Jakarta, 9 Januari 2020. Dalam pertemuan yang dilakukan oleh salah satu organisasi , AFR termasuk pengurusnya dan diundang untuk hadir, terungkap masalah turnamen Kebetulan baru selesai adakan turnamen diluar daerah.
Sewaktu evaluasi kegiatan sebagaimana lazimnya berorganisasi, maka dalam laporan tersebut keluarlah catatan sebagai kekurangan panitia pelaksanaan turnamen. Sebenarnya sudah di peringatkan kepada petinggi organisasi tersebut. Masalah Referee yang tidak kualified ditunjuk oleh organisasi tersebut. Lucunya oleh petinggi organisasi tsb diabaikan peringatan dari AFR karena mengaggap sepele masalah Referee atau asisten Referee,. Tetapi karena sudah keluar SK dari organisasi tersebut terpaksa AFR diam saja,
Kebetulan setelah membaca SK tersebut ditunjuk nama yang tidak layak untuk duduk sebagai Referee karena tidak ada dalam daftar Referee TENIS di Indonesia yang selama ini digunakan oleh PELTI. Tergerak ingin mengetahui siapa sebenarnya Referee yang ditunjuk itu, AFR tilpun rekan wasit ditempat tersebut didapat data bukan wasit tetapi yang biasa mengurus pertandingan tenis. Artinya rekan tersebut tidak layak sebagai Referee Ini bisa dimasukkan dalam posisi Direktur Turnamen.Karena akan terjadi masalah masalah tehnis pertandingan yang dianggap sepele oleh rekan tersebut
Apa jadinya petugas Referee tersebut dilaporkan sering tidak datang. Padahal posisi Referee itu full time job Jadwal waktu tidak tepat, Kebetulan sama dengan keluhan peserta yang AFR terima sewaktu selenggarakan RemajaTenis. Bahkan lebih sadis dikatakan kalau itu bukan Kejurnas tapi kejurda atau lebih tepatnya Kejurnas rasa kejurda istilah kerennya.
Kriteris seorang Referee tidak semudah dipikirkan bagi orang awam penyelenggara turnamen . Lebih rusak lagi kalau terjadi dalam irganisasi. Banyak turnamen tidak resmi atau tidak terdaftar bagi induk organisasi olahraga tenis di Indonesia. Semakin semarak sebenarnya turnamen diselenggarakan didaerah daerah baik oleh klub tenis maupun Pelti dicabang cabang daerah. Maka ada insiative oleh pecinta tenis berdasarkan selama ikuti turnamen dan membuat turnamen. Jadi dianggap bisa jadi Referee cukup dengan bisa mengatur jadwal turnamen maka bisa dianggap Referee. Pandangan keliru. Itu namanya bisa jadi direktur turnamen yang mengatur jadwal turnamen keseluruhan. Karena Referee itu suatu profeisi tersendiri dalam dunia tenis.
Kelihatannya informasi kepada pimpinan organisasi tersebut mendapat masukan yang salah karena yang berikan masukan juga orang yang baru mengenal turnamen nasional. Pimpinan tersebut menyebutkan waktu itu sudah ditanyakan masalah person Referee tersebut dikatakan ada brevet Referee, Yang beri masukan itu orang baru mengenal tenis maksudnya mengenal turnamen. Kesannya asbun saja supaya pimpinan tersebut senang.
Kenapa masalah ini AFR sampaikan karena merasa Tenis sendiri akan rusak oleh rekan tenis seperti ini . Jangan image organisasi jadi rusak oleh kelakuaan orang seperti ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar