Malang, 6 Desember 2015. Disela sela Reuni Kejurnas Tenis Yunior Malang Open sempat berbincang bincang dengan rekan tenis yang selama ini jarang bertemu sehingga suasana betul betul sangat menyenangkan karena terungkap sudah semua kenang kenangan sewaktu masih menjadi atlet tenis yunior. Dalam forum sarasehan pun terungkap betapa perjuangan keras sampai bisa menjadi juara. Begitulah cerita kuno seharusnya sudah dipahami semua atlet jika ingin berprestasi. Sangat berbeda jauh situasi saat ini dibandingkan dulu kala dimana istilahnya memprihatinkan bagi atlet tenis baik nasional sekalipun. Ya, mau dikata apalagi karena kalau dibicarakan dengan putra putri kita maka akan dapat jawaban kalau dulu itu kuno. Ya begitulah.
Tetapi ada satu cerita yang menarik dan sudah saya duga dan rasakan sebelumnya terhadap upaya rekan rekan di PP Pelti 2012-2017 yang dimulut begitu manis tetapi dibelakang justru sebaliknya. " Hal yang sama juga saya terima dari Ketua Umum sendiri yang langsung mengatakan kalau dia mendukung program saya yaitu RemajaTenis. Tetapi apa yang dilakukan oleh timnya dibawah naungan ataupun tanggung jawabnya. Berbanding terbalik. Mungkin dia tidak tahu (mudah mudahan) tetapi kenyataan sejak tahun 2013 setelah PP Pelti dilantik sudah saya rasakan langsung.
Sebagai contoh sewaktu selenggarakan dikota Solo, saya ditanya oleh salah satu pelatih di Jawa Tengah menanyakan masalah status TDP (Turnamen Diakui Pelti). Pelatih ini dianjurkan tidak ikuti RemajaTenis di Solo waktu itu karena dikatakan bukan TDP Nasional. Tetapi begitu saya tunjukkan SK PP Pelti maka pelatih itu mendukung penuh kegiatan yang saya prakarsai ini.
Berbagai janji dilakukan oleh petinggi PP Pelti kepada saya tetapi janji laki laki yang saya anggap.
Sewaktu berbincang bincang dengan salah satu rekan tenis di Malang saya bertemu juga dengan mantan anggota PP Pelti 2012-2017 yang sudah mengundurkan diri (katanya).
"Saya heran RemajaTenis mau dimatiin tetapi justru PP Pelti selenggarakan konsep dari RemajaTenis." ujarnya didepan rekan rekan lainnya. Apa yang diselenggarakan oleh PP Pelti yang meniru konsep RemajaTenis ( 3 hari turnamen) yaitu dengan mendapatkan sponsor sekitar Rp 400 juta dari Pertamina untuk Liga Fastoon) dan dari Bank Mayapada dengan jumlah yang sama. ditahun 2914, kemudian ditahun 2015 muncul dengan sponsor Nassau.
Bahkan ada juga komentar mantan pengurus PP Pelti 2012-2017 mengatakan makin ditekan RemajaTenis makin maju. Jadi kesimpulan saya terhadap upaya mereka seperti dugaan sebelumnya. Tetapi upaya terus dilakuakan juga. Entahlah untuk tahun 2016 mendatang apakah upaya mereka tetap mau mematikan kegiatan RemajaTenis kita tunggu saya tanggal mainnya.
Ketika kegiatan RemajaTenis di Jawa saya hentikan penuh ditahun 2015, saya beralih ke Makassar dan Sumatra, ternyata masih ada upaya tersebut dihembuskan di Sumatra. Hal yang sama tetap dilakukan . Ini hanya menunjukkan ketidak mampuan mereka terhadap kegiatan seperti yang saya lakukan. Suatu saat pernah msalah satu petinggi menanyakan kepada saya tentang prospek selenggarakan turnamen 3 hari dilau Jawa yang terbaik. Kok enak banget ya minta pendapat tetapi justru mau mematikan RemajaTenis. Langsung saya katakan. "Kota Manado". Ternyata mereka tidak berani selenggarakan diluar Jawa padahal sudah ada sponsornya alias ada dananya. "Kok gitu ya"
Sekarang apa yang terjadi didalam kepengurusan mereka sudah ada keretakan sejak awal dilantik sudah terasa, dan puncaknya terjadi di Jayapura sewaktu Musornas KONI 2015 dimana Sekjen PP Pelti ditolak oleh Panpel Musornas karena Ketua Umum PP Pelti tidak mengakui surat mandat yang ditanda tangani oleh Sekjen. Nah, ini dia pecah kongsi. Akibatnya tahu sendiri, Sekjen berokoar koar didepan media di Jayapura saat itu dan berencana mau mengganti Ketua Umum yang dulu berkat jasanya bisa duduk di PP Pelti.
Kita tunggu saja apa yang akan terjadi ditahun 2016.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar