Singapore, Satu kejadian sehari sebelum final yaitu Sabtu 22 Maret 2014, ada pertandingan ganda putri KU 10 tahun. Kebetulan salah satu pasangan berasal dari Bandung, yang bukan dalam tim RemajaTenis Bank BNI yang bersama sama saya. Saya lihat begitu seriusnya antara orangtua dengan Refereenya. Setelah itu saya ingin tahu juga walaupun sudah mendengar dari salah satu orangtua yang hadir di Kallang Tennis Stadium. Dan saya cari waktu luang ingin berbicara dengan Referee karena berdasarkan cerita orangtua lainnya kesimpulan saya Refereenya berbuat salah.
Sayapun mendekatinya dan bertanya ada masalah apa kok begitu seriusnya. Kemudian saya mendapat cerita langsung dari Refereenya. Dan ternyata sama dengan cerita orangtua lainnya.
Saat itu ada lapangan yang digunakan untuk pertandingan sedang digunakan oleh salah satu putra dari orangtua sebut saja A sedang practice lapangan tersebut. Kemudian oleh Referee diminta keluar dan pindah kelapangan lainnya Tapi kelihatannya orangtua A ini tidak bisa menerima dan terjadilah pembicaraan antara orantua A tersebut dengan Referee. Menurut Referee ternyata ada kata2 yang kurang berkenan dengan Referee tersebut. Apa yang dilakukan oleh Referee setelah menerima perlakuan tidak enak dilakukan oleh A tersebut.
Kebetulan anak putri si A masuk final ganda putri KU 10 tahun. Ternyata tindakan Referee adalah mendiskualifikasi atau default putri si A tersebut yang tidak bersalah dan memenangkan lawannya kebetulan petenis Indonesia, yang akhirnya dinyatakan jadi juara. Ini babak final. Sewaktu Referee sampaikan masalah itu diapun dengan tenang sampaikan kepada saya kalau itu haknya.
Ini betul2 keterlaluan, karena menurut saya putri si A tidak salah kenapa ketiban salah juga. Menurut saya dalam kasus ini putri si A sebagai peserta sedangkan orangtuanya bukan peserta jadi yang kena sangsi adalah seharusnya orangtuanya, bukan dianak putrinya. Sangsinya cukup dengan menyisir orangtua A tersebut keluar dari sekitar lapangan tersbut selama turnamen berlangsung. Itu keputusan yang benar. Tapi sayapun diam saja , tidak mau berargumentasi karena kuatir dampaknya bisa bisa dia ambil tindakan dengan default petenis Indonesia yang bersama dalam tim saya. Bayangkan ada 3 yang masuk final.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar