Jumat, 31 Desember 2010

Suka Duka di Tahun 2010

Jakarta, 31 Desember 2010. Memasuki akhir tahun 2010 tentunya punya kenangan baik manis maupun pahit didalam kehidupan sehari hari. Tetapi tentunya kenangan pahit itu bukan sebagai alasan untuk tidak berkreativitas lagi, bahkan digunakan sebagai cambuk untuk menghadapi tahun depan.
Kenangan yang cukup mengenangkan adalah bisa terselenggarakannya 13 turnamen nasional yunior dengan label RemajaTenis, yang sangat didambakan oleh masyarakat tenis khususnya petenis yunior yang sangat haus akan keberadaan turnamen. Apalagi bagi petenis luar pulau Jawa yang sangat haus akan kegiatan turnamen skala nasional ini. Saya sendiri tidak akan menyangka bisa merealiser 13 kali turnamen RemajaTenis, diawali di Mataram (Nusa Tenggara Barat) dimana saya harus ber Tahun Baru di kota Mataram. Sayapun membawa anak dan istri sekalian bertahun baru di Mataram. Kemudian di Jakarta, Bandung , Solo, Palu, Sumbawa Besar. Seterusnya masuk ke Pontianak, Banjarmasin. Begitulah perjalanan RemajaTenis di tahun 2010.

Tuntutan seperti ini yang mengingatkan akan diri saya sendiri sewaktu masih yunior dan berada diluar pulau Jawa dimana kegiatan turnamen masih banyak disekitar kepentinagn orangtua saja dan melupakan keberadaan petenis yunior.
Mungkin tanpa memiliki pengalaman sebagai petenis yunior dulu kala akan mematikan semangat selenggarakan turnamen nasional yunior ini.
Memang turnamen yang saya prakarsai ini dengan label RemajaTenis, akhirnya saya pernah alami suatu keadaan putus asaan setelah mengalami cobaan cobaan baik berupa caci maki maupun keluh kesah yang tidak terlalu mendasar karena masih banyak yang sangat berterima kasih akan keberadaan RemajaTenis tersebut. Karena saya sangat bersemangat sampai melupakan satu turnamen Persami dengan label Piala Ferry Raturandang yang sudah memasuki ke 69 kali, setelah dulu kala menggunakan nama Persami sejak tahun 1994 diperkenalkan di Jakarta.
Bahkan sampai sekarang masih sering saya terima permintaan datang dari Palangka Raya akan keberadaan Piala Ferry Raturandang tersebut.

Sebenarnya sejak selenggarakan RemajaTenis dibulan Agustus 2010 di Jakarta, saya sudah alami keputus asaan untuk melanjutkan RemajaTenis yang sudah dicanangkan setiap bulannya harus ada. Tetapi permintaan datang sehingga awalnya dijadwalkan di Cirebon belum siap maka sayapun mengalihkan kegiatan ini ke kota Bandung. Sehingga RemajaTenis memasuki yang ke 13 ditahun 2010 ini. Jika tahun 2009 sempat selenggarakan RemajaTenis sampai kelima maka ditahun 2010 bertambah menjadi 13 kali. Sebenarnya saya mentargetkan ditahun 2010 selenggarakan 20 kali RemajaTenis diseluruh Indonesia. Tetapi ketidak siapan dibeberapa kota seperti Cirebon, Medan, Manado, Samarinda sehingga semua mimpi saya belum bisa terealiser.

Bagaimana dengan tahun 2011 ini ? Apakah semangat itu masih ada ? Ternyata harus saya akui salah satu kelemahan saya adalah jika muncul permintaan apalagi datangnya dari petenis yunior maka hati sayapun tergugah untuk memenuhi salah satu kebutuhan petenis adalah turnamen itu. Sayapun masih mengharapkan bisa selenggarakan RemajaTenis di Manado, Samarinda, Cirebon dan Medan yang sempat tertunda di tahun 2010. Disamping itu pula baik Semarang, Ambarawa , Palembang, Solo maupun Jogjakarta saya upayakan agar bisa diselenggarakan di tahun 2011, Bagaimana kelanjutan Piala Ferry Raturandang yang sangat dibutuhkan sebagai ajang petenis pemula untuk mengasah kemampuannya. Saya sedang pikirkan akan dibawa kemana Piala Ferry Raturandang.

Rabu, 29 Desember 2010

Keinginan ada Turnamen Internasional di Jogja

Jakarta, 29 Desember 2010. Hari ini saya terima SMS dari salah satu orangtua petenis yang menyampaikan keinginan selenggarakan turnamen internasional yunior di kota Jogja. Keinginan seperti ini harus kita tampung dengan baik, walaupun kita menyadari minim kemungkinannya bisa terlaksana. Begitu juga ada permintaan budget yirnamen dikota Palembang dari rekan saya di Pelti Sumatra Selatan. Ya, semua keinginan ini harus bisa ditampung. Dalam hal ini saya hanya bisa meneruskan keingian tersebut ke bidang Pertandingan jika sudah matang digodok masing masing pihak. Dalam hal ini saya hanya menyampaikan kalau persyaratan turnamen internasional itu harus ada lapangan tenis dalam satu lokasi, kemudian sediakan hotel bertaraf internasional sesuai edaran terakhir dari ITF, sediakan transportasi dari hotel ke lapangan. Ada lagi yang harus dipenuhi adalah sanctione fee ke ITF tang besarnya berbeda tergantung kategorinya. Kalau baru pertama kali tentunya masuk Grade 5 dan saction fee ke PP Pelti Rp 750.000.

Memang keinginan kita semua agar makin banyak turnamen internasional yunior di Indonesia karena jumlah turnamen nasional yunior sendiri cukup banyak dan jika memungkinkan semua bisa di upgrade menjadi internasional. Tetapi hal ini tentunya tidak memungkinkan, karena yang menentukan adalah ITF sebagai badan tenis internasional. Salah satu syarat yang saya ketahui bahwa tergantung juga dengan jumlah Vote Pelti di ITF. Nah, vote ini untuk Pelti adalah 5, berarti jumlah turnamen internasional tidak boleh lebih, artinya hanya 4. Kalau kita mau naikan vote tersebut menjadi 6 maka iuran tahunannya juga akan naik. Saat ini Pelti sendiri sudah harus bayar iuran tiap tahun sebesar US $ 20,000. Nah kalau lebih dari 5 maka tentunya akan naik iurannya.

Selasa, 28 Desember 2010

Resiko Jabatan

Jakarta, 28 Desember 2010. Tinggal menunggu waktu saja tahun 2010 akan berakhir dan berpindah ke tahun 2011. Saya mencoba melihat kejadian kejadian yang menimpa diri saya selama tahun 2010. Karena saya menyadari duduk sebagai petinggi di induk organisasi tenis di Indonesia yaitu Pelti Pusat maka tentunya akan ada suka dan dukanya. Kelihatannya enak sekali tetapi sebenarnya banyak juga tidak enaknya. Tidak enak karena belum tentu keinginan masyarakat bisa dipenuhi sepenuhnya oleh induk organisasi tenis ini, sehingga sebagai petinggi Pelti akan menerima getahnya sebegai bentuk kekecewaan tersebut. Memang saya sendiri sudah sering menyampaikan kepada orangtua petenis yunior yang sering ikuti turnamen Persami Piala Ferry Raturandang maupun turnamen RemajaTenis sebagai penasehat melihat betapa besar dukungan orangtua memajukan putra dan putri kesayangannya di pertenisan kita ini. Nasehat saya hanya katakan bahwa siap siap saja orangtua itu KECEWA.
Kok bisa, karena kecewa itu bisa mulai kemajuan anaknya, kecewa kepada pelatih, kecewa kepada klub, kecewa kepada pelaksana turnamen, kecewa terhadap Pelti baik ditingat Kotamadya/Kabupaten, Provinsi dan Pusat sekalipun.
Kenapa kekecewaan terhadap Pelti Pusat ditimpakan kepada saya bukan kepada rekan rekan lainnya. Kebijakan Pelti tentunya akan berdampak kepada diri saya itu sudah saya sadari. Sedangkan bagi saya keputusan yang dibuat oleh Pelti tentu harus saya dukung walaupun secara pribadi tidak menyetujuinya. Itu lumrah jika kita berorganisasi. Kembali kenapa kepada saya, karena saya yang paling sering berkomunikasi dengan masyarakat tenis baik secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi melalui turnamen turnamen dimana saya mulai banyak mengenal orangtua maupun pelatih pelatihnya. Komunikasi melalui dunia maya juga saya sering lakukan untuk menyebar informasi tenis lebih cepat. Dan saya paling sering kirim SMS melalui telponseluler kepada masyarakat tenis dari Sabang sampai Merauke. Begitu juga keluhan setiap pelaksanan turnamen khususnya turnamen yunior selalu ada saja kekecewaan orangtua atau keputusan keputusan dilakukan oleh penyelenggara turnamen. Keluhan datang pertelpon ataupun SMS, bahkan sampai hari ini pun seang berlangsung turnamen Pemalang Open saya terima telpon dan SMS mempertanyakan keputusan penyelenggara. Tetapi akhir akhir ini kalau ada telpon kemudian tidak terdaftar dalam memory ponsel saya maka saya biarkan saja dan tidak mau menjawabnya.

Kadang kala kekecewaan tersebut disampaikan secara sopan tetapi ada juga yang disampaikan secara tidak sopan. Semua ini saya harus terima dengan lapang dada, dan saya masih bisa melakoninya walaupun sesekali saya juga sempat mau marah, tetapi masih bisa saya redam karena resiko duduk diinduk organisasi. Ini namanya resiko jabatan.
Kapan muncul kekecewaan itu, biasanya sewaktu pemilihan atlet untuk tim nasional baik yang yunior maupun senior. Saya sendiri maklum sekali masalah ini karena ego dari masyarakat tenis cukup besar karena mereka membeayai sendiri pembinaan putra dan putrinya. Tetapi akibat terhadap diri saya cukup besar jika orangtua kecewa dengan Pelti akan juga benci kepada diri saya. Ini sudah terjadi di tahun 2010. Awalnya hubungan cukup "mesra", tetapi akhirnya sekarang justru sebaliknya. Ibaratnya mau tegokpun tidak apalagi mau beri salam. Inilah resikonya. Dan sayapun tidak perlu merasa sakit hati. Walaupun banyak yang sudah saya bantu bukan bantu dalam dana tetapi bantu berikan informasi dan lai lainnya. Tapi saya tidak akan mengcalim bahwa itu jasa saya. Saya cukup bangga bisa berikan yang terbaik bagi altet tenis secara tidak langsung.

Saya akui pernah juga berbuat kesalahan tetapi cepat saya sadari dan tidak segan segan saya meminta maaf karena kesalahan tersebut. Kita harus berani sportif sudah cukup bagi saya selama ini karena saya menyadari duduk di induk organisasi tenis ini hanyalah sebagai pelayan kepada masyarakat tenis. That's all.

Kalau hubungan didalam induk organisasi selalu menunjukkan kebaikan karena demi organisasi saya berprinsip harus tetap rukun walaupun kadangkala suka muncul ketidak senangan. Ini lumrah saja, tetapi bagi saya demi organisasi kita harus bersatu juga didalamnya. Tetapi tugas saya juga harus mengingatkan kepada rekan rekan jikalau sudah keluar dari kebijakan Pelti, dan harus diluruskan karena menyangkut nama Pelti bukan perorangan. Perbedaan pendapat sudah sering dilontarkan jika dalam rapat intern, tetapi akhirnya diketemukan kesepakatan bersama dan itu yang jarus saya jaga walaupun didalam hati sendiri belum menerima keputusan itu. Tapi harus saya selamatkan karena sudah merupakan keputusan bersama. Inilah organisasi.

Senin, 27 Desember 2010

Referee juga bisa buat Kekeliruan

Jakarta, 27 Desember 2010. Hari ini saya menerima telpon dan SMS dari masyarakat tenis yang sedang mengikuti turnamen nasional yunior di Pemalang Jawa Tengah. Bukan untuk pertama kali saya terima keluhan terhadap pelaksanaan Turnamen nasional ini. Saya sendiri akui kalau tingkat kesulitan masih besar dipelaksanaan turnamen nasional yunior dibandingkan lainnya.

Disebutkan untuk pertandingan ganda putra KU 10 tahun, hasil Draw sudah diumumkan dan ditepel oleh penyelenggara tetapi kemudian dirubah Draw tersebut. Kenapa ? Ternyata menurut orangtua pemain katakan karena salah Seeded. Tidak seusai PNPnya, ada atlet yang seharusnya masuk unggulan sudah dimainkan lebih awal. Dan perubahan itu karena ada usulan pelatih lainnya.
Re-draw dalam bahasa tenisnya ini bukan hal yang tabu dipertenisan. Bisa juga dikatakan seharusnya tabu, tapi dengan catatan catatan tertentu. Nah catatan ini bisa berupa kalau Referee (yang masukdalam penyelenggara) kurang terliti maka Re-draw bisa dilakukan. Saya pernah ditanya dimana ada aturan yang mengatakan boleh Re-draw ini. Kalau tanya peraturannya so pasti tidak ada.
Yang jelas ini adalah kesalahan Referee atau kekurang cermatan Referee sampai terjadi Re-Draw tersebut. Jika ada kesalahan tentunya harus diperbaiki sehingga turnamen bisa berjalan dengan baik. Memang kasus seperti ini suka terjadi dan berdasarkan pengalaman saya selama ini baik oleh Referee Internasional pernah terjadi( 1989-1991) didepan saya. Kalau Referee sampai berkali kali lakukan hal seperti ini berarti Referee tersebut belum berkualitas. Harap maklum saja karena mereka ini otodidak.

Kemudian setelah saya menjawa SMS yang ikut juga bertanya, saya disampaikan Redraw dilakukan karena ada usulan pelatih. Sayapun sampaikan bisa saja terjadi pelatih tersebut mengetahui kalau Referee itu buat kekeliruan. Ya, manusiawi lah


Kenapa Saya Suka Facebook ?

Jakarta, 27 Desember 2010. Saya termasuk orang yang tiap hari selalu berhubungan dengan internet sehingga dirumahpun saya sediakan PC dengan koneksinya bisa ke internet disamping melalui laptop sehingga kemanapun saya bisa berinternaksi dengan internet.
Selain membuka email, saya juga suka membantu rekan Humas PP Pelti di website Pelti yaitu www.pelti.or.id. Khususnya memonitor surat pembaca.
Setelah membaca surat masuk di email, saya juga mempunyai acccount Facebook yang juga sudah dikenal masyarakat banyak.

Yang jadi pertanyaan sekarang, "kenapa saya getol mengisi Facebook pribadi?" Sarana ini saya gunakan dan lebih cepat sampai karena saya ikuti sekarang sedang trend anak muda yang tentunya khusus petenis kita itu semua ikuti facebook ini. Sehingga kesempatan memberikan petuah ataupun wejangan baik rohani maupun pertenisan saya manfaatkan sarana ini. Apalagi sekarang petenis kita ini suka ber BB ria (Black Berry) yang sebenarnya ada negativenya juga. Kenapa demikian, karena mereka dengan BB nya itu kurang konsentrasi di lapangan tenis. Coba kita perhatikan petenis yunior kita lebih banyak chattingnya dibandingkan melihat permainan lawannya.

Disamping itu pula saya dengan mudah menyebar informasi kepenggemar Facebook tentang tenis kita baik itu turnamen ataupun memberikan pengetahuan tentang pertandingan maupun pembinaan. Caranya saya berikan pertanyaan pertanyaan dan langsung mendapatkan respons. Khususnya tentang pertandigan saya melihat masih kurang pengetahuan mereka ini. Banyak jawaban yang salah diberikan mereka. Maka dari itu untuk kedepan saya akan coba berikan pengetahuan khusus pertandingan dengan lemparkan kasus kasus yang terjadi dilapangan.
Sebagai atlet tenis seharusnya mereka sudah harus tahu tentang HAK dan KEWAJIBANNYA.

Terima Hadiah Natal di Surabaya

Surabaya, 26 Desember 2010. Hari ini saya pergi ke Surabaya dengan Lion Air dan rencana kembali ke Jakarta sore ataupun malam tergantung dari selesai memenuhi acara di Surabaya. Suasana Natal masih ada karena ini hari kedua Natal bagi umat Kristiani. Tetapi karena permintaan teman teman dari Tulungagung dan Surabaya agar saya bisa hadir di Surabaya, saya penuhi juga.
Tetapi yang saya tidak akan lupakan dalam kehidupan saya di pertenisan ini, saya mendapatkan hadiah Natal di Surabaya ini. Sebenarnya hadiah ini sangat berkesan dan membuat hati panas dan marah, hanya karena masih disuasana Natal sehingga saya masih didalam kesadaran tinggi. Terjadinya justru saya tidak duga sekali.
Setelah acara penyerahan hadiah pemenang Piala Gubernur Jatim selesai maka turunlah hujan rintik rintik dilapangan tenis Brawijaya Surabaya sehingga sayapun masuk ke club house lapangan tersebut. Saat itu saya melihat salah satu petenis ES sedang berdiri sendiri sehingga saya teringat pesan dari rekan saya Diko Moerdono (Ka Bid Pembinaan Senior PP Pelti) untuk membantu dia karena dia mau liburan akhir tahun ini. Bantuan yang diharapkan agar menghubungi petenis pelatnas SEA Games beritahu adanya kewajiban anggota Pelatnas SEA Games ikuti program masuk camp ke Batujajar yang kita kenal sebagai pusat pendidikan pasukan khusus Angkatan Darat tanggal 5-19 Januari 2011. Dan minta nama atau jadwal turnamen yang akan diikutinya di Januari 2011.
Ketika saya samperin ES dan menyampaikan kepadanya untuk menanyakan program try out turnamennya di bulan Januari 2011, saya menerima kata kata yang dengan nada tinggi membuat saya jadi kaget juga. Sayapun hanya mengatakan, hey E (nama panggilannya, sambil mendekatinya), mau minta program turnamen dibulan Januari 2011. Tapi sewaktu belum selesai bicara sudah disambut dengan kata kata yang rada tinggi suaranya. Langsung saya terdiam hanya bisa mendengar saja ocehannya tersebut. Kok saya bermaksud baik bertanya disambut dengan nada tinggi yang akan menarik perhatian orang lain disekitar saya (dibelakang saya kira2 3 meter ada Christopher Rungkat dan beberapa orang Surabaya). Saya sendiri agak lupa apa ocehannya karena dengan dia sedang marah sehingga darah saya jadi naik karena mau marah juga. Aneh juga, saya berbicara dengan nada rendah bertanya tapi disambut dengan nada marah. Intinya kalau tidak salah mengatakan " Buat apa mau baik baik sekarang sedangkan dibelakang lain " kira kira begitu nadanya. Sayapun menyadari bahwa ini masih suasana Natal sehingga sayapun lebih baik mengalah dengan cara tidak perlu adu mulut, apalagi di lapangan tenis dan sayapun masih duduk di induk organisasi tenis (Pelti) yang tentunya malu mau berdebat kusir dengan orang yang lagi kecewa apalagi baru saja kalah dipertandingan final hari ini.
Sayapun mengevaluasi situasi ini kenapa sampai terjadi demikian sedangkan selama ini bertegur sapa seperti biasa. Apakah tadi sewaktu final lawan Christopher dia sudah unggul 7-5 diset pertama kemudian set kedua unggul 5-3 dan ternyata kalah 5-7, dan kalah diset ketiga. Saya tidak lupa sewaktu itu duduk bersama dengan Bupati Tulungagung Heru bersama dengan Ketua Panpel Fattah, dan saya ini disetiap pertandingan jarang tepuk tangan kalau yg bertanding petenis Indonesia. Tapi kalau ada permainan yang menegangkan dan ada tontonan menarik saya sekali kali ikut tepuk tangan karena terpukau dengan permaina tersebut. Selama kedua petenis bertanding saya juga pernah bertepuk tangan untuk kedua pemain jika ada pukulan yang menakjubkan. Jadi tidak hanya kepada salah satu pemain, biar adil sehingga tidak ada kesan membela salah satu pemain. Apakah sewaktu saya tepuk tangan untuk lawannya dan dia lihat maka dipikirnya saya berpihak kepada lawannya. Banyak kemungkinan kemungkinan saya evaluasi sehingga yang bersangkutan bisa kecewa membuat dia bisa melampiaskan kekecewaannya dengan keluarkan semua uneg unegnya.
Kemudian saya teringat sewaktu penyerahan hadiah, Fattah sambil berjalan dengan dia mengatakan kepada saya bahwa dia itu nyaris , dan saya sambut dengan menepuk biasa bahunya.
Setelah saya menjauhinya sayapun masih mendengar ocehannya yang tentunya akan menarik perhatian oranglain, tapi tidak saya layani dan akhirnya dia diam saja. "Ada apa dengan dia ya? " Sayapun menyadari sekali kalau duduk di PP Pelti itu kalau sampai ada kebijakan yang tidak menyenangkan petenis tentunya sayapun akan dimasukkan dalam ranah musuhnya juga. Ini resiko jabatan, sedangkan saya tidak terlibat didalam pembinaan atlet maupun tim nasional. Tetapi saya pernah mendampingi tim sewaktu dia masuk dalam tim Davis Cup lawan Hongkong di Hongkong beberapa tahun silam. Sayapun menenangkan diri dengan menjauhi saja menunggu turunnya hujan karena akan ke bandara Juanda.
Beberapa menit kemudian saya melihat rekan rekan sibuk mencari tenaga medis yang sudah pulang karena ada peserta yang ambruk, dan dugaan saya benar pasti dia yang ambruk. Setelah melihat ambulance datang dan petugas medis membawa pasien yang diangkut sayapun dengan sedih melihat dia diangkut ke Rumah Sakit.
Waktu saya ceritakan kepada rekan saya masalah ini dan saya dibilang kenapa tidak digampar saja anak begitu kurang ajar. Sayapun teringat 2 bulan sebelum PON 2008 di Kaltim, saya sempat khilaf juga dijalan dengan menghajar pengendara motor karena kaca spion mobil dipecahkan. Kok bisa tenang tenang saja. " Ya sudah anggap saja hadiah Natal 2010. " itu lebih baik daripada jadi brutal.

Jumat, 24 Desember 2010

Mengenang Peristiwa Mei 1998

Jakarta, 24 Desember 2010. Beberapa malam lalu ketika nonton TV acara MetroTV yang mengangkat cerita korban korban peristiwa Mei 1998 yaitu peristiwa kerusuhan melanda Jakarta. Saat itu saya masih di Pusat Tenis Kemayoran Jakarta. Ini peristiwa tepat waktunya sudah lupa kemungkinan tanggal 12-15 Mei 1998.

Saya dikejutkan dengan berita datang dari rekan rekan di Pusat Tenis Kemayoran bahwa ada pembakaran pembakaran disekitar jalan Gunung Sahari, Senen dan Pasar Baru. Ternyata ada penjarahan dimanfaatkan oleh masyarakat yang berjiwa perampok. Langsung saya perintahkan agar pintu gerbang Pusat Tenis Kemayoran ditutup saja. Saat itu saya menyempatkan diri naik keatap kantor Pusat Tenis Kemayoran yang saya pikir tidak akan kedua kalinya mau naik ke atap rumah atau kantor. Terlihat dibelakang sekitar Danau Sunter berlalu lalang manusia maupun mobil Mikrolet yang mengangkut barang barang jarahan dari gudang gudang di Sunter."Kok teganya ?"
Kemudian saya anjurkan kepada pelanggan yang lagi bermain tenis di lapangan indoor agar tidak keluar bahkan saya anjurkan menginap saja di Pusat Tenis Kemayoran dan mobil mobil agar parkir dibelakang dan tidak terlihat dari luar agar tidak mengundang garong garong perusuh ini masuk. Hatipun serasa teriris melihat perlakuan demikian terhadap golongan minoritas, tetapi tidak berdaya. Hanya bisa menolong menyelamatkan yang bisa diselamatkan sudah merupakan tugas yang mulia.
Kemudian masuk laporan dari Posko Satpam ada yang bawa TV hasil penjarahan ke Pos tersebut,langsung saya perintahkan suruh keluar orang yang bawa dan juga TV tersebut jangan sekali kali disimpan di Posko tersebut.
Beberapa pelanggan ikut tidur di Pusat Tenis Kemayoran sesuai anjuran saya selaku penanggung jawab Pusat Tenis Kemayoran, dan mereka mau ikuti termasuk mobil mobil disimpan dibelakang.
Tapi ada telpon dari putri saya yang kuliah di Universitas Bina Nusantara (BINUS). Minta dijemput untuk pulang karena ada kerusuhan dijalan jalan yang sudah merambah keseluruh kota Jakarta. Kampusnya di Jakarta Barat yang sebenarnya dekat dengan rumah saya di Taman Alfa Indah, tetapi ternyata dia sedang dirumah teman kuliahnya.
Saya memberanikan diri keluar Pusat Tenis Kemayoran tetapi dengan naik motor saja. Kebetulan ada motor "butut" yang ada, tetapi lupa kalau perlu diisi bensin. Perjalanan lancar sampai kerumah temannya dan sayapun menggonceng putri saya kearah rumah. Tapi sampai dijalan arteri motor mogok. Waduh, gimana jadinya. Saya panggil motor ojek untuk menarik motor mogok yang ternyata habis bensinnya. Tidak ada yang jual bensin, sedangkan pom bensin juga ikut tutup.
Sewaktu ditarik, di jalan Pos Pengumben ada kerumuman massa sedang membakar atau menjarah toko toko yang ada, Anak saya bertanya, gimana nih mau terus atau berhenti. Saya hanya katakan jalan terus dan berdoa saja, dan pengendara ojek saya katakan jalan perlahan lahan saja. Puji Tuhan bisa melewati kerumunan massa tersebut sampai rumah dengan aman. Malam itu saya tidur rumah tidak kembali ke Kemayoran. Tapi saya ketemu rekan rekan tetangga dan sama sama menjaga agar massa tidak masuk kedalam kompleks Alfa Indah tempat tinggal saya selama ini. Disni terlihat muncullah kebersamaan bertetangga mucul sehingga melupakan ego masing masing masyarakat khususnya dikota Jakarta. Mulailah kita saling mengenal tetangga sendiri yang selama ini terlupakan karena kesibukan masing masing yang cukup padat.

Ada Perhatian = UANG

Jakarta, 24 Desember 2010. Beberapa hari lalu saya mendengar percakapan tilpon rekan di sekretariat PP Pelti dengan orang diluar. Ternyata cukup menarik sekali karena ternyata sipenelpon mau bikin Kartu Tanda Anggota (KTA) Pelti, Kok aneh, karena sebenarnya setiap atlet berhak membuat KTA Pelti yang sedang digalak galakin PP Pelti.

Yang menarik sekali adalah ternyata atlet tersebut telah mengajukan dengan mengisi Formulir KTA Pelti baru sedangkan yang bersangkutan sudah punya KTA Pelti dan sudah terdaftar berasal dari Jawa Barat. Ternyata ada keinginan pindah ke DKI Jakarta. Ini kejadian kedua kalinya saya dengar, yang pertama telpon langsung dari salah satu orangtua atlet yunior Jawa Barat yang mau memperkuat tim DKI Jakarta. Telpon dari orangtua dan salah satu orangtua yang domisili di Jakarta.
Atlet ini ternyata ikuti juga PORPROV di Kepri.
Percakapan rekan saya tadi menarik karena kelihatannya atlet tersebut mau menyimpan KTA Pelti yang lama dan mengharapkan dapat KTA Pelti yang baru. Dipikirnya ini Kartu Kredit, bisa dimiliki berbagai bank punya.

Ya sekarang sih saya lihat kesempatan emas bagi petenis yunior pindah pindah "semu" kekota atau provinsi lainnya hanya karena mengejar " UANG" dengan alasan klasik adalah daerah domisili sekarng tidak ada perhatian, sedangkan daerah lain ada perhatian. Disini yang dimaksud menurut saya perhatian itu identik dengan
"UANG"

Bersyukurlah ada Atlet Yg bermasalah Tidak diundang Seleknas

Jakarta, 24 Desember 2010. Menjelang Natal yang merupakan peristiwa penting bagi umat Kristiani, PP Pelti telah menentukan peserta Seleknas Tenis KU 14 tahun dan 16 tahun. Biasanya ditentukan setelah Tahun Baru tetapi kali ini sebelum Natal, karena Indonesia harus ikuti Pra Kualifikasi World Junior Tennis ( KU 4 th) dan Junior Davis Cup (KU 16 Putra .
Saya sudah perkirakan setiap ada seleknas selalu muncul ketidak puasan bagi orangtua maupun pelatihnya. Ini menurut saya hal yang biasa. Selama penyampaiannya cukup sopan maka bukan masalah. Kali ini ada beberapa pertanyaan datang karena ketidak puasan karena putra ataupun putrinya tidak terpilih masuk dalam daftar tersebut.
Saya sendiri hanya mengikutinya saja karena dalam posisi bukan sebagai penentu tetapi jika dibutuhkan pendapat saya tidak segan segan memberikannya.

Memang dari kelompok yunior yang sangat rentan akan ketidak sportipan atlet , saya melihat ada atlet yang saya punya dugaan tidak sportip karena usianya sudah merupakan tanda tanya. Walaupun tahun 2010 berhasil dipanggil ikut seleknas 2010 beberapa bulan lalu, tetapi saya bersyukur sekali dia tidak masuk dalam kriteria karena Peringkat Nasionalnya sudah merosot diakhir tahun 2010. Atlet ini punya pelatih yang kata rekan rekan lainnya yang baru kenal dia dikatakan tempramental, tetapi saya sudah kenal lama sewaktu dia di Jakarta. Bagi orang didaerah yang baru dia masuki dianggap sedikit tempramental. Rekan saya sewaktu terima telponnya, saya sempat katakan bahwa bilang saja AFR tidak setuju atletnya diterima ikut, biar sekalian kesempatan bagi saya bongkar lagi pemalsuan Akte Kelahirannya. Bagaimana mungkin Akte Kelahirannya itu ASLI tapi menurut saya ASPAL (Asli tp Palsu). Kok bisa, karena akte yang ditunjukkan orangtuanya waktu itu saat Seleknas 2010 adalah Formulirnya ASLI tetapi yang saya anggap tidak masuk akal adalah tanda tangan pejabat Kantor Catatan Sipil tersebut dengan STEMPEL . Apa mungkin begitu kalau asli.?

Tetapi ada satu ganjelan lagi masih ada satu lagi yang diragukan oleh orangtua petenis lainnya. Ada atlet yang terpilih ikuti Seleknas 2011 yang diragukan. Saya coba buka data base saya tentang atlet tersebut ( yang sampai hari ini belum mempunyai KTA Pelti), ternyata dari fotocopy Akte Kelahirannya masih termasuk bukan Akte Kelahiran Pemutihan. Jadi saya anggap sudah betul, tapi saya lihat dalam catatan tersebut masih ada ganjelannya karena data Buku Rapor yang kurang meyakinkan yaitu masuk SD diusia 4,5 tahun. Masuk akalkah? Jadi saya usulkan kepada rekan saya lainnya agar atlet tersebut waktu seleknas membawa dokumen seperti asli akte kelahiran dan buku rapornya kelas satu dan juga ijazah SD (ini paling penting).
Disini saya kira perlu dibuat aturan agar bisa menahan lajunya data atlet yang tidak sportif seperti ini. Ini akan dicoba dulu, kemungkinan melalu pengajuan KTA Pelti agar lebih diperketat aturannya.

Masalah Cidera atlet muda

Jakarta, 24 Desember 2010. Saya coba iseng baca hasil turnamen nasional khususnya kelompok yunior di tahun 2010. Ada yang menarik kalau saya baca sehingga saya coba angkat disini. Beberapa petenis yunior yang saya amati cukup potensial disaat masih muda dan semua harapan kita agar berprestasi ditingkat nasional maupun internasional. Yang saya kuatirkan dan sudah terjadi adalah masalah cidera disuatu turnamen. Memang kalau bicara cidera bukan masalah asing diturnamen tenis. Tetapi cidera yang satu ini yang sangat saya kuatirkan yaitu yang disebut " KRAM".

Kenapa bisa terjadi hal ini.Kram bisa terjadi dikaki, ataupun tangan dan bahkan lebih parah lagi ke perut. Yang jadi pertanyaan saya adalah ketidak siapan sang atlet dalam menjaga fisiknya. Ini maslah ketidak siapan atlet terhadap fisik sudah lama sekali saya amati. Kesimpulan saya kram terjadi karena ketidak siapan si atlet menjaga kondisi fisiknya. Bagaimana mengatur latihan fisik sebelum maupun menjelang dan sesudah turnamen itu ada aturan mainnya. Ini sangat vital sekali. Ini baru bertanding dalam maksimal 3 set saja sudah bisa terjadi. Bagaimana kalau main dalam 5 set?
Bahkan pernah di pertandingan 5 set yang saya lihat yaitu petenis nasional kita waktu itu di Hongkong pertandingan Davis Cup antara Indonesia melawan Hongkong, salah satau petenis nasional kita (usia masih muda) kramnya bisa naik ke perut. Wow mengerikan.
Cobalah kita petenis harus menyadari bahwa kelemahan fisik sang atlet agar mendapatkan perhatian. Jaman sekarang ada pelatih teknik, ada pelatih fisik, ada ahli gizi dll didalam mempersiapkan atlet berprestasi. Jadi libatkan semua ilmu didalam peningkatan prestasi olahraga.
Saya tidak perlu menyebutkan nama dari atlet atlet yunior kita , karena bisa banyak pihak yang tersinggung. Yang pasti atlet tersebut masih berusia paling tinggi 16 tahun. Ini usia yang sangat rentan sekali kalau tidak segera diatasi maka prestasinya akan mandek.

Senin, 20 Desember 2010

Berani Tidak keluarkan Piagam Keikursertaan

Jakarta, 19 Desember 2010. Saya mencoba melihat pelaksanaan kepelatihan pelatih tenis selama ini baik yang saya kerjakan di Jakarta maupun dilakukan oleh rekan rekan Pelti didaerah. Timbul pertanyaan yaitu yang dibutuhkan kuantitas atau kualitas. Kepelatihan pelatih merupakan salah satu program pemberdayaan SDM pertenisan kita dimana dibutuhkan pelatih pelatih berkualitas didaerah daerah. Dari hasil selama ini dikenal kepelatiahan pelatih ITF Level-1 yang merupakan jenjang kepelatihan ITF paling rendah.

Tetapi saya melihat kenyataan selama ini banyak peminat yang datang hanya membutuhkan PIAGAM nya bukan keilmuannya yang bisa diterapkan kelapangan. Nah, yang jadi pertanyaan adalah Piagam itu untuk apa jika ilmunya tidak diserap dan diterapkan dilapangan. Bahkan saya pernah awal tahun ini terima permintaan via SMS untuk mendapatkanpiagam tersebut walaupun tidak mengikuti langsung. Bisa dibayangkan pelatih tersebut mau bayar per piagam sejumlah jutaan rupiah. Gila kali ya.
Rupanya piagam tersebut bisa digunakan untuk kenaikan pangkatnya diinstansinya tempat dia bekerja. Artinya profesi pelatih ini belum merupakan jabatan profesinya tetapi jabatan sambilan saja.
Ada satu pemikiran saya disetiap penataran seperti ini apalagi yang mengeluarkan sertifikat kelulusan , kita harus berani tidak keluarkan Piagam keikut sertaannya. Cukup piagam kalau lulus saja disediakan sehingga hasilnya bisa dipertanggung jawabkan, Ini ibarat sekolah, kalau tidak lulus tidak perlu disediakan piagamnya. Tetapi apakah ini bisa diterima semua pihak. Kita harus berani melakukan perubahan demi kemajuan pertenisan kita ini.

Minggu, 19 Desember 2010

Pelayanan kepada Peserta butuh perhatian

Jakarta, 19 Desember 2010. Menjelang akhir tahun, pertenisan Indonesia masih tetap saja berlangsung khususnya pelaksanaan turnamen nasional yuniornya. Saya sendiri masih mempunyai satu keinginan agar dalam pelaksanaan dilapangan bisa berjalan lancar dimana bisa memuaskan semua pihak. Karena kita harus menyadari paling banyak keluhan justru didalam pelaksanaan turnamen kelompok yunior, jika dibandingkan dengan turnamen kelompok umum.
Kalau kita melihat akhir dari pelaksanaan semuanya berjalan dengan sukses. Tetapi saya mencoba membedah pelaksanaannya terutama diawal turnamen ternyata masih banyak yang harus diperbaiki. Saya melihat secara keseluruhan khususnya jika saya melihat langsung bisa terlihat banyak hal yang harus diperhatikan. Termasuk pelaksanaan Turnamen RemajaTenis sendiri masih banyak kelemahan yang harus diperbaiki. Saya selalu melihat pelaksanaan turnamen dari 3 kepentingan yaitu kepentingan sponsor, kepentingan penonton dan kepentingan peserta.
Mulai dari kepentingan sponsor, masih jauh dari keinginan karena terus terang tidak semua turnamen yunior memperhatikan kepentingan sponsor karena akan membebani pelaksana yang sudah sulit mendapatkan dana sponsor. Penempatan kepentingan sponsor masih sekitar acara pembukaan saja, tetapi masih kurang perhatikan masalah publikasi khususnya sebagai kunci kepentingan sponsor. Kita harus akui kesulitan dana sebagai penyebab sehingga kepentingan sponsor ini sedikit diabaikan. Untungnya masalah sponsor ini didapat karena faktor kedekatan dengan sponsor saja bukan dari aspek bisnis semata. Kalau kepentingan penonton, akibat dari sarana dan prasarana yang tersedia diturnamen masih sangat minim sekali.
Kepentingan peserta masih berjalan ditempat. Saya sendiri tidak tahu mau dari mana kita mulai perbaiki. Karena ada beberapa hal yang kurang mendidik sehingga petenis yunior kurang mendapatkan pembelajaran menghadapi turnamen. Baik itu hak maupun kewajibannya. Kita harus menyadari sekali turnamen yunior itu merupakan turnamen pembinaan. Bina dalam peningkatan prestasi juga bina hak dan kewajiban atlet perlu mendapatkan perhatian.
Hak peserta seperti jadwal turnamen maupun hasil undian sudah harus dipegang oleh atletnya sebelum pertandingan mulai. Disini dikatakan turnamen mulai bisa sehari sebelumnya sudah ada jadwal maupun undiannya ataupun beberapa jam sesudah diundi.

Coba kita perhatikan seringkali waktu sign-in dilakukan dan penutupannya membutuhkan waktu sangat lama undiannya sudah bisa dipublikasikan artinya sudah diketahui oleh pesertanya, bukan oleh panitianya. Dari tahun ketahun saya melihat masih belum ada perbaikannya khususnya turnamen nasional yunior. Kalau internasional yunior bisa dilakukan karena hanya membuat 2 jenis pertandingan yaitu putra dan putri KU 18 tahun. Tetapi kalau diikut sertakan dengan nasionalnya yaitu KU 16 th, 14 th, 12 th dan 10 tahun ternyata berbeda sekali.
Saya coba perhatikan didalam suatu turnamen nasional, masalah waktu undian itu ternyata bisa sekitar 15-20 menit saja untuk satu jenis tergantung jumlah pesertanya, misalnya mengundi tunggal KU 10 tahun putra. Tetapi kalau kita perhatikan selama ini ada yang terjadi sampai lebih dari 5 jam , belum lagi membuat order of play yang seharusnya sudah diketahui 1-2 jam setelah diundi. Tetapi apa yang terjadi selama ini, bagi orangtua so pasti bisa menjawabnya. Dan ada juga orangtua atau pelatih sudah tidak perduli lagi masalah waktu karena sudah sering terjadi. Padahal pelaksana turnamen bukan muka baru tetapi sudah berpengalaman paling banyak. Disini kelemahannya mereka ini tidak mau belajar untuk memperbaikinya.
Saya coba pelajari dimana letak kelemahan yang menghambat pelaksanaannya, karena situasi sekarang sudah berbeda dengan puluhan tahun silam dimana komputer belum ada.
Saya tidak lupa di tahun 1980 dimana saya mulai terlibat diturnamen tenis Maesa,pernah terjadi membuat undian dan order of playnya itu bisa sampai pukul 04.00 dini hari, karena turnamen maesa saat itu bisa sampai 33 eventsnya. Bisa dibayangkan sudah berkali kali waktu itu Maesa Paskah berjalan dengan situasi seperti itu.

Kesimpulan pertama adalah belum ada kemauan dari pelaksana terutama yang membuat undian, untuk memperbaikinya. Memang ada suatu kebiasaan dari rekan rekan pelaksana turnamen yang selama ini dianggap sudah sering lakukan tanpa mau mengevaluasinya maka tetap akan berlangsung terus tanpa ada perbaikan.
Jadi disini kelemahan pertama adalah perencanaannya.
Tentunya sebagai orangtua pemain berkeinginan semua itu lancar, dan jika mendapatkan pelayanan penyelenggara kepada mereka maka kepuasan ini akan membuat peserta akan tetap mengikutinya.

Waktu yang dibutuhkan penyelenggara untuk mengundi maksimal 20 menit, jika ada KU 10 tahun, 12 tahun, 14 tahun dan 16 tahun putra dan putri maka dibutuhkan waktu hanya 120 menit untuk mengundinya. Saya bicara masalah mengundi saja. Yang jadi masalah adalah persiapan mengundinya, ini yangmembuat butuh waktu panjang karena kita tidak mempersiapkan sebelumnya. Disinilah masalah teknis saja yang saya perhatikan diabaikan karena terbuai dengan gaya dan caranya sendiri. Sebenarnya semua bisa dilakukan ditempat seaktu menerima sign-in, tetapi ada yang lakukan pulang kehotelnya dulu. Lebih celakanya ada petugasnya sampai dirumah langsung tidur dulu dengan catatan nanti tengah malam baru dikerjakan. Bagaimana nasibnya kalau tidurnya kebablasan sampai pagi. Pagi pagi bangun kewalahan mau mengundinya. Kacau kan.


Rabu, 15 Desember 2010

Apa Tujuan Bermain Tenis ?

Jakarta, 15 Desember 2010. Ada satu hal yang menarik untuk dibahas disini, karena jika kita bertanya kepada atlet tenis Indonesia, khususnya yang telah memasuki jenjang turnamen internasional Procircuit artinya turnamen yang telah menyediakan prize money.
"Apa tujuan Anda bermain tenis? "
Tentunya kita akan mendapatkan jawaban yang berbeda beda tergantung dari petenisnya sendiri.
Dari beberapa jawaban ada jawaban yang menurut pendapat pribadi saya kurang mendukung prestasinya sendiri. Karena pengamatan saya jawaban yang keluar adalah ...." mau cari uang".
Sulit untuk mendapatkan jawaban ' TO BE A CHAMPION " Atau mau jadi juara dunia atau mau menjadi seperti petenis dunia ( sebut satu nama favoritnya).
Tetapi kalau kita bertanya kepetenis yunior apalagi kalau usia dibawah 14 tahun maka masih bisa kita dapatkan jawaban "mau jadi juara" itu.
Nah, kekuatiran atas jawaban mau cari uang itu cukup mendasar. Walaupun bisa dikatakan sah sah saja. Tetapi menurut pendapat saya berbeda dengan jawaban kedua dimana komitmen atlet lebih besar dibandingkan yang menjawab mencari uang tersebut.
Sekarang turnamen nasional maupun interenasional profesional menyediakan prize money berbeda dengan turnamen yunior tanpa menyediakan prize money.
Masuk babak pertama (babak utama) saja sudah tersedia uang, jadi bukan hanya juaranya yang dapat prize money tersebut, sehingga berupaya mendapatkan tempat di babak utama melalui fasilitas wild card saja tanpa mau susah susah dulu.
Akibatnya mereka ini cepat puas dengan hadiah seadanya, bukan mengejar tempat sebagai juara. Karena kalau mau jadi juara dibutuhkan pengorbanan cukup besar. Harus mengejar turnamen berbobot yang seharusnya untuk mengasah prestasinya. Dan kemungkinan keluar uang lebih dulu bukan dapat uang. Inilah masalahnya.
Akibatnya bisa dilihat di turnamen turnamen, kalau kalah tanpa menunjukkan penyesalannya.

Senin, 13 Desember 2010

Mau kemana besok ?

Jakarta, 13 Desember 2010. Disela sela turnamen tenis di Hotel Sultan Jakarta, saya melihat ada keragu raguan orangtua terhadap perkembangan putra ataupun putrinya atas prestasinya. Ini sih wajar wajar saja sehingga timbul karagu raguan tersebut. Dan bukan sekarang saja dimana pertenisan nasional khususnya yunior makin semarak. Lebih parah sepuluh ataupun duapuluh tahun silam.
Ada yang mengatakan apa yang bisa didapatkan dari tenis. Lebih baik back to school.

Memang saya sendiri lebih cenderung kalau atlet itu tidak melupakan sekolahnya, apalagi sekarang belum semua sekolah masih belum mendukung olahraga apalagi tenis. Jangan sampai tidak sekolah hanya main tenis. Ini justru yang salah. Karena pendidikan disekolah atau pendidikan formal itu penting sekali dalam membentuk pribadi seseorang yang muda usia.

Sebenarnya sebagai orangtua harus jeli juga, jangan sampai karena ambisi yang lebih menjurus ke ambisius justru merupakan bumerang baginya. Kenapa demikian harus jeli. Sekolah itu penting karena seorang juara itu juga harus pintar. Tidak ada lagi bodoh tapi bisa juara.
Memang banyak orangtua tidak ada waktu lagi memonitor putra dan putrinya didalam menjalankan aktivitas olahraga diluar rumahnya.
Memang olahraga iru disamping untuk kesehatan banyak sekali manfaatnya dalam pembinaan dirinya. Adanya gangguan gangguan diluar rumah tanpa disadari masih mengancam masa depan putra putri Indonesia. Khususnya semua pihak sudah mengetahui yaitu NARKOBA. Dengan banyak kesibukan maka sulit Narkoba merongrong kehidupan disamping pendidikan agama juga mutlak.
Akibat ambisiusnya orangtua bisa menjerumuskan anak anak ke Narkoba tersebut.

Kembali ke pertanyaan diatas untuk menjawab keragu raguan orangtua terhadap pembinaan putra dan putrinya. Kita sudah harus bisa melihat sampai dimana kemajuan putra dan putri kita. Tidak perlu kuatir ada alat pantaunya yaitu yang sangat sederhana sekali yaitu PERINGKAT NASIONAL PELTI yang dikeluarkan oleh PP Pelti, atau juga bisa digunakan ITF rank dan WTA rank dan ATP rank. Jika ditanyakan kepada orang yang salah apalagi punya kepentingan maka jawabannya sangat subjektip sekali. Kembali kepada tujuannya bermain tenis.
Kalau sudah ingin go international karena mau tingkatkan prestasinya maka harus banyak pertimbangannya. Bisakah menembus peringkat dunianya ? Ini yang penting butuh kejeliannya.
Jika kiranya sulit menembus ke peringkat dunia, maka mulailah berpikir bisa berprestasi di dunia pendidikan juga bisa digunakan sebagai alat jika ingin mendapatkan bea siswa pendidikan di negeri Paman Sam (USA). Dengan syarat selaian berprestasi di tenis, juga harus berprestasi didunia pendidikan. Karena akibat melalaikan masalah sekolah selama bermain tenis maka di USA awalnya bisa ikut tetapi tidak bertahan lama karena jika prestasi tenis membaik tetapi prestasi pendidikan di Universitas menurun maka akan dikeluarkan juga. Ini masalah.

Jika dari pemantauan selama ini bisa menembus keperingkat dunia baik junior kemudian WTA rank atau ATP rank, maka barulah kita all out. Disini butuh kejelian. Tetapi jika berhasil menembus peringkat dunia maka hasil bermain tenis didunia nasional maupun internasional akan membuka mata para orangtua kalau sebenarnya tidak menyesal melepaskan putra dan putrinya ke dunia tenis. Fakta akan berkata lain.

Minggu, 12 Desember 2010

Pertanyaan masalah code of conduct

Jakarta, 12 Desember 2010. Disela sela pertandingan Garuda Indonesia Masters 2010 yang berlangsung di lapangan tenis Hotel Sultan Jakarta, saya sempat ditanya oleh salah satu orangtua petenis Jakarta, Tommy. Ini pertanyaan yang berkaitan dengan peraturan tenis yaitu menyangkut code of conduct.
"Apakah tidak ada hukuman bagi petenis dalam pertandingan membanting raket didalam lapangan." ujarnya karena menganggap banyak petenis yunior yang ikut menyaksikan event ini. Disebutkan salah satu mantan petenis nasional yang pernah ikut mewakili Indonesia di event Davis Cup kemarin sewaktu bertanding menunjukkan kekesalannya dengan membanting raket dan juga pernah melempar raketnya.
Kecemasan ini wajar sekali muncul karena sebagai orangtua tidak mau anak anak diberi tontonan yang kurang mendidik.
"Oh, kalau dalam aturan memang ada hukumannya. Ada wasit maka seharusnya wasit tersebut yang menghukum langsung. Apalagi kalau raketnya pecah, dan juga kalau lapangannya sampai rusak oleh ulah tersebut itu ada hukumannya. Untuk event seperti ini hukumannya jelas adalah denda dalam bentuk uang yang akan dipotong di prize money yang diterimanya." ujar saya menjelaskan kepada Tommy.
Saya sendiri tidak melihat kejadian tersebut karena sering turunnya hujan membuat ogah ogahan muncul ke lapangan tenis Hotel Sultan. Kalau memang benar seperti laporan tadi maka Referee akan memperkuat hukuman tersebut dari laporan wasit yang bertugas. "Pasti ada hukumannya." ujar saya meyakinkannya.
Hari ini saya sedang menunggu kedatangan rombongan dari Tulungagung yaitu Bupati Tulungangung , Ketua Pelti Kab. Tulungagung dr.Bambang Supeno yang juga teman sekelas di FK Unair Surabaya. Kedatangan rombongan ini ingin bertemu dengan Ketua Umum PP Pelti Martina Widjaja.
Kehadiran saya dilapangan cukup menyenangkan karena bisa bertemu dengan teman lama yaitu dr. Bambang Supeno (Tulungagung) dan dr. Firmansyah ( spesialis Anak) yang keduanya juga petenis aktif.

Rabu, 08 Desember 2010

SMS menyakitkan

Jakarta, 8 Desember 2010. Sewaktu diadakan turnamen tenis RemajaTenis di Bandung tanggal 4-7 Desember 2010 ada dua SMS masuk kedalam telpon seluler saya yang cukup berkesan bagi saya. Yang satu datang dari salah satu orangtua , cukup dimengerti karena ketidak tahuan masalahnya. Dan dianggap wajar saja. Yaitu ada pertanyaan terhadap undian tunggal putra KU 12 tahun. Kenapa si A dimasukkan kedalam unggulan 1 dan si B masuk dalam unggulan 2. Kenapa tidak digunakan acuan PNP KU 12 tahun. Ini muncul karena putranya posisinya dianggap merugikan. Sedangkan putranya lebih unggul di PNP 12 tahun tersebut.

Dalam hal ini saya jelaskan yang dimaksud dengan PNP adalah Peringkat Nasional Pelti artinya dikeluarkan resmi oleh PP PELTI. Jika ada Peringkat KU 12 bukanlah PNP KU 12 tahun tetapi peringkat tersebut dikeluarkan atas inisiatip wasit tenis dengan tujuan membantu kerja Referee TDP Nasional didalam menjalankan undian nantinya.

Andaikan tidak ada PNP KU 12 tahun ataupun KU 10 tahun, maka yang dilakukan adalah penempatan agar peserta yang satu klub atau kota atau provinsi dipisahkan sehingga peserta tersebut tidak saling ketemu dibabak awal. Setelah itu baru diundi. Ini patokan yang digunakan.
Akhirnya penjelasan tersebut masih bisa dimengerti. Khususnya KU 10 tahun dan 12 tahun perlu banyak pertandingan. Makin banyak bertanding makin baik untuk pembinaannya.
Hal seperti ini suka terjadi pertanyaan masalah PNP KU 12 ataupun KU 10 tahun yang pernah dipublikasikan oleh Tabloid Tennis sehingga dianggap sebagai PNP yang dikeluarkan oleh PP Pelti.
Bahkan Ketua Umum PP Pelti waktu itu pernah bertanya dan sudah dijelaskan dan langsung saya minta kepada Tabloid Tennis untuk tidak dipublikasikan PNP 10 dan 12 tahun.

SMS kedua datang dari Bunge Nahor ini menyebalkan karena tuduhan yang menyakitkan hati saya sendiri. Karena sebagai teman lama saya kenal, begitu manis dan baik didepan saya tetapi justru bertolak belakang jika dibelakang saya. Info seperti ini sering saya dengar dari rekan rekan diturnamen RemajaTenis ,tetapi saya suka lupakan tingkah lakunya selama ini. Tetapi kali ini yang menyakitkan adalah dikatakan MERUSAK PERATURAN TENIS INDONESIA. Yang jadi pertanyaan adalah peraturan mana sih, kok begitu gampangnya katakan demikian. Karena memasukkan nama yang tidak jelas setelah diundi. Dikatakan lebih mementingkan bisnisnya. Bagi yang kurang mengerti tentunya akan langsung menelan tuduhan tersebut. Tetapi saya sudah mengerti sekali motif nya sehingga begitu gencar mengeluarkan pernyataan seperti itu.Karena sebelumnya saya terima telponnya karena ada keinginan agar menang wo supaya bisa masuk semifinal tanpa tanding, dan saya hanya katakan serahkan kepada Referee.
SMS ini disebar luaskan ke Ketua Umum PP Pelti sehingga timbul kesan saya ada masalah dengan Bunge Nahor. Kemungkinan juga kepada pengurus lainnya. Menjelang habisnya masa kepengurusan PP Pelti ini kami semua diminta agar tidak membuat masalah sehingga berakhir dengan baik. Sehingga Ketua Umum PP Pelti cepat bereaksi.

Dalam pelaksanaan kali ini saya akui ada kelalaian penyelenggara RemajaTenis didalam menerima pendaftaran. Baru pertama kali RemajaTenis merubah sistem pendaftaran yaitu dimana setiap peserta bisa kirimkan pendaftaran melalui fax atau SMS dan uang pendaftaran ditransfer ke rekening bank BCA yang sudah disebutkan nomor rekeningnya.Yang telah mentransfer langsung diminta kirimkan bukti transfer melalui fax. Dan ada yang SMS bukti mobile banking. Dan juga saat turnamen membawa bukti transfer tersebut. Setelah itu batas waktu pendaftaran ditutup langsung nama nama yang daftar dipublikasikan melalui situsnya RemajaTenis sendiri termasuk undiannya. Tetapi tidak semua peserta suka membuka internet atau membaca disitus RemajaTenis.

Harus diakui tata cara baru ini ada yang suka dan ada yang tidak suka, sehingga dalam pelaksanannya belum semua pihak dapat menjalankan.
Menyadari adanya pendaftaran yang belum masuk dalam undian, maka saya berikan masukan kepada Referee yang bertugas Hengky Karel bahwa semua itu yang putuskan adalah Referee, dan selaku technical advisor saya akan dukung. Disamping itu saya berikan juga contoh contoh pengalaman selama ini dimana Referee pernah lakukan yaitu nama sudah sign-in tetapi di draw tidak ada. ITF Referee tersebut kalau itu kesalahannya maka diputuskan re-draw.
Kali ini karena KU 12 tahun, maka tidak perlu di redraw cukup digantikan yang mundur tersebut.

Dugaan akan terjadi belum mulusnya diikuti tata cara seperti ini, dengan tujuan suatu saat pembelajaran bisa diterima dan bisa diikuti semua pihak maka beberapa toleransi masih diberikan. Masih ada kesulitan jika merubah tata cara baru dengan konsukuensi kurang populer.
Ternyata dari 63 peserta yang daftar , hanya 10 % yang belum transfer, tetapi sudah memberikan jaminan akan melunasinya. DDan terbukti jaminan tersebut. Kenyataannya juga masih ada beberapa peserta yang belum kirimkan bukti tarnsfer dgn fax maupun membawa bukti transfer ke lapangan untuk menunjukkan benar benar sudah laksanakan. Tetapi ada toleransi diberikan oleh penyelenggara apalagi dikatakan lupa bawa bukti transfernya dengan konsukuensi belum bayar tapi bisa bertanding. Tetapi dugaan seperti itu dihilangkan karena kepentingan turnamen harus diutamakan dulu. Bukan praduga macam macam yang diutamakan.

Setiba dirumah saya dikejutkan dengan masuknya SMS dari nomor tak dikenal yaitu 021 96878464 yang isinya mengagetkan yaitu VERY TAI Ha ha ha, ada lagi orang gila masuk dimana kirimkan SMS dengan isi yang sama sebanyak 3 kali.
Ya sudah daripada pusing pusing sebaiknya lupakan saja RemajaTenis ini, sudah capek berbuat tetapi begitulah penilaiannya. Tetapi sempat juga kepala dibuat pusing. Obatnya tidur saja.

Percaya atau tidak ternyata RemajaTenis sudah memasuki yang ke 13 kalinya di tahun 2010 mulai dari Mataram, Jakarta, Sumbawa Besar, Solo, Palu, Bandung, Pontianak, Banjarmasin. Kalau tahun 2009 RemajaTenis sudah berlangsung selain di Jakarta, digelar pula di D.I.Y, Medan dan Cirebon.

"Apakah ini yang terakhir bagi RemajaTenis ?"

Jumat, 03 Desember 2010

Syarat KTA Pelti adalah KTP dan Kartu Keluarga

Jakarta, 3 Desember 2010. Hari ini sempat sedikit pembicaraan dengan rekan rekan tenis masalah Kartu Tanda Anggota (KTA) Pelti. Karena saat ini setelah pelaksanaan Pekan Olahraga Tenis Nasional di Jakarta, kebutuhan KTA Pelti sepertinya mendapatkan perhatian, apalagi dalam rapat PP Pelti diminta agar tahun 2011 sudah harus berani menerapkan salah satu peraturan persyaratan peserta TDP Nasional yaitu memiliki KTA Pelti. Ini peraturan sudah lama beredar tetapi tidak ada perhatian baik dari Pelti dari tingkat Kabupaten/Kotamadya , Provinsi maupun Pusat. Kenapa demikian, tidak ada kontrol masalah ketentuan yang dibuat sendiri.
Nah, terbuka suydah dalam rapat tersebut kekuatiran dari petugas yang diangkat berdasarkan SK Ketua Umum Pelti selaku Referee TDP Nasional yang sebenarnya sebagai alat pertama yang bisa menerapkan dan mengontrol ketentuan TDP tersebut.

Saya sudah siapkan konsep masalah KTA Pelti mulai dari tata cara pengajuan KTA Pelti daris etiap petenis. Awalnya KTA Pelti itu dipaksakan dibuat untuk menolong orangtua agar dalam setiap TDP Nasional tidak perlu membawa Akte Kelahiran ASLI, cukup dengan menunjukkan KTA Pelti.
Kalau melihat cara ITF yang perlu ditiru adalah masalah IPIN dimana setiap peserta turnamen internasional wajib memiliki IPIN (International Player's Identification Number). Refere selaku petugas merupakan kepanjangan tangan ITF yang akan menolak jika ada petenis belum punya IPIN tersebut sehingga tidak bisa ikut. Sudah ada korban petenis kita yang tidak bisa ikuti Men's Futures di Indonesia.
Memang dalam pembuatannya tidak terlalu rumit bahkan sangat gampang. Ini akhirnya menjelang PORPROV ataupun PON mulailah terasa kebutuhan KTA tersebut.
"Bagaiman caranya membuat aturan KTA ini agar tidak terlalu menggampangkan sekali pembuatannya. Saat ini cukup isi formulir dan bawa fotocopy Akte Kelahiran dan pasfoto untuk kelompok yunior atau KTP bagi kelompok umum.
Saat ini sudah beberapa sms yang saya terima permintaan petenis yunior yang tinggal di kota A (sesuai KTA Peltinya) mau pindah ke kota B karena mau ikut turnamen tenis bela nama kota B dan mau ganti KTAnya. Tapi orangtuanya tetap di kota A, sedangkan petenis ini masih KU 14 tahun, artinya belum punya KTP.
Ada satu pemikiran dalam mengisi KTA harus dilengkapi dengan Fotocopy Kartu Keluarga baik itu yunior maupun senior. Saya kira dengan cara seperti ini maka lebih bisa menertibkan KTA Pelti yang saat ini sudah lebih dari 2.000 yang dikeluarkan PP Pelti
.

Kamis, 02 Desember 2010

Aturan Mutasi KONI Pusat Terbaru

Jakarta, 2 Desember 2010. Saya tertarik juga masalah Mutasi atlet yang sulit dibendung akibat dari kurang sportifnya pembina olahraga ini. Apalagi sejak maraknya Pekan Olahraga Provinsi didaerah daerah membuat mata yang awalnya ngantuk jadi bisa terrbuka kembali. Sebenarnya saya tidak tertarik ikuti masalah mutasi atlet ini, tetapi sampai pagi ini masih ada juga telpon yang tanyakan masalah mutasi ini.
Seperti pagi ini terima telpon dari salah satu orangtua (mungkin dia juga pengurus Pelti Kotamadya). Begitu juga telpon ataupun SMS dari salah satu orangtua petenis yunior (saya kenal karena atlet ini suka ikuti turnamen yang saya jalankan yaitu Piala Ferry Raturandang dan RemajaTenis. Atlet tersebut masih masuk KU 14 tahun.

Karena mau ikut Gubernur Cup di Jakarta sedangkan domisilinya di Bekasi sehingga Kartu Tanda Anggota (KTA) Peltinya masuk Bekasi. Karena pertanyaan ini berkaitan dengan keinginan bela daerah lain maka muncul keragu raguannya sehingga ingin minta pendapat yang terus terang saya kurang memberikan respons.

Saya akhirnya coba buka Ketentuan KONI Pusat yang terbaru yaitu SK No.55 tahun 2010. Awalnya saya hanya melirik ke batas waktunya yang sebelumnya (SK No 25 tahun 2006 ) disebutkan batas waktunya mengajukan permohonan mutasi 1,5 tahun. Ternyata sekarang 2 tahun. Pelaksanaan PON XVIII 2012 di Riau adalah 9 September 2012.
Dari bab ke bab lainnya saya tidak melihat ada klausul yang melibatkan PP Pelti walaupun sebagai tembusan sekalipun. Yang dilibatkan adalah atlet, klub, Pelti Kota/Kabupaten, Pelti Provinsi dan KONI Provinsi. Artinya PP Pelti tidak ikut campur masalah ini. Ini yang perlu diketahui oleh rekan rekan di Pelti Kotamadya/Kabupaten, Provinsi dan Pusat. Sangat berlebihan kalau sampai ada dari Pelti Pusat ikut campur sekalipun diminta. Ini pendapat pribadi saya sendiri.
Apapun dalihnya tetapi ujung ujungnya adalah DUIT jika ingin pindah pindah tersebut, dan itu sah sah saja.

Disebutkan domisili adalah tempat tinggal seorang atlet disuatu provinsi yang dibuktikandengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga. Jadi disini asas domisili yang digunakan bukan KTA Pelti. Disini peranan Pelti Kota/Kabupaten dan Provinsi berhak dam wajib untuk memberikan rekomendasi menolak atau menerima setiap permohonan mutasi atlet sesuai dengan ketentuan yang ada dalam peraturan ini. Begitu juga alasan pindah yang diperkenankan adalah 5 alasan, diluar kelima alasan tersebut maka akan ditolak.