Singapore, Bertemu teman lama dinegeri orang merupakan keasyikan tersendiri. Saya ketemu dengan teman lama yang juga penduduk Singapore, Uthrapathy yang mantan Preseident Singapore Tennis Association, dan juga sempat di Asian Tennis Federation. Dia ini banyak bantu petenis Indonesia untuk mendapatkan wild card turnamen-turnamen di Singapore, Vietnam maupun Uzbekistan dimana dia sebagai direktur turnamen. Suwandi, Andrian Raturandang, Dede Suhendar dll bahkan Angelique Widjajapun pernah saya berikan berkat bantuan Uthrapathy.
Ada yang menarik dalam pembicaraan saya waktu itu di Kallang Tennis Stadium. Masalah pertenisan Asia. Kesimpulannya tenis di Asia mundur. Tentuya kaget juga kesimpulannya. Walaupun sekarang dikenal Li Na petenis China. " Ada berapa petenis China yang Anda kenal atau ingat.?" Ini pertanyaan yang gampang gampang susah. Paling banyak 3 nama untuk putri sedangkan putra tidak kenal. Hal yang sama dengan Jepang, ternyata hanya satu yaitu Kei N.
Disebutkan Li Na sudah berusia diatas tiga puluh. Begitu juga Peng Shuai. Nah dimana muncul petenis yuniornya ? Hal yang sama terjadi dengan Korea, Chinese Taipei dan Filipina sewaktu sepuluh tahun slam sangat menonjol petenis mudanya.
Apalagi ketika menyinggung petenis Indonesia masih bertumpu kepada Christopher Rungkat saja. Fakta seperti ini sangat memprihatinkan bagi kita semua.
Memang saya akui sewaktu dia duduk di Asian Tennis Federation banyak langkah langkah dilakukan dengan memajukan negara negara Asia dengan berbagai programnya.
Dia sendiri sering bertanya masalah Pelti, ada papa sebenarnya didalam Pelti sekarang. Ya, sayapun tidak bisa menjawabnya. Lebih baik diam saja , walaupun tahu isi perutnya Pelti saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar