Jakarta, 21 Januari 2015. Hari ini setelah bermain tenis dipagi hari, siangnya saya diundang lunch bersama rekan rekan mantan pengurus Pelti di resto Saur Kuring di Jakarta. Kegiatan kumpul2 kangenan sudah sering dilakukan bahkan secara rutin, hanya waktunya tidak menentu saja. Hadir mantan ketua bidang pertandingan, mantan ketua bidang pembinaan yunior.
Muncullah keluhan dari rekan2 yang sudah tidak berkecimpung dipertenisan (kepengurusan) tetapi masih aktip bermain tenis Mereka ini sibuk dengan bisnis mereka dan bahkan mereka katakan siap bantu tenis kita asalkan jelas programnya. Ini masalahnya sekarang karena tidak ada kegiatan kegiatan yang terungkap sehingga mereka bisa ikuti secara jelas,
Keprihatinan mereka selaku outsider terhadap pertenisan saat ini. Kenapa demikian ya ? Ini satu pertanyaan yang muncul. Bagaimana tidak prihatin kalau saat ini bukan kemajuan didapat tetapi kemunduran yang didapat. Mulailah dimunculkan masalah turnamen internasional sudah minim khususnya dikatakan hilang sama sekali adalah Men's Futures tidak ada sama sekali, mulai tahun 2013 dimana awalnya didaftarkan sejumlah 20 turnamen internasional kelompok umum tetapi menjelang hari H nya dibatalkan karena tidak ada dana. Nasib yang sama ditahun 2014. Nihil sama sekali. Apakah tidak ada dampaknya ? So pasti ada.
Salah satunya adalah wasit white badge yang dimiliki ada sekitar 9 akan kena peringatan alias akan dihapus white badgenya, kembali ke wasit nasional. Dan dipertengahan tahun 2014, sudah ada korban dibatalkannya sertifikasi white badgenya. Kita tunggu saja dalam beberapa bulan kedepan akan ada yang didegradasi. Perkiraan saya bisa terjadi hanya 4-5 wasit white badge yang bertahan dari 14 yang dimiliki sebelumnya.
Ya, kalau turnamen internasional senior tidak ada janganlah heran kalau peringkat dunia ATP petenis Indonesia makin menurun. Sampai hari ini hanya 2 atlet yang memiliki ATP rank yaitu Christopher Rungkat ( 653 ) dan David Agung Susanto (1.483). Prestasi Christopher Rungkat ditahun 2012 mencapai peringkat 304. Prestasi Christopher Rungkat terjelek dalam sejarahnya yaitu di bulan April 2014 yaitu peringkat 1.064.
Hal yang sama dibagian putri. Nasib petenis kita dipertanyakan dengan satu pertanyaan yaitu Mau dibawa kemana tenis kita ini.
Hal yang sama dibagian putri. Nasib petenis kita dipertanyakan dengan satu pertanyaan yaitu Mau dibawa kemana tenis kita ini.
Kemudian masalah pelatih, muncul satu pertanyaan kenapa pelatih tim nasional Asian Games, Davis Cup dll dipilih pelatih klub? Sampai saat ini tidak ada perkembangan peningkatan pelatih bersertifikat internasional yang dikeluarkan oleh ITF. Indonesia sampai saat ini sudah bertahan lebih 4-5 tahun ITF Level-2 coach sekitar 12 pelatih saja yang tersebar di Jakarta ( 7 ), Bandung (1), DIY(1), Surabaya (3)
Sayapun berpikir, jika visi dan misi yang dulu pernah diemban yaitu mengoptimalkan potensi tenis didaerah daerah, bagaimana nasibnya sekarang ya ! Apakah daerah daerah makin maju atau makin tidak jelas nasibnya, padahal ada bisa pembinaan daerah. Sudahkah berjalan ? Ini satu pertanyaannya. Bagaimana mau berjalan jika komunikasi dengan daerah dari Jakarta juga macet ? That's the point !
Yang menarik juga dari pertemuan tersebut adalah satu pertanyaan disampaikan dan dijaab sendiri oleh rekan rekan yang ternyata masih pedui dengan tenis Indonesia. Saya maklumi juga karena dia ini juga petenis yunior aktip dimasanya sehingga suit menghilangkan cinta tenis nya. Bahkan masih sanggup jika dibutuhkan menggelar Turnamen tingkat dunia seperti era lalu dimana pernah sebagai turn rumah ATP World Tour dengan minimal prize money US$ 100.000. Ini pernah terjadi, kemudian ada Wismilak Championship untuk putrinya. Kalau sekarang sudah tidak ada lagi..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar