Jakarta, 2 Juli 2015. Tenis adalah salah satu cabang olahraga yang menyediakan
banyak sarana jika ingin terus
berprestasi . Jiwa kompetisi yang telah ditanamkan sejak masih tingkat
yunior bergulir terus sampai akhir hayatnya. Karena cabang olahraga tenis
juga sediakan sarana pertandingan sejak yunior sampai veteran.
Muncullah pertanyaan, apa yang mau dibina untuk Veteran ?
Harus diakui kalau petenis veteran saat ini lebih banyak
yang untuk rekreasi karena mengenal tenis bukan sejak yunior sehingga sarana
ini dimanfaatkan untuk rekreasi. Tetapi bagi petenis yang sudah ikut
berkompetisi sejak yunior, maka ajang kompetisipun bisa dilanjutkan didunia
Veteran. Masalah di Indonesia adalah minimnya sarana turamen prestasi bagi
veteran, karena lebih banyak untuk rekereasi sehingga bentuk pertandingan sudah
keluar dari jalur tenis veteran internasional. Akibatnya justru kejar prestasi keluar negeri yang setiap tahun selalu digelar baik di asia sekalipun.
ITF (International Tennis Federation) sebagai induk organisasi dunia telah sediakan
sarana pertandingan baik secara perorangan atau individual event tetapi juga
ada yang dalam bentuk beregu sebagai ajang membawa nama negara mulai usia 35 tahun dan seterusnya sampai 80
tahun.
Masalah di Indonesia sangat berbeda sekali karena
minimnya turnamen resmi dilaksanakan oleh induk organisasi tenis PELTI sehingga
saat ini ditangani salah satu Badan resmi naungan Pelti yaitu BAVETI (Badan
Veteran Tenis Indonesia).
Keberadaan Baveti ini perlu juga menertibkan tata kelola
turnamen veteran yang diselaraskan dengan dunia Internasional jika ingin
memajukan tenis sebagai salah satu sarana pengembangan tenis di Indonesia.
Banyak hal yang perlu dibenahi mulai dari aturan mainnya
dalam bentuk ketentuan tunamen nasional Baveti kemudian dibuatlah sistem peringkat
nasional veteran seperti juga sudah ada dikelompok yunior maupun umum atau
dikenal dengan PNP (Peringkat Nasional Pelti). Setelah itu diterbitkan pula
kalender Turnamen nasional veteran. Targetnya tahun 2016 sudah bisa berjalan dengan step by step.
Dalam perjalanan turnamen veteran mempunyai kendala
dilapangan pertandingan karena banyak keluhan dari petenis veteran yang baru
mengenal tenis jika keikut sertaan mantan petenis nasional muncul diarena
veteran membuat mundur keinginan ikut serta. Ini akibat jika yang
dipertandingkan hanya event ganda saja. Sebaiknya juga dipikirkan pelaksanaan
event tunggal sehingga bentuk peningkatan prestasi lebih menonjol. Ini sarana
yang ditunggu tunggu oleh mantan petenis nasional yang telah berusia lanjut saat ini.
Materi pemain cukup banyak dan juga mayorits pemainnya
sudah mapan alias sudah memiliki pekerjaan tetap ataupun yang sudah pensiun
tentunya berbeda kelas kategori usianya.
Yang terjadi saat ini absennya veteran Indonesia dikancah
internasional khususnya dalam kejuaraan dunia beregunya, tetapi masih ada
kegiatan petenis veteran secara individu ikuti turnamen internasional veteran
di Tiongkok. Bisa terlihat saat ini hanya satu petenis veteran yang memiiki
peringkat dunia veteran.
Ada fenomena yang berbeda diturnamen veteran
internasional dan nasional. Petenis veteran diluar negeri khususnya Eropa dan
Amerika, prize money bukanlah suatu keharusan karena keikutsertaan mereka bukan
untuk mencari keuntungan dari hadiah atau prize money bahkan turnamen tanpa
prize moneypun banyak peminatnya. Tetapi di Indonesia itu berbeda sekali,
bahkan keinginan menaikkan prize money sangat besar . Ini beban bagi penyelenggara disaat kesulitan mendapatkan sponsor sponsor tenis.
Peranan Baveti untuk meluruskan permasalahan ini dengan
aktip ikut serta ke kejuaraan dunia beregu diluar negeri. Jadwalnya setiap
tahun sudah lengkap bahkan kategori usianyapun tersedia.
Dunia veteran internasional mengenal Young Seniors World
Team Champisonships dan Super Seniors World Team Championship seperti Britania Cup ( putra 65 th), Jack Crawford
Cup ( putra 70 th), Bitsy Grant Cup ( putra 75 th), Gardner Mulloy Cup (putra
80 th), Kitty Godfree Cup (Putri 65 th), Althea Gibson Cup (Putri 70 th),
Queens Cup (Putri 75 th), Doris Hart Cup (Putri80 th).
Ada juga dikenal Young Seniors World Team Championships
dengan Italia Cup (putra 35 th), Tony Trabert Cup (putra 40 th), Dubler Cup (putra 45 th), Fred Perry Cup
(putra 50 th), Austria Cup (Putra 55 th), Von Cramm (putra 60 th), Suzanne
Lenglen Cup (putri 35 th), Young Cup (putri 40 th), Margareth Cup (putri 45
th), Maria Ether Bueno Cup (putri 50 th), Maureen Connolly Cup (putri 55 th),
Alice Marbie Cup (putri 60 th)
Baveti harus bisa meniru seperti ITF, sediakan sarana
turnamen bagi mantan petenis nasional yang masih memungkinkan membela nama
negara diajang kejuaraan dunia diluar negeri.
Selain turnamen individual perlu juga disediakan turnamen
beregu baik itu antar klub ataupun antar Pengda Baveti yang saat ini sudah ada
yaitu Sumatra Barat, Lampung, Kepri, Jawa Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tengah,
Peningkatan aktivitas petenis veteran tentunya akan
mendukung pula pembinaan petenis yunior karena hubungan antara petenis veteran
dan yunior sangatlah erat sekali. Marilah kita memulai karena kapan agi kalu tidak mulai sekarang, asalakan punya konsep yang jelas. Mulai ikuti semboyan yang lagi trend yaitu Revolusi Mental
Tidak ada komentar:
Posting Komentar