Jakarta, 19 April 2011. Masalah penemuan akte kelahiran 2 atlet Rembang rupanya berlanjut juga, karena saya terima surat resmi dari rekan Pelti Jawa Tengah yang kesimpulan saya adalah membela kedua atlet tersebut dengan menyalahkan PP Pelti yang mengundang. Yang dipertanyakan adalah kenapa diundang karena dianggap kami memilikidata yang akurat. Memang salah satu atlet tsb Dicky Wahyu sudah memiliki Kartu Tanda Anggota Pelti. Dikiranya jika sudah punya KTA Pelti sudah aman. Karena persyaratan KTA Pelti tidak sejelimet sehingga mudah memilikinya. Di KTA tersebut juga menggunakan tahun kelahiran berbeda. Kemudian dipertanyakan pola kerja organisasi sehingga diinvestigasi orangtua atlet tersebut berdasarkan sms dari orangtua lainnya. Kesimulannya atlet itu tidak bersalah.
Karena saya kenal betul watak rekan saya ini maka saya langsung telpon menjelaskan permasalahan mulai dari awal sehingga bisa diundang ikuti National Youth Training Camp yaitu berdasarkan prestasi ikut Turnamen tahun 2010.
Prestasi didapat dengan gunakan data akte yang palsu. Begitu juga KTA Pelti dengan akte palsu. Tapi saya akui orangtuanya ini termasuk kurang lihai. Kenapa demikian karena sampai saya bisa tahu. Ada yang lebih lihai yaitu saya diperlihatkan akte kelahirannya itu asli. Memang betul akte tersebut itu asli (mungkin bisa dibeli???) tapi waktu itu feeling saya katakan itu palsu. Memang saya tidak bilang kejanggalan yang saya lihat..Ternyata tanda tangan petugas catatan sipil itu bukan tanda tangan asli melainkan dengan stempel tanda tangannya. Tapi waktu itu saya biarkan saja, menunggu kalau orangtua itu ngotot dan mengancam saya mau tuntut ke Polisi, maka akan saya layani.
Sewaktu seleksi National Youth Training Camp 2011 ( 1-3 April) saya sudah lihat kejanggalan dan saya yakin sekali kalau itu palsu. Maka saya sampaikan kepada pelatih Damrah dan Alfred yang sedang menangani seleksi training camp agar hasil seleksi kedua atlet tersebut digagalkan saja walaupun bagus.Tetapi kenyataan waktu 4 April sewaktu masuk diterima masuk training camp tanpa diberitahu kepada saya kedua atlet itu diumumkan lolos.
Tanggal 6 April dilakukan pengumuman kedua karena ada yang akan dieliminasikan lagi. Sayapun berpesan kepada pelatih ITF agar kedua anak ini dikeluarkan dengan alasan akte kelahirannya palsu. Pelatih ITF pun menerimanya.
Sehari sebelumnya saya panggil ayahnya bernama Yoyok yang kebetulan selalu menemani anaknya. Tetapi saya ikut sertakan juga pelatih lainnya yang ada dalam camp tersebut yaitu Alfred H Raturandang, Damrah dan leo nangin dari Lampung. Dalam pembicaraan tersebut saya hanya tekankan masalah akte kelahiran walaupun Alfred mencoba menelusuri soal buku Rapornya ataupun sekolahnya. Tapi saya potong dengan tetap konsenstrasi ke akte yang diberikan kepada saya dalam bentuk fotocopy saja. Sayapun katakan kalau dulu (2007) ada orangtua atlet yang terlibat catut umur sampaikan kalau di Jawa Tengah banyak orangtua memiliki 2 buku rapor SD. Jadi bagi saya tidak penting buku rapor. Mulailah saya menghimbau sebaiknya mengaku saja, dan akhirnya Yoyok mengakui kakaknya dieliminasikan saja tetapi memohon adiknya Dicky Wahyu dipertahankan ikut karena masalah pertanggung jawabannya ke Pelti Rembang ataupun Bupatinya. Tetapi hal ini tidak saya perlihatkan ketidak setujuan saya, tetapi minta dikirimkan data yang benar saja. Ternyata disanggupi dan sore dikirimkannya ke Pelti copy akte kelahiran yang asli katanya. Jadi saya terima dua copy akte dari orangtuanya sendiri.Tidak capoek2 cari bukti tetapi datang langsung dari orangtuanya.
Malamnya saya terima SMS dari Yoyok yang menghimbau kepada saya agar peserta lainnya dimintain copy akte kelahiran dan dia berjanji jika AFR bikin turnamen RemajaTenis di Jawa Tengah dia akan bantu sebarkan info tersebut ke rekan rekannya di Jawa Tengah. SMS itu tidak saya layani. Besoknya sewaktu diumumkan atlet yang dieliminasi, oleh Suresh Menon pelatih ITF sampaikan bagi Dicky Wakyu dan Adi Tri termasuk dieliminasi dan alasannya dipersilahkan menghadap saya. Disitu ada argumetasikan masalah kenapa diundang ke Jakarta. Jadi kedatangannya berdasarkan undangan PP Pelti, memang ada surat undangan ke Pengprov Pelti Jawa Tengah. Tetapi saya tekankan bahwa yang lebih ditekankan adalah kejujurannya, Karena tidak sportif
maka kedua putranya itu dilanjutkan ikut camp. Akhirnya dia mengaku juga kalau keduanya itu palsu aktenya.
Begitu dikeluarkan sore hari saya terima SMS lagi dari Yoyok ini yang menyatakan agar saya periksa atlet lainnya, kalau tidak dia akan sebarkan informasi ke rekan rekannya di Jawa Tengah agar tidak ikut RemajaTenis jika di Jawa Tengah. Langsung ditantang seperti ini saya keluar gilanya yaitu saya balas sms dengan katakan RemajaTenis tertutup bagi atlet catut umur. Sayapun langsung kirim SMS ke temannya dulu dengan catatan so pasti akan diberitahu kepada Yotyok kalau saya kirim sms kemasyarakat tenis. Saya tidak lupa kalau saya punya nomor HP sekitar 2.600 dari Aceh sampai Papua, khususnya Pelti, pelatih, orangtua petenis.
Langsung saya terima SMS dari Yoyok yang menyampaikan kalau masalah ini dianggap selesai karena dia sudah relah anaknya dikeluarkan dari camp tersbut. Langsung saya katakan kalau saya diancam sama dia dengan SMS sebelumnya. Kemudian dibalasnya minta maaf karena khilaf. Ini pernyataan maaf pertama saya terima dari Yoyok, sebelumnya tidak terlihat suatu penyesalan sebelumnya sewaktu bertatap muka di Ragunan. Langsung saya sebarkan SMS ke masyarakat tenis mulai dari Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur lebih diprioritaskan.
Ternyata anaknya Adi itu berkoar di Facebook ( adi ada) menghina saya dengan caranya. Langsung saya umumkan ke dinding FB saya nama lengkap kedua atlet tersebut terlibat akte kelahiran palsu. Langsung dapat respons dari masyarakat yang mendukung saya. Begitu juga ke dinding FB adi ada sya beri komentar yang menonjok dirinya dengan beberkan kepasuan selama ini dilakukannya.
Sayapun minggu lalu ditelpon oleh rekan wasit Petrus W yang tanyakan soal Dicky Wahyu yang ternyata terdaftar sebegai peserta Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA) Jawa Tengah.Langsung saya kirimkan dua foto copy aktenya dengan email dengan harapan tidak diterima di POPDA tersebut. Ternyata Dicky ditolak juga walaupun mau dicoba diloloskan. Ha ha berhasil. Memang saya paling pantang jika ada atlet yang catut umur. Dari data saya selama ini saya pantau, atlet yang saya temukan terlibat akte palsu prestasinya tidak berkembang. Itulah resikonya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar