Jakarta, 1 September 2011. Beberapa hari lalu saya terima tilpon datang dari salah satu rekan dari BII yang saya kenal tahun lalu sewaktu menjalankan turnamen tenis kursi roda. Yudi, mantan wartawan yang sekarang bertugas di BII di Jakarta. Muncul keinginan mau sponsor turnamen tenis kursi roda. Keinginan ini saya tampung dan berusaha niat baik ini jangan dilepas. Keinginannya agar tiap tahun masih bisa eksis di turnamen tenis kursi roda.
Agar tidak lepas maka saya usahakan agar beaya tidak besar. " Saya usahakan dibawah Rp. 100 juta untuk beaya pelaksanaannya." janji saya kepadanya ditengah tengah kesibukan mempersiapkan SEA Games 2011 di Palembang.
Sayapun melihat ada satu momen sejak saya ditunjuk selaku Ketua Panpel Cabang olahraga Tenis Asean Para Games 2011 di Solo. Kenapa tidak dibuat internasional saja sesuai juga dengan mimpi petenis kursi roda agar di Indonesia juga ada turnamen Indonesia Open yang kelas Futures dari ITF.
Begitu juga keinginan agar diselenggarakan di Solo yang juga digunakan sebagai tempat Asean Para Games 2011 bulan Desember mendatang.
Kemudian saya kemukakan kepada Pak Yudi (Pramono Yudi) idea saya agar ditingkatkan menjadi event internasional dengan konsukuensi budget akan meningkat. Oleh karena itu saya coba kontak rekan dari ITF Wheelchair melalui Facebook yaitu Mark Bullock, dan kemudian saya terima email dari Valentina C dari ITF Whelchair Tennis. Saya minta formulir pendafataran turnamen. Saya tahu tidaklah mudah karena waktu yang saya sepakati yaitu 28-30 Oktober 2011 di Solo. Mana mungkin dalam waktu 2 bulan ITF mau terima. Tapi tekad saya cukup besar dimana kepentingan atlet pelatnas Asean Para Games bisa bertanding dan juga mendapatkan ITF point untuk peringkat dunianya, maka niat ini harus berhasil.
Saya sadari ada kendala yang akan muncul baik keluar maupun kedalam, tetapi saya prioritaskan dulu yang keluar artinya ke ITF dulu adakah bisa diterima. Begitu baca formulir pendaftaran ITF maka tercantum soal sponsor yang tidak berhubungan dengan financial artinya BII sudah tertutup sebagai sponsor. Waduh, ini yang mengahmabt keinginan tersebut. Apakah dibuat turnamen nasional saja agar BII tidak kecewa.?
Mulailah saya negosiasi dengan ITF. Ini makan waktu sekitar 1 minggu. Saya diminta soal nama sponsornya. Sayapun kemukakan kalau ini adalah bank yang jelas jelas bertentangan dengan aturan diatas, karena ITF ada sponsor BNP Paribas. Pengalaman saya di Davis up maupun Fed Cup yang juga disponsori BNP paribas, tentuany ITF sangat ketat soal in. Kemudian ada celah dari komunikasi saya dengan Valentina dari ITF Wheelchair. Ditanyakan juga apa saja yang saya berikan kepada BII selaku sponsor utama. Nah inilah yang akhirnya saya kemukakan kalau BII akan mendapatkan judul turnamen yaitu BII Indonesia Open atau Indonesia Open by BII, kemudian saya sebutkan pemasangan spanduk, umbul umbul dan stand promosi juga yang saya janjikan.
Akhirnya, ITF berikan jawaban keesokkan harinya. Lega sudah, dan saya komunikasikan dengan BII masalah ijin ini. Waktu itu saya bertemu dengan Pak Pramono Yudi di Resto Bakmi Gajah Mada di samping Sarinah Thamrin. Langsung saya sampaikan kalau BII sudah OK, saya akan kirimkan formulir pendaftarannya ke ITF. Ternyata diberitahu, jangan dulu karena dia mau lapor dulu ke atasannya. Waduh lemes lagi, bakalan gagal lagi.
Tetapi sorenya saya langsung dapat SMS yang beri kepastian. Langsung sore itu saya siapkan formulir pendaftarannya. tetapi karena ada yang kurang jelas terpaksa saya tunda dulu, karena mau konsultasi dengan rekan rekan dari Komite Tenis Kusi Roda yat rekan Dr. Bob Syahrudin dan Henny Santoso maupu rekan Yasin Onasie Manajer tim Pelatnas Asean Para Games 2011. Sayapun undang mereka besoknya rapat untuk berikan masukan. Maka saypu undang mereka ditambah dari Pusrehabcat Kemhan RI.
ITF pu kirim email menanyakan formulir yang harus segera diterima, tetapi saya katakan berikan satu hari karena saya mau ketemu dulu dengan rekan rekan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar