidak dijalankan sebagai organisasi lazimnya.
Apalagi setelah mendapat pertanyaan dari rekan2 Pengda masalah Rapat Kerja Nasional Pelti yang merupakan satu kewajiban PP Pelti sesuai amanat Munas Pelti 2012 maupun AD ART Pelti 2012-2017
Kemudian pertanyaan tsb diteruskan kepada Ketua Umum PP Pelti. Dan mendapatkan jawaban kalau Rakernas itu bukan prioritas tetapi prioritasnya adalah Pra PON dan dianggap tidak urgent berbicara tentang Rakernas. Lupa kalau itu adalah kewajiban,. Memang akhirnya terungkap kesulitan dana sebagai penyebabnya.
Melihat hal ini ketidak pedulian PP Pelti terhadap Rakernas maka sudah waktunya dilakukan penyelematan terhadap pertenisan Indonesia.
Masih banyak kepentingan nasional yang harus dikerjakan dibandingkan kepentingan pribadi pribadi petinggi Pelti saat ini dijalankan oleh petinggi Pelti lainnya tanpa atau disadari oleh Ketua Umum PP Pelti yang justru menjerumuskan Pelti sendiri.
Alangkah indahnya kalau pelaku pelaku tenis di Indonesia ini mau berembug memberikan pendapat yang bisa digunakan sebagai masukan kepada Ketua Umum PP Pelti yang saat ini ibaratnya mendapatkan bisikan bisikan yang membuat petinggi Pelti sendiri jadi bingung. Selama ini harus diakui kalau Pelti hanya memikirkan atau fokus kepada hal hal yang sangat micro dimana sebenarnya bukan tugasnya tetapi tugas Pengda ataupun Pengcab Pelti.
Bisa dibayangkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga 2012 - 2017 itu baru selesai dicetak diakhir tahun 2015, sehingga belum atau tidak sampai diteruskan kepada Pengda Pelti seluruh Indonesia.
Betapa pentingnya AD ART tersebut karena didalamnya tercantum pula Pokok Pokok Program Kerja Pelti 2012-2017. Seharusnya AD ART itu sudah harus selesai dalam waktu 3 bulan setelah alami revisinya, sedangkan sekarang sudah 3 tahun belum terdistribusi dengan baik.
Kepedulian masyarakat tenis bisa diwujudkan dalam suatu rembug nasional merumuskan permasalahan yang ada dan penyelesaiannya. Jangan lupa kalau tahun 2016 ada big event nasional yaitu Pekan Olahraga Nasional XIX di Bandung kemudian harus dihadapi pula tahun 2017 PON Remaja dan SEA Games , kemudian tahun 2018 ada Asian Games 2018 sebagai tuan rumah.
Ini suatu tawaran positip yang bisa dilakukan oleh pelaku pelaku tenis diluar organisasi tenis yaitu Pelti. Ini bukan aksi liar tetapi sebagai pelaku pelaku tenis didalam masyarakat tenis punya hak untuk memberikan masukan positip kepada PP Pelti sehingga tenis Indoneia tidak terpuruk.
Memang seperti apa yang dikemukakan oleh mantan Ketua Umum PP Pelti ( 2002-2012) adalah sangat tidak elok jika terjadi Musyawarah Nasional Luar Biasa seperti yang akhir akhir ini didengungkan oleh masyarakat tenis.
Marilah kita coba dengan cara sesuai dengan jalur organisasi agar bisa menyadarkan kekeliruan atau ketidak pahaman petinggi Pelti saat ini. Menghimbau bisa dilakukan jika masih ada kepedulian dari pelaku pelaku tenis maupun dari masyarakat tenis di Indonesia.
Ayolah kita buat rembuk nasional untuk selamatkan pertenisan Indonesia, yang hasilnya berupa solusi untuk diberikan kepada PP Pelti. Karena saat ini harus disadari tenis Indonesia itu bermasalah. .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar