Jakarta, Dunia tenis kehilangan mata pencarian khusus tenis profesional. Karena kehidupan mereka sudah sepenuhnya income didapat dari turnamen2. Tapi bagi top player masih tertolong dengan adanya sponsor2, sehingga tabungannya masih bisa bertahan sampai kapan sampai kapan tidak ada yang tahu.
Begitu banyak petenis sekelas ATP/WTA- ITF Challenger sangat merasakan sekali tanpa turnamen yang dibatalkan membuat petenis tanpa penghasilan dan bahkan membuat frustasi karena ketidak pastian sampai kapan situasi ini akan berakhir.
Nasibnya seperti pekerja informal lainnya butuh pekerjaan bagi petenis yang didapat dari turnamen profesional.
Bagaimana dengan nasib petenis Indonesia?
Bagi petenis yang dipersiapkan untuk Olimpiade maupun Youth Olympic sudah ada jaminan seperti yang disetujui oleh Kemenpora. Karena sudah ada anggarannya. Tetapi hanya untuk 10 petenis yaitu Christopher Rungkat, Aldila Sutjiadi, Beatrice Gumulya, Jessy Rompies, Priska M Nugroho, Janice Tjen, Naufaldo Jati Agatra, Gunawan Trismuwantara , Kholisa Siti Maisaroh, Tiara Naura.
Untungnya mayoritas petenis nasional masih tinggal dirumah orangtuanya alias belum berumah tangga. Sampai kapan situasi gawat ini berakhir, tidak ada yang bisa menduga duga.
Sampai saat ini keberadaan turnamen nasional masih terapung apung, bahkan turnamen " tarkam " sekalipun mengalami nasib yang sama. Padahal ini sumber income juga bagi petenis muda ini.
Berlatih dan berlatih yang bisa dilakukan jika tidak bertanding. Agar stamina tetap terjaga disamping menjaga kebugaran.
Nasib PON XX diusulkan juga untuk ditunda tetapi belum ada keputusannya. Petenis yang dipersiapkan untuk PON masih bisa lega karena masih ada pendapatan rutin dari daerah masing masing. Tetapi kewajiban mereka terhadap daerah juga dituntut harus bisa berprestasi tetapi sayangnya ajang untuk berprestasi tertunda tunda.
Marilah kita berdoa agar wabah Corona Virus 19 cepat berlalu, sehingga petenis maupun pekerja informal lainnya bisa berkelanjutan kehidupannya sehari hari.
3 komentar:
Posting Komentar