Kamis, 20 Oktober 2011

Tidak tahu diri

Jakarta, 20 Oktober 2011. Pengalaman baru di Palembang sewaktu jalankan tugas sebagai wakil direktur turnamen Garuda Indonesia Champs yang merupakan gabungan turnamen Men's Futures($ 15,000) dan Women's Circuit ($ 25,000).
Sebelumnya setiap rapat INASOC (Indonesia SEA Games Organizing Committee) saya selalu membanggakan kalau Stadion Tenis Jakabaring yang pertama kali selesai dibangun dibandingkan venue cabang olahraga lainnya.

Sudah berkali kali berkunjung ke Palembang baik sendiri sendiri maupun bersama Ketua Umum dan Sekjen PP Pelti, pengarahan langsung ke rekan Pelti Sumsel yang ikut mendampingi, dilakukan baik oleh Ketua Umum dan Sekjen, saya berharap semua itu sudah dilakukan atau dilaksanakan pada kunjungan berikutnya. Tetapi ternata tidak ada action.

Tiba hari Jumat 23 September 2011 siang dimana saat itu Ketua Panpel Tenis Aga Soemarno tiba lebih awal karena saya alami kesulitan booking pesawat terbang pagi. Saya kaget setengah mati melihat kondisi lapangan tenis Jakabaring, karena seluruh toilet dalam kondisi sangat kotor dan tidak ada air sehingga banyak atelt khususnya putri dari manca negara sudah latihan tetapi ingin kebelakang tidak bisa karena belum ada air. Ini masalah besar. Belum lagi lapangan tidak ada backdropnya yang sudah lama diberitahukan harus ada karena bola bisa pecahkan kaca kaca disana kalau tidak ditutup. Ketika ditanyaan selalu dapat jawaban sebentar lagi.Referee pun sudah katakan kenapa memilih tempat ini unuk pertandingan internasional. "Ini belum siap." diapun tidak mengerti kenapa dibuat di Jakabaring. Dan saya tidak mau terangkan karena melihat Referee sudah marah marah, menurut saya lebih baik didiamkan.Dan saya tidak bisa berbuat apa apa walaupun sudah mengeluh dengan rekan di Palembang. Bantuan Firdaus salah satu rekan di Palembang cukup banyak karena saya arus persiapkan kebutuhan turnamen yang masih nol besar sepertiperalatan pertandingan yaitu Ice cooler, stringer . Terpaksa keluar kocek sendiri berbelanja di Carrefour Palembang beli 5 ice cooler seadanya. Masalah stringer yang merupakan salah satu persyaratan turnamen belum tersdia. Saya hanya dijanjikan oleh salah satu rekan di Palembang. Bahkan turnamen sudah mulai dimana Referee sudah marah marah melihat amburadulnya fasilitas di Jakabaring, saya kejar petugas yang janjikan adanya stringer tersebut, tetai selalu dapat jawabannya, nanti nanti terus. Akhirnya senin pagi saya bersama Firdaus keluar sendiri ke toko Sport Seth di Palembang, bertemu dengan pemilik yang dikenal dengan nama Bitu. Surat yang dibutuhkan langsung saya kontak Jakarta agar dikirimkan surat dari PP Pelti. Dalam waktu 15 menit surat sudah masuk. Uusanpun bisa selesai karen dikirimkannya besok harinya. Saya pun mempunyai idea agar Referee Nitin tidak ngamuk terus dengan perkenalkan dengan Bitu karena sama sama dari India. Lancar sudah kemarahan Refere bisa diredam.
Kebetulan saya harus berangkat ke Jakarta Selasa 27 September 2011 karena ada rapat INASOC. Masalah pagi Senin 26 Sptember adalah tetap air yang belum nisa mengalir. Karena belum ada Koordinasi antara PDAM dan PLN. Air sudah ada di tangki darurat. Dalam dua hari ini setiap pagi selalu ada masalah khususnya belum lancarnya air mengalir, dan Refereepun tidak mau jalankan turnamen jika air belum lancar. Ya, saya katakan tunggu saja.
Sewaktu saya kembali ke Jakarta, Ketua Umum dan Sekjen ke Palembang dan bertemu di bandara Sultan Mahmud II.Langsung meninjau lapangan dimana ditemukan masalah yang sama yaitu air belum mengalir.
Besoknya saya kembali ke Palembang, dan dapt laporan kalau rekan saya dari Palembang menyampaikan laporan yang memojokkan saya atau menjelek jelekan saya. Dikatakan hanya jalan jalan, padahal semua informasi semua dia yang pegang dan tidak pernah diteruskan ke rekan rekan lainnya. Ya begitulah nasib jika sudah berusaha untuk kebaikan Palembang ternyata justru diputar balikkan. Lebih sedih lagi sewaktu saya berikan kaos panpel Garuda Indonesia, rekan ini minta kaos untuk ketua Pengprov Pelti Pelti dan saya berikan semua 4 pcs. Tetapi ternyata tidak satupun diberikan sama Ketua Pengprov Pelti Sumsel.
Memang tidak tahu diri..ini biangnya sehingga kemerosotan tenis Sumsel berada ditangannya yang selaku manis didepan saya tetapi akhirnya saya tahu siapa dia sebenarnya.

Muncul idea RemajaTenis di Palembang

Jakarta, 20 Oktober 2011. Setelah kembali dari Palembang sebagai persiapan SEA Games 2011, saya teringat kembali mengisis blogger ini sebagai pengalaman di Palembang. Sejak ditunjuk sebagai Ketua Panpel SOFT TENNIS SEA Games 2011 di Palembang, saya sering bolak balik ke Palembang mulai dari pengecekan stadion tenis Jakabaring sampai pengarahan terhadap rekan rekan di Palembang.
Sejak beberapa hari ini Palembang saya teringat beberapa tahu silam selenggarakan turnamen Persami di Palembang. Melihat megahnya stadio tenis Jakabaring semangat sayapun timbul untuk kembali bangkitkan pertenisan di Palembang. Kenapa kita tidak memanfaatkan fasilitas yang sudah ada dan termegah di Sumatra. Langsung teringat kalau di Jakbaring akan diselenggarakan turnamen internaional dan nasional. Langsung saya memanfatkan momen ini karena selama 2 minggu saya berada di Palembang.
Langsung saya coba atur dengan rekan di Palembang Tarmudji yang juga anggota Pelti Sumatra Selatan. Ternyata mendapatkan sambutan sehingga diaturnya lapangan di tiga lokasi. Waduh ini masalah baru lagi, tabah repot karena letaknya tidak berdekatan.
Akhirnya seaktu saya lemparkan inisiatif ini ke Facebook, ternyata dapat sambutan dari rekan rekan tenis. Muncullah penawaran di lapangan Pusri ada 6 lapangan . Saya teringat pula Pekan Olahraga Nasional 2004 sewaktu itu saya sebagai Technical Delegate dan tahun lalu di POPWIL.
Dengan modal niat , tekad dan juga nekat maka saya beranikan selenggarakan RemajaTenis di Palembang.
Puji Tuhan, ternyata mendapatkan sambutan peserta datang dari Sumatra Barat, Lampung, Bengkulu, Jambi Bangka Belitung bahkan jakarta, Manado, Banjarmasin Bandung mulai muncul dipendaftarannya.