Jakarta, 8 Desember 2017. Kembali teringat disaat diundang sebagai sport expert menghadiri acara Inapgoc (Indonesia Asian Paragames Organizing committee ) dikota Solo untuk persiapan pembuatan Technical Handbook Wheelchair Tenis (THB) selama dua hari. Hadir dalam ruangan tersebut wakil dari NPC (National Paralympic Indonesia) rekan Yasin Onasie dan Maimun yang mewakili Tenis Kursi Roda di NPC.
Saat itu bingung juga karena kehadiran saya sebagai pribadi bukan mewakili induk organisasi tenis di Indonesia sebagaimana lazimnya. Saat itu sempat bertanya kepada salah satu panpel status saya sebagai apa. Ternyata sebagai sport expert. Jadi jelas, dan selama kegiatan ataupun penyusunan THB saya duduk bersamaan dengan kedua wakil NPC tanpa berkomunikasi membahas masalah THB karena masing masing merasa lebih berhak.
Begitu pula saat presentasi ke Panpel keduanya lebih aktif dan saya hanya sebagai pendengar saja kecuali ditanya baru berikan masukan saja.
Disini terlihat ada keinginan seperti info yang saya dapatkan dari rekan di kantor Menpora kalau NPC berkeinginan mereka yang jadi panpelnya sedangkan kantor Kemenpora menghendaki berbeda.
Tetapi sempat pula saya bertanya kenapa tidak ada komunikasi dengan PP Pelti.
Dan dapat jawaban kalau sudah dikirimi surat tapi tidak ada responsnya
Sayapun sempat melemparkan pertanyaan kepada petinggi PP Pelti dimana dikatakan tidak pernah terima surat resmi.
Ya, kalau mau ditanya salah siapa bukan lagi ranah saya pribadi. Karena kepercayaan yang diberikan kepada saya sudah cukup bagi saya untuk menjalankan amanah yang diberikan.
Teringat pula kalau sewaktu diundang menjadi Technical Delegate Asean Paragames di Kuala Lumpur bulan September 2017 lalu, juga tidak melalui PP Pelti tetapi penawaran langsung kepada saya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar