Jakarta, 15 Maret 2012. Menulis catatan ringan ini kadang kala suka diprotes bagi rekan rekan sendiri. Bahkan dianjurkan tidak perlu diungkapkan. Saya sendiri berusaha tidak mengungkapkan nama nama jelas supaya tidak ada ketersinggungan tersebut.
Tetapi karena saya anggap ini sebagai diary saya selam dipertenisan kita maka perlu ditulis di blogger ini sesuai dengan namanya. Masih banyak lagi cerita cerita lainnya belum saya ungkapkan disini. Tetapi selama ingatan masih ada tentunya suatu saat saya ungkapkan lagi. Apalagi akhir Nopember 2012 kepengurusan Pelti sudah berakhir maka saya bersama rekan2 akan lengser dari petinggi Pelti.
Bagaimana keberhasilan ketua umum Pelti sekarang didalam Munas Pelti di Jambi, maupun sejak di Makassar. Belum waktunya diungkapkan, nanti menjelang MUNAS 2012 di Manado.
Saya akan mencoba mengungkapkan kasus per kasus didalam setiap pertandingan tenis. Karena banyak masyarakat tenis belum mengetahuinya. Semua ini sebenarnya dikuasai oleh petugas Referee. Tetapi kalau saya lihat kadang kala Referee yang bertugas kurang menguasai permasalahannya atau didalam mengutarakan masalah tersebut kurang bisa berdiplomasi sehingga membuat orang lain tersinggung.
Saya ketahui cara cara ini sewaktu mengikuti Referee turnamen internasional di Indonesia. Sebagai contoh, jika ada pertanyaan dari peserta masalah aturan, maka tidak langsung oleh Referee tersebut mengatakan TIDAK BOLEH. Maka dipakai cara lain yaitu " menurut Anda mungkin benar, tetapi marilah kita baca aturan yang baku. Maka ditunjukkannya buku aturan tersebut.Oleh Referee langsung dikatakan menurut aturan ini jawabannya adalah TIDAK BOLEH." Yang jadi masalah sekarang sering kali saya lihat rekan Referee Nasional kita jarang bawa buku aturan tersebut sehingga timbul kesan arogan sekali penyampainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar