Kamis, 17 April 2014

Wartawan mau buat Petisi

Jakarta, 17 April 2014. Hari Rabu 16 April  ada kegiatan Press Conference Davis Cup di Senayan, dilakukan oleh PP Pelti . Saya tahu karena pagi hari saya singgah ke Kantor PP Pelti bawa Formulir Pendaftaran TDP Yunior setelah latihan tenis di Senayan, dan diberitahu ada kegiatan tersebut.
Tentunya saya tidak mau hadir karena pagi ini habis main tenis dan tidak bawa pakaian kerja.
Ternyata ada kasus baru yang terjadi. Saya ditilpon oleh salah satu wartawan Suharto Olii memberiahukan kekecewaan mereka dengan press conference kemarin.

Kamis, 10 April 2014

Komunikasi tidak jalan mulus, gimana jadinya Tenis kita

Jakarta,10 April 2104. Setelah membaca kalender TDP 2014, saya sedikiti prihatin dengan penjadwalannya yang kurang tepat. Yaitu pelaksanaan TDP Piala Gubernur DKI Jakarta dengan Davis Cup. Kenapa sampai demikian terjadinya. Gubernur Cup mulai 21-27 April 2014 sedangkan Davis Cup 25-27 April 2014. Ada yang bertanya apa yang salah? Bisa saja dan boleh saja dilaksanakan walaupun dalam satu kota.
Yang saya permasalahkan adalah Davis Cup itu diikuti 4 petenis nasional dimana kedudukan tim Indonesia itu sudah diujung kejatuhan kalau kalah lawan China Hongkong, artinya akan tercatat dalam sejarah hitam kalau Indonesia alami degradasi ke grup 3. Bayangkan saja selama ini belum pernah terjadi Indonesia masuk grup 3 baik Davis Cup maupun Fed Cup. Kita boleh bangga ditahun 1989 Indonesia masuk grup Dunia dizaman Indonesia lawan Jerman. Ada yang menikmati lawan Boris Becker saat itu. Sekarang untuk tahun 2015 bisa2 Indonesia harus merayap ke grup 3, ini jangan sampai terjadi.

Senin, 07 April 2014

Jual Beli Atlet sudah marak

Jakarta, 8 April 2014. Kalau isu masalah perpindahan atlet dari satu daerah kedaerah lain sudah merupakan kewajaran saja didunia tenis Indonesia. Ini terjadi karena lemahnya pembinaan pertenisan didaerah daerah kita. Ini akibat kinerja Pelti didaerah daerah sangat lemah. Menurut pendapat saya, dari 33-34 Pengda Pelti di Indonesia yang aktip hanyalah bisa dihitung dengan jari tangan saja, artiya sekitar 30 prosen saja maksimalnya yang aktip. Lainnya kita lihat saja sendiri.
Perpindahan terjadi bukan saja didunia tenis tetapi juga sudah terjadi dicabor lainnya. Ada penyebabnya yaitu akibat ada salah satu multi events yang hasinya kurang membantu prestasi tapi lebih banyak membawa kepada presitise saja. Yaitu adanya Pekan Olahraga Daerah atau PORDA yang sekarang berganti nama menjadi Pekan Olahraga Provinsi (PORPROV) dan juga Pekan Oalahraga Nasional (PON).
Setiap menjelang PON ataupun PORPROV selalu terjadi hijrahnya atlet kedaerah yang lebih cenderung ke tuan rumah. Kalau baca statement petinggi KONI daerah tersebut sangatlah menggelikan, karena dikatakan itu keingnan atlet bukan penawaran pengurus induk olahraga. Bisa saja ngeles.

Ikut 2 turnamen dalam waktu yang sama

Jakarta. 8 April 2014.  Tertarik juga dalam satu tulisan kecil di facebook rekan pelatih tenis di Jakarta, yang mengingatkan akan klausul keikut sertaan petenis dalam suatu turnamen. Yaitu petenis tidak diperkenankan ikuti 2 turnamen dalam minggu yang sama, apalagi dalam waktu yang sama.
Memang ini sudah tercantum dalam ketentuan pertandingan baik internasional maupun nasional. Nah, sekarang apakah sudah dilaksanakan dengan baik di Indoneia. Kita telusuri saja setiap turnamen yang ada sekarang. Kecenderungan so pasti ada.

Jumat, 04 April 2014

Kekecewaan sponsor terhadap Liga sudah kelihatan

Jakarta. Sewaktu di Singapore bersamaan waktu dengan pelaksanaan turnamen yaitu Liga Tenis Junior Nasional dengan sponsor Bank Mayapada di Jakarta. Awalnya saya dapat masukan kalau pesertanya sangat sedikit menurut rekan saya mantan ketua bidang pertandingan PP pelti sendiri. Kok bisa tahu, karena dia diberitahu teman teman lainnya. Sedangkan saya sudah tidak berminat lagi mau cari athu, kecuai diberitahu, seperti ini.'Begitu juag sewaktu di Singapre saya dengar dari rekan rekan tenis Indonesia yang berada di Singapore yang sedang ikuti turnamen nasional Singapore. Berita prihatin yaitu katanya Bank Mayapada kecewa berat dengan pelaksanaan Liga ini. Bayangkan awal kegiatan sudah menunjukkan kekecewaan tersebut, gimana selanjutnya. Alasannya saya sendiri tidak mau tahu karena so pasti saya tahu kekecewaan tersebut akibat penanganan yang kurang atau ketidak tahuan oleh pelaksananya, yang penting duitnya sudah masuk kas.. Pelaksanaan pertama di Jakarta kemudian dilanjutkan di Bandung ternyata pesertanya sekitar 80 an saja , jauh dari proposalnya yang diberikan kepada sposnor sehingga tertarik ikut serta.

Bicarakan soal turnamen eksekutif

Jakarta, Ketemu teman lama cukup menarik juga diungkapkan. Karena rekan ini bergerak sebagai E.O, maka pembicaraapun tentang kegiatan olahraga tenis khususnya.
Ketemu di Starbuck di Cibubur Junction. Macet dan susah parkir jadinya disore hari tersebut. Tepatnya hari Senin sore 31 Maret 2014.
Ketemu dan berbincang tentang keinginannya adakan kegiatan tenis di Jakarta khususnya di Universitas Indonesia. dia tertarik dengan kegiatan saya yaitu RemajaTenis untu dipindahkan ke lapangan tenis Universitas Indonesia.. Masalahnya adalah di Universitas Indonesia, Depok ada 3 lapangan keras dan 1 gravel. Saya kemukakan kalau kendala lapangannya kalau selenggarakan turnamen seperti RemajaTenis.Tetapi keinginan itu saya sambut jangan dilepaskan begitu saja.
Ideanya cukup bagus dan sudah pernah saya lakukan beberapa tahun silam. Yaitu dalam suatu kegiatan seperti turnamen harus diikuti juga semacam festival, dengan berbagai kegiatan. Masalahnya sekarang adalah fundraising atau pencarian dana nomor satu sedangkan kelemahan saya adalah gak bisa cari dana.