Minggu, 28 November 2010

Gimana caranya hambat jual beli atlet ?

Jakarta, 28 November 2010. Kegiatan PORPROV (Pekan Olahraga Provinsi) Kalimantan Selatan sedang berlangsung dengan tenang berbeda dengan SMS yang saya terima dari salah satu orangtua petenis asal Banjarmasin, yang jelas jelas sangat kecewa dengan turutnya atlet atet dari Jawa Tengah ke PORPROV Kalsel. Bahkan lebih sadis meminta agar Pengcab Pelti dibubarkan saja, suruh mereka kumpul uang untuk beli atlet dari luar.

Kalau tahun tahun sebelumnya dimana tidak dicantumkan pembatsan usia peserta PON (Pekan Olahraga Nasional) kasus seperti ini juga terjadi dimana dalam satu tahun ada atlet dari Jawa yang ikut bisa di 2-3 Porda (Pekan Olahraga Daerah). Ini berlangsung aman aman saja karena saya tidak terima SMS sebagai bentuk kekecewaan atlet daerah atas ulah mereka ini.
Kali ini dengan adanya ketentuan pembatasan usia untuk peserta PON maka memberikan peluang kepada daerah mulai membina atletnya sendiri karena masih ada waktu menghadapi PON tahun 2012.
Tetapi keinginan ini jadi hancur akibat dari kejelian pembina tenis sendiri terutama pelatih (mayoritas) yang saya lihat bisa merayu kepada orangtua atlet yunior. Bagi orangtua yang sangat butuh uang (semua orang butuh uang) tawaran ini merupakan rejeki tersendiri langsung menerima atau bahkan mencari peluang yang ada.

Nah, timbullah keluhan yang banyak juga menyalahkan induk organisasi tenis alias Pelti khususnya Pelti Pusat. Saya sendiri mencoba berdiskusi dengan pelaku pelaku tenis mengenai masalah ini. Bagaimana caranya sehingga kasus ini sedikit dihambat, begitulah awalnya karena ada kesulitan untuk ikut campur. Karena ibaratnya orang mau pindah (yang wajar) rumah dari satu alamat kealamat lainnya tidak ada yang bisa menahannya. Asalkan semua ikuti aturannya, seperti melaporkan ke RT,RW,Kelurahan, Kecamatan dan akhirnya ke Walikota dstnya.
Timbul pertanyaan apakah wajar orang pindah pindah dalam setahun bisa tiga kali? Pertanyaan ini muncul karena melihat di pertenisan ada petenisdalam satu tahun bisa ikuti 2-3 PORDA(PORPROV).
Saya hanya bisa menjawab pertanyaan tersebut dengan katakan wajar wajar saja, karena berbagai pertimbangannya sendiri sendiri.

Nah, sebenarnya kita bisa menghambat cara demikian. Yaitu membuat peraturan yang ketat dengan tujuan untuk prestasi bukan prestise. Yang membuat aturan adalah pemilik event tersebut. Disini yang punya event adalah KONI Provinsi. Dimana peranan induk organisasi tenis yaitu Pelti. Yaitu peraturan tenis dibuat oleh Pelti, aturan tentang pertandinganya bukan persyaratan pesertanya. Nah kalau saya telusuri disini yang digunakan adalah dasarnya adalah asas domisili dengan menunjukkan Kartu Tanda Penduduk (KTP). Yang lain tidak ada. Kalau di Porprov Kalsel ada dibuat aturan Mutas atau perpindahan atlet seperti PON saja. Hanya bedanya tidak disebutkan batas waktu untuk perpindahan atlet seperti di PON ada aturan mutasi dibatasi dengan ketentuan batas waktunya adalah 1,5 tahun. Andiakan semua PORPROV menggunakan aturan mutasinya adalah batas waktu 1-1,5 tahun maka sulit akan bisa terjadi dalam setahu ada atlet bisa ikuti 2-3 PORPROV.
Sepengetahua saya tujuan PORPROV adalah sebagai persiapan menghadapi PON (Pekan Olahraga asional). Bahkan ada yang menghendaki pemenang PORPROV akan ditunjuk sebagai peserta PON mewakili Provinsi tersebut. Nah gimana jadinya jika atlet yang bisa ikuti 2-3 PORPROV keluar sebagai juara atau pemenang disetiap PORPROV, apakah mungkin mewakili PON atas nama 2-3 Provinsi. Ini yang tidak diinginkan dan tidak mungkin terjadi. Tetapi apakah pengurur tenis diKabupaten ataupun Kotamadya akan peduli akan hal ini. Karena yang penting bisa mengangkat nama Kabupaten atau Kotamadya didalam PORPROV tersebut sebagai bentuk pertanggung jawabannya terhadap dana yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah Daerahnya.

Jumat, 26 November 2010

Kecolongan dari dalam

Jakarta, 26 November 2010. Malam ini terima telpon dari Kalimantan Selatan , datang dari salah satu pelatih atau orangtua di Kab.Tabalong, peserta Pekan Olahraga Provinsi (PORPROV) Kalimantan Selatan. Yang selama ini boleh dikatakan tidak pernah tilpon kecuali SMS. Bisa dibayangkan sudah mau istrahat di rumah terima telpon yang membuat saya kaget setengah mati. Bahkan tengah malamnya saya tidak mau terima telpon keduanya. BIsa dibayangkan jam 24.00 terima telpon.
Masalahnya sekarang di salah satu Kabupaten sedang berlangsung Pekan Olahraga Provinsi Kalimantan Selatan.
Kagetnya, dia bertanya masalah rekomendasi dari induk organisasi tenis Pusat atau Pelti yang sudah dikeluarkan oleh PP Pelti. Sedangkan saya tidak mengetahuinya karena minggu lalu salah satu pelatih datang kepada saya minta rekomendasi tersebut karena persyaratan peserta yang dibuat oleh KONI Provinsi sudah diikutiya, hanya kurang satu kriteria yang belum bisa dipenuhinya yaitu ada rekomendasi mutasi dari induk organisasi tersebut. Saya pernah menolaknya langsung karena permintaan itu datangnya bukan melalui institusi langsung tapi dari salah satu pelatih (conflict of interest)tenis yang mengaku pengurus Pelti Provinsi.

Sayapun sempat berbicara dengan Sekretaris Umum KONI Provinsi Kalimantan Selatan, dan menyebutkan kalau Pelti tidak ikut campur masalah perpindahan atlet karena ini event PORPROV merupakan gawenya KONI Provinsi. Dan diapun mau mengertinya.
Ternyata ada 3 atlet dari Jawa Tengah pindah ke Kabupaten Hulu Selatan dan 1 atlet pindah dari Jawa Timur ke Kab. Tanah Laut. Yaitu Eko Septian Tirta Wibawa, Erlangga Alfa Widiarta, Bangun Hartato ketiganya dari Jawa Tengah, dan Dwi Aryana dari Jawa Timur.
Kenapa saya menolaknya, karena menyalahi prosedur tanpa surat permintaan dari Pelti Provinsi ataupun KONI Provinsi. Disamping itu pula ada edaran dari Pelti Pusat kepada pengurus kalau tidak diperkenankan ikut campur masalah mutasi atlet.
Berpegang hal tersebut, maka saya menolaknya. Waktu dikataKaN persyaratan peserta Porprov disebutkan dicantumkan poin yang menyebutkan ada rekomendasi dari induk organisasi pusat maka saya kemukakan bahwa itu dihapus saja, karena induk organisasi tidak akan keluarkan rekomendasi tersebut. Disamping itu pula ini penyakit lama dipertenisan kita, dari tahun ketahun selalu ada mantan petenis nasional bisa ikuti 2-3 PORDA dalam setahun. Semua persyaratan biasanya adalah KTP (Kartu Tanda Penduduk) telah dipenuhinya. Kalau event PORPROV sebaiknya rekomendasi dikeluarkan oleh Pengprov Pelti setempat.

Ketika saya tanyakan siapa yang keluarkan surat rekomendasi tersebut maka disebutkan Ketua Bidang di PP Pelti. Diapun bertanya apakah itu resmi. Kalau perlu dibatalkan saja surat rekomendasi tersebut.Tapi sayapun tidak mau mempermalukan rekan sendiri, maka saya menolaknya. Ya sudah saya katakan itu resmi jadi bisa diikuti walaupun sebenarnya itu salah atau keliru. Kenapa, karena masalah mutasi atlet yang berwenang keluarkan surat rekomendasi adalah Ketua Umum atau Sekjen PP Pelti. Bukan Ketua Bidang, itu masalahnya. Saya sendiri akan berkonsultasi dulu ke Sekjen atau Ketua Umum, sebelum keluarkan surat rekomendasi tersebut.
Proses keluarnya surat rekomendasi ini banyak kelemahannya karena tidak didukung dengan dokumentasi yang lengkap dan benar. Banyak kelemahannya karena tidak berdasarkan bukti bukti kuat. Yang buat draft surat so pasti sekeretaris eksekutif kemudian disodorkan ke Ketua Bidang dimana tanda tangannya bukan langsung oleh Ketua Bidang tetapi di print dari komputer tanda tangan ketua bidang tersebut. Pasti info yang diberikan tidak akurat. Inilah masalah Sekretaris Eksekutif yang perlu ditinjau kembali kedudukannya yang seharusnya mendukung induk organisasi Pelti, bukan hanya disuruh. Tetapi saya kurang yakin kenapa sampai ketua bidang sampai tahu permintaan ini kalau bukan digiring oleh sekretaris eksekutif. Karena pelatih tersebut datang ke kantor sekretariat dimana saya tidak mau ketemu dan saya menghindar dengan katakan sedang diluar kantor.
Yang membuat saya naik pitam adalah sebelumnya atau beberapa hari lalu saya pernah bercerita masalah keinginan pelatih tersebut dimana saya sudah menolaknya. Waktu itu sekretaris eksekutif juga nimbrung menyampaikan kalau dia tidak setuju dan tidak keluarkan surat rekomendasi tersebut.
Sayapun sudah tidak mau tahu proses sampai keluarnya rekomendasi tersebut. Capek deeh
.

Rabu, 24 November 2010

Dampaknya atlet daerah akan Demotivasi

RemajaTenis, 24 November 2010.Kegiatan Pekan Olahraga Provinsi (PORPROV) atau dulu dikenal dengan PORDA(Pekan Olahraga Daerah) sudah lama berlangsung di Tanah Air tercinta. Sewaktu menggunakan nama PORDA, saya hanya ikuti berdasarkan cerita kalau ada petenis kita ( petenis nasional atau mantan petenis nasional) dalam satu tahun bisa ikuti 2-3 PORDA.
Kali ini diujung tahun 2010 ini saya mencatat ada 3 PORPROV di Sumatra Barat, Kalimantan Selatan dan Kepulaun Riau. Saya mendapatkan informasi ini dari pelatih yang ikut aktip membawa atlet dari Jakarta atau Jawa ikut didua PORPROV. Ini hebat sekali, bahkan mulai melibatkan petenis yunior sebagai akibat dari ketentuan menghadapi PON XVII th 2012 di Riau , persyaratan peserta harua kelahiran 1991 atau tahun 2012 harus berusia maksimum 21 tahun.

Sewaktu berbincang dengan pelatih tersebut, disebutkan atlet kita butuh turnamen. Langsung saya bantah alasan tersebut. Karena cabang olahraga tenis termasuk padat turnamennya, dibandingkan cabang olahraga lainnya.
Yang pasti menurut saya pribadi adalah UANG sebagai motivasi ikut turnamen. Uang untuk pelati (perantaranya) maupun atletnya. Bayangkan atletnya masih masuk KU 14 tahun sudah dilibatkan.

Tapi ini semua sah sah saja. Tidak ada aturan melarangnya. Yang saya prihatinkan adalah nasib petenis daerah dimana PORPROV berlangsung. Kesempatan mereka membela Kabupaten atau Kotamadyanya dipatahkan oleh kehadiran atlet bajing loncat ini. Akibatnya atlet daerah tersebut akan DEMOTIVASI, so pasti. Saya yakin sekali masalah ini akan membuat protes dari daerah peserta PORPROV karena daerah tersebut sudah murni menggunakan atletnya sendiri bukan import atau beli dari luar. Kalau POPWIL I di Bangka Belitung, sudah ada kejadian satu atlet bela Sumut tetapi bulan Juli lalu bela Jawa Tengah, terus diprotes dan ketahuan. akhirnya dibatalkan.

Teori saya terbukti. SPORTIVITAS hanya berlaku untuk ATLET belaka, tidak berlaku bagi PEMBINAnya...Kapan majunya olahraga kita ini...Ya mau dikata..apa ya !

Kenapa ada No Show ?

Jakarta,24 November 2010. Saya membaca dan melihat sendiri turnamen internasional yunior yang dilaksanakan di lapangan tenis Gelora Bung Karno cukup meriah dari sisi pelaksana dan peserta dibandingkan dengan turnamen sejenis selama ini. Sehingga mendapatkan pujian dari petinggi PP Pelti.
Hanya ada sedikit ganjelan yang saya lihat dan kelihatannya tidak banyak pihak yang memperhatikannya. Saya sedikit hati hati dalam membaca ataupun mau berikan masukan disetiap turnamen karena saya sendiri memiliki turnamen atau memerkasai turnamen khususnya yunior. Harus kita akui melaksanakan suatu turnamen yunior itu lebih ruwet dibandingkan turnamen senior atau dikenal kelompok umum. Kenapa ? Bukan karena terlalu banyak ikut campurnya orangtua disetiap turnamen yunior, tetapi jumlah jenis pertandingan maupun pesertanya juga cukup banyak.

Kejanggalan yang terjadi saya lihat adalah dikelompok umur 16 tahun putri, dimana unggulan 1 dan 2 no show. Tentunya setelah sign-in sehingga nama keduanya bisa masuk dalam undiannya. Bukan hanya kedua petenis tersebut tetapi ada satu lagi yang no show karena masih ikut yang internasional. Ada peserta dari babak awal tidak bertanding tapi masuk semifinal.
Dalam hal ini saya sempat melemparkan masalah ini ke rekan rekan di kepengurusan Pelti Pusat sebagai bentuk kepedulian atas turnamen tenis.
Saya sendiri belum perhatikan turnamen sejenis (ITF International Junior) yang ada di Indonesia seperti Thamrin Cup, Oneject Indonesia, Widjojo Soejono Semen Gresik.

Kenapa bisa terjadi hal ini, karena pemain tersebut masih main di kelompok 18 tahun atau internasionalnya, tetapi diundi ke KU 16 tahun. Disinilah permasalahannya. Padahal turnamen ini ada 2 referee yang terpisah yaitu Referee ITF Internatioal dan Referee Nasionalnya. Teroisahnya kedua Referee ini juga menurut saya sebagai salah satu penyebab akibat kurangnya koordinasi.

Saya perlu kemukan dulu tentang historisnya turnamen ini di Indonesia. Awalnya turnamen internasional yunior itu hanya mempertandingkan KU 18 tahun baik putra dan putri. Kemudian dibuatlah consolation karena peserta yang dari luar negeri hanya main tunggal dimana gandanya tidak ada pasangan sehingga jika kalah dibabak awal berart hanya bertanding sekali. Maka dibuatlah consolation round. Dala perjalanannya ada idea dibuatlah sekalian KU 16 dan KU 14 tahun. Dengan catatan bagi yang kalah di babak pertama (baik kualifikasi dan babak utama) yang masih berusia dibawah 16 tahun atau 14 tahun bisa bertanding dikelompok tersebut. Ini kesempatan juga bagi petenis tuan rumah ikut bertanding di internasional dan nasional. Disini yang dipertandingkan hanya tunggal saja tanpa ganda. Tetapi saya lihat dalam pelaksanaannya ternyata ada gandanya juga, sehingga banyak atlet kita tidak ikut di internasional tetapi khusus ikut di kelompok 16 tahun dan 14 tahun. Apalagi ada gandanya sehingga keinginan tersebut bisa terpenuhi. Padahal tujuan awal petenis tuan rumah (asal sudah berusia13 tahun) bisa ikut yang internasional. Jika kalah(karena kualitas masih rendah) maka bisa turun ke KU 16 tahun atau 14 tahun.
Tetapi ada kendala bagi petenis tuan rumah kalau diterapkan yaitu harus punya IPIN (International Playes Identification Number), berarti harus keluar duit sebesar US $ 30.00 (setara dengan Rp. 300.000 kalau kurs dollar Rp. 10.000). Belum lagi entry fee turnamen tersebut sebesar antara US $ 30.00-40.00.
Ada yang keberatan karena harus keluar duit di turnamen internasional sekitar Rp. 500.000-600.000.

Masalah Referee, dulu cukup satu Referee, tetapi sekarang atas permintaan rekan2 referee diminta agar 2 Referee yang dipisah tanggung jawabnya. Kalau saya lebih cenderung dibuat satu Referee dan 1 asisten Referee sebagai wakilnya. Tanggung jawab di satu tangan sehingga ada koordinasinya.
Disini yang perlu diketahui adalah masalah perencanaannya. Tidak pakai ganda KU 14 dan 16 tahunnya, sehingga atlet tuan rumah diharuskan ikut yang internasional (ini baik untuk penambahan jam terbang).
Tunggal KU 14 tahun dan 16 tahun dimainkan setelah babak utama dimainkan, sehingga bagi yang kalah dibabak pertama Main Draw bisa ikut main ke KU 16 tahun dan 14 tahun.
Kenapa selama ini dimainkan (KU 14 th dan 16 th) lebih awal atau bersamaan dengan babak pertama Main Draw,ini akan bikin masalah.
Marilah kita membuat agar turnamen bisa berjalan mulus dan tidak ada no show yang sulit dipertanggung jawabkan. Nah, gimana mau beri penalti kepada pemain jika no show akibat masih main di internasional. Karena PP Pelti sudah mau jalankan penalti bagi petenis yang no show ini. Karena ada aturannya yang sudah baku. Kenapa belum dijalanka, karena kesibukan sehingga belum ada yang mau care masalah ini. Padahal ini sangat penting demi disiplin atlet. Karena di turnamen internasional si atlet tidak bisa berkelit karena langsung diumumkan penaltinya.

Minggu, 21 November 2010

No way minta rekomendasi

Jakarta, 20 November 2010. Beberapa hari lalu saya kedatangan tamu dari luar kota yaitu dari luar pulau Jawa. Sebenarnya kedatangannya tidak istimewa karena beberapa bulan ini saya sudah ketmu juga di Jakarta.
Yang istimewa adalah tamu tersebut minta bantuan saya untuk buat surat rekomendasi PP Pelti. Ini yang membuat saya kurang sepaham
Ini ada kaitannya dengan pelaksanaan Pekan Olahraga Provinsi (PORPROV) atau dulu dikenal dengan PORDA.

Selama ini pengamatan saya paling sering pelaksanaan PORDA ataupun PORPROV diluar pulau Jawa menggunakan petenis dari Jawa ini, sehingga terlihat didaerah tenisnya tidak akan maju maju. Ini menurut pengamatan saya.

"Inilah dia, atlet diminta sportif, tetapi yg tidak sportif justru pembiannya. Ini contohnya."
Begitulah gumam saya sendiri. Ditunjukkannya surat perpindahan atlet dari Jawa Tengah kedaerahnya yang sudah mendapatkan restu dari Pengprov Pelti Jawa Tengah.
Sayapun langsung sampaikan kalau ada edaran dari Sekjen PP Pelti bahwa setiap Pengurus Pelti Pusat dilarang terlibat perpindahan atlet apalagi jual beli atlet.
Rupanya ketentuan yang dibuat KONI Provinsi ada klausul menyatakan perpindahan atlet harus mendapatkan rekomendasi PP Pelti. Waduh, ini dia salahnya. Karena yang mempunyai event tersebut adalah KONI Provinsi.
Sayapun dihubungi juga dengan Sekretaris Umum KONI Provinsi tersebut yang kebetulan saya kenal baik juga. Tetap saya kemukakan alasan tidak keluarkan rekomendasi tersebut.

Saya sendiri melihat kebiasaan seperti ini dengan dalih agar kepentingan atlet diutamakan, tetapi sebenarnya saya melihat kepentingan UANG yang dinomor satukan. Karena bagi pelatih yang bisa mendapatkan atlet dari luar kotanya dan atletnya sendiri tertarik karena ada FULUS nya sebagai alasan utama.
Belum lama ini ada kejadian di POPWIL I di Bangka Belitung, ada pemain dari Semarang dimasukkan sebagai wakil dari Sumatra Utara.edangkan atlet putri ini sudah pernah ikuti POPWIL di Semarang bulan Juli 2010. Jadi bisa dibayangkan mau ikut 2 daerah dalam setahun. Yang saya anggap aneh dan lucu atau lebih tepat "bodoh" adalah ofisial yang menggunakannya. Akibatnya dicoret dan idak bisa main. Yang rugi adalah Diknas/Dispora Sumatra Utara yang sudah keluar uang tiket dari Semarang ke Banga Belitung. So pasti ada jutaan rupiah yang sudah keluar tapi tidak bisa bertanding.

Senin, 15 November 2010

Bolehkah Ikut 2 kelompok umur ?

Jakarta, 15 Nopember 2010. Minggu lalu saya terima SMS dari nomer yang tidak terdaftar dalam memori HP saya. Masalah suatu turnamen tenis yang sedang berlangsung di Surabaya yang termasuk turnamen internasional. Dalam setiap turnamen internasional yunior di Indonesia awalnya hanya kelompok 18 tahun yang dipertandingkan. Kemudian berkembang menjadi tambahan dengan kelompk umur 16 tahun dan 14 tahun dan akhirnya ada yang selenggarakan juga kelompok umur 12 tahun dan 10 tahun.

Awalnya hanya KU 18 tahun dimana hanya dipertandingkan tunggal dan ganda. Mengingat ada yang datang jauh jauh dari negeri seberang dimana datang kemudian kalah dibabak pertama apakah itu babak kualifikasi maupun babak utama tetapi tidak punya pasangan untuk bertanding di ganda sehingga diangap sayang sekali kalau hanya bertanding sekali terus pulang kampungnya. Maka diadakan lah konsolasi dimana yang kalah dibabak pertama masih bisa bertanding dengan yang kalah dibabak pertama juga sehingga minimal setiap atlet bisa bertanding 2 (dua) kali.
Tetapi kemudian diubahlah dengan membuka kelompok umur 16 tahun dan 14 tahun. Maksudnya bagi yang kalah dibabak pertama dan masih berusia 16 tahun atau 14 tahun, diberi kesempatan bertanding di kelompor umur 16 tahu dan 14 tahun. Sehingga tujuan bisa bertanding minimal 2 kali bisa dipenuhi.
Andaikan ikut ganda dan tunggal artinya sudah bertanding dua kali, maka tidak perlu lagi mengeluh kalau minim bertandingnya. Ini berlaku bagi yang hanya ikut dan kalah dibabak pertama tunggal, tetapi jika masih bertanding diganda maka tidak bisa ikut.
Begitulah perjalanan turnamen internasional tersebut.

Bagaimana perjalanan selama ini. Memang saya banyak tidak terlalu perhatikan kecuali turnamen di Bandung karena saya ikut membidaninya yaitu ITF Oneject International Junior yang diselenggarakan setelah Thamrin Cup di Jakarta.
Ini suatu pengecualian bagi turnamen internasional yang dikombinasikan dengan nasional ( KU 14 th, 16 th), karena sesuai dengan Ketentuan TDP peserta hanya diperkenankan ikut 1 (satu) kelompok umur saja.

SMS tersebut menyebutan kalau ada petenis sudah sign-in di KU 16 tahun dan ternyata kalah w.o kemudian masih diperkenankan ikut KU 16 tahun. Saya sebenarnya tidak mau pusing lagi masalah beginian. Dan tidak mau bertanya kepada penyelenggara kebenaran informasi tersebut.

Ikut serta di 2 kelompok umur hanya diperkenankan kalau ikut KU 18 tahun dulu baru turun di KU dibawahnya. Bukan kepada peserta yang tidak ikut KU 18 tahun (internasional) dan bisa diberikan ikut KU 16 dan 14 tahun. Ini yang disebut keliru sekali atau salah besar.

Upaya Jatuhkan Atlet masih terus dilakukan

Jakarta, 15 Nopember 2010. Masalah SMS yang menggunakan nama saya dilakukan oleh salah satu pelaku tenis di Sumatra Barat, rupanya masih berlanjut. Ini akibat dari sudah frustasinya pelaku tenis tersebut dengan nasibnya sendiri.
PP Pelti menerima surat aneh dan saya yakin surat itu palsu. Isinya menyatakan bahwa salah satu petenis andalan di Sumatra Barat Jeffri Winanda dinyatakan sakit Hepatitis sehingga tidak bisa ikuti program Pemerintah yaitu Prima. Surat itu "seolah olah" dari ibunda dari Jeffri sendiri, tetapi hanya tertulis nama ibunnya tetapi tanpa tanda tangan. Aneh yang kedua adalah disisi atas surat ada logo PELTI (fotocopy yg agak kabur) dan disudut surat atas ada logo kalau tidak salah logo Pemda Damas Raya warna merah. Aneh yang ketiga adalah tulisan diatas diantara kedua logo yaitu Pemerintah Daerah Kabupaten Damas Raya.
Aneh kan, mana mungkin surat Pemerintah Daerah kok ada logo PELTI, Nubgkin maksud sebelumnya seolah olah kop surat dari Pelti Kabupaten Damas Raya, sedangkan atlet Jefri sendiri bukan dari Kabupaten Damas Raya.

Saya langsung kontak Pelti Provinsi Sumatra Barat menceritakan masalah ini dan informasi yang kuat juga dari Ibunya atlet tersebut, dapat berita kalau Jefri itu sehat sehat saja.
Inilah dia ternyata pelatih (dugaan saya) tersebut sudah frustasi sehingga bertindak tidak sportif.

Kenapa HP Tidak diangkat ?

Jakarta, 15 Nopember 2010. Memiliki HP (hand phone) tentunya dengan maksud agar mudah berkomunikasi. Itu awal tujuan sebenarnya. Tetapi mungkin saja ada tujuan lainnya, siapa tahu ya. Itu urusan masing masing pihak, tidak perlu dibahas.
Saya sendiri awalnya tidak ada keinginan memilikinya, tetapi sewaktu saya disindir oleh Martina Widjaja karena saya tidak punya HP tersebut dengan kalimat " tidak mampu ya ", langsung saya katakan sanggup. Begitulah gengsi sudah berbicara.

Selama ini saya paling senang kirim SMS dibandingkan menilpon keluar, bahkan dana yang keluar lebih banyak beaya SMS dibandingkan kirim telpon. Dan memang lebih banyak menerima telpon daripada menelpon keluar. Bahkan kalau kirim SMS dalam sehari bisa mencapai sampai mendekati angka 1.000 karena kemampuan HP saya itu sampai saat ini data nomor telpon sudah mencapai angka 1.550 dari Aceh sampai Papua/Papua Barat. Semua Provinsi saya ada nomor telpon teman teman mulai dari pengiris Pelti , pelatih dan teman teman lainnya. Sehingga banyak rekan bertanya nomor telpon rekan rekan kepada saya sendiri.
Disaat HP communicator saya hilang maka hilanglah data nomor telpon sebanyak 1.200 waktu itu. Ya menyesal sih menyesal tapi apa boleh buat, apalagi belum sempat disimpan di komputer.
Saya paling suka kirimkan informasi masalah pertenisan melalui SMS tersebut, baik tentang turnamen (mayoritas) ataupun berita lainnya yang perlu diketahui lebih cepat sampai dibandingkan surat ataupun email.Bahkan jika sedang mengendarai kendaraan saya masih sempatkan kirimkan SMS. Padahal ini sangat berbahaya.

Akhir akhir ini saya ada kecendrungan malas menerima telpon, terutama dari yang belum terdaftar dalam HP saya. Maka agar tidak pusing mendengar telpon masuk maka saya silent kan saja. Tetapi karena lagu yang saya simpan adalah lagu rohani maka sering saya biarkan saja sambil mendengar lagu tersebut.

Kenapa sering ada miscall ? Ini pertanyaan cukup menarik. Tapi perlu juga diketahui kenapa menelpon saya tidak bisa masuk. Ada banyak kemungkinan yang perlu diketahui. Pertama kemungkinan karena saya menggunakan Indosat (M3) dimana tidak ada signalnya. Ini bisa terjadi , bahkan pernah terjadi dirumah sendiripun sulit menerimanya. Kemungkinan lainnya HP tersebut tidak dekat dengan saya (karena saya sedang ke toilet). Saya tidak lupa pernah ditegor sama rekan mantan pelari nasional Purnomo. "Namanya HP berarti harus dekat tangan".
Kemungkinan lainnya lagi sibuk atau sedang menghadiri rapat. Karena kita harus menghormati rapat tersebut, atau ada acara yang sulit diganggu sehingga saya silent kan saja. Apalagi kalau sedang nonton pertandingan tenis.

Tetapi akhir akhir ini saya lagi malas menerima telpon, karena paling banyak bertanya masalah tenis yang sebenarnya mereka sudah tahu. Entah kenapa masih bertanya disaat yang kurang tepat, akibatnya saya malas juga melayaninya. Apalagi kalau nomornya tidak terdatar karena banyak juga yang punya beberapa nomor telpon. Begitu juga SMS yang masuk. ya, cocoklah apa arti kepanjangan dari SMS. Yaitu...
Senang Membuat orang Susah atau Susah Membuat Senang "

Selasa, 09 November 2010

Kurang Minat Petenis dan Pelatih

Jakarta, 9Nopember 2010. Sewaktu di Hotel Westin Nusa Dua, saya sempat berbincang bincang disela sela turnamen Commonwealth Bank, dengan orangtua pemain. Perbincangna masalah pertandingan yang sedang berlangsung.
Saya tertarik dengan pembicaraan karena dia mengusulkan agar Martina Widjaja membeayai petenis yunior menonton pertadingan kelas elit tersebut. Memang harus diakui kalau pertandingan ini sangat bermutu dan bagi atlet bisa melihat bagaimana petenis duania berlaga.
Selama 3 hari berada di Hotel Westin yang juga tempat pertandingan berlangsung saya melihat kualitas petenis dunia dalam mnjlankan disiplin mereka disuatu turnamen. Saya hanya melihat dan bertemu beberapa pelatih kita dan sepertinya tidak melihat petenis nasional kita kecuali yang mendapatkan tugas di pertandingan. Kenapa demikian. Waktu itu saya hanya menjawab tidak terlalu serius kalau petenis kita kurang fokus didalam turnamen apalagi mau nonton gratis karena dibiayai. Karena asyik dengan Balckberrynya. Saya sering mendengar baik dari pelatih maupun manajer tim kita disuatu pertandingan ( team event) kalau salah satu pemainnya bertanding yang lainnya bukannya duduk manis menonton dan mendukung rekannya tetapi sibuk dang telepon selulernya. Saling ber blackberry ria lah. Kira kira begitu.

yang jadi pertanyaan sekarang, kenapa tidak ada minat menyaksikan turnamen tsb. Beberapa kemungkinan yang saya lihat ketidak inginan baik atlet maupun pelatih menontonnya. Yang banyak justru orangtua atau dilapangan terlihat para petenis veteran yang asyik menontonnya.

Lempar Fitnah gunakan nama saya

Jakarta, 8 Nopember 2010. Kembali ke Jakarta setelah menikmati pertandingan tenis di Nusa Dua Bali, saya terima tilpon dari ibu petenis yunior Jefry Wiranda asal Sumatra Barat. Karena dia terima SMS dari seseorang yang mengatasnamakan saya. Waduh ini dia menggunakan nama saya menyerang orang lain. Sayapun minta agar di forward SMS tersebut dan beritahu nomor telponnya.
Isinya demikian:
" Kpd yth Bpk/Ibu/Orangtua jefri Wirada. bersama ini kami sampaikan pd bpk/ibu bahwa pp pelti pusat merencanakan pemanggilan anak kita jefri wiranda untuk masuk tim super prima, berhubung pengprov pelti sumbar tidak memberikan izin (surat rekomendasi) disbbkan: 1. surt yg kami terima dari pelatih tenis sumbar ucok junaidi bahwa orangtua jefri wiranda sewaktu apon tenis menjelek-jelekan pelti sumatra barat.2. pelti sumbar akan menskorsing/memberhentikan jefri wirada dari sentra tenis.3 alif nafiah dan iqbal bilal akan dicampkan sentra tenis.thank.jakarta 8 noov 2010 from feri rt randang."

Begitulah bunyi SMS yang dikirimkan ke orangtua Jefri Wiranda. Sayapun minta tolong dikirimkan nomor sipengirim tersebut. Maka diberitahukan kalau nomor tsb adalah 082170409561.

Rupanya bukan hanya satu kali SMS tersebut. Datang lagi SMS yang berbunyi demikian." saya feri rt randang. surat dari pengprov pelti sumbar udh ditangan ibu martina. untuk penggantian jefri sdh ada,ntar surat kami kirimkan ke pelti sumbar.tq."

Begitulah persaingan dipertenisan Indonesia yang sudah mulai kotor. Ada kemungkinan sms ini dibuat oleh orang Sumatra Barat sendiri. Menteror orangtua Jefri Wiranda. Saya sendiri tidak kenal dengan orangtua Jefri dan masalah program Prima ini ada orang lain yang menanganinya. Informasi yang saya dapat ada ketidak senangan muncul karena anaknya tidak terpilih masuk dalam kedua program yang dilontarkan diatas.

Saksikan Ana Ivanovic Juara di Nusa Dua

Jakarta, 7 Nopember 2010. Pertandingan perebutan peringkat 3 dan 4 antara Kimiko Date melawan Daniella Hantuchova dan antara Alisa Kleybanova asal Rusia melawan Ana Ivanovic dari Serbia merupakan tontonan cukup menarik hari ini di hotel Westin Nusa Dua. Memang puncak acara adalah Ana Ivanovic melawan Alisa Kleybanova karena perebutan juara.

Kimiko Date berhasil mengalahkan Daniela Hantuchova berkat dengan permainannya cukup efisien dan efektif.Kimiko berhasil menjinakkan Daniela Hantuchova walaupun dengan sisa sisa kejayaannya sudah meluntur bahkan sering double fault. Akibat kelelahan melanda kedua pemain. Disini Kimikoa berikan penampilan terbaiknya sehingga bisa mencapai peringkat ketiga diturnamen akbar ini, yang disaksikan juga oleh Direktur WTA Tour Davis Schoemaker dan Menteri Pemberdayaan Perempuan Linda Gumelar disamping suaminya Agum Gumelar dan Martina Widjaja Ketua Umum PP Pelti.

Sedangkan pertandingan antara Ana Ivanovic dan Alise Kleybanova juga cukup menarik. Dimana beruang Rusia Alise (karena postur tubuh lebih besar)mengandalkan power cukup besar bisa dijinakkan oleh Ana yang modal servisnya hanya sekitar 185-187 km/jam sedangkan Alye bisa mencapai 200 km/jam. Konsistensi Ana lebih dominan sehingga bisa dengan posisi bertahan sebenarnya membuat Alise bisa membuat unfov\ced error cukup banyak. Saya perhatiakan Ana bisa 3 kali buat ace bahkan untuk servis kedua bisa menghasilkan angka dengan service acenya. Pukulan power Ana kalah dibandingkan Alise.
Kelebihan Ana dengan konsistensi tinggi dalam bertahan, bisa menahan serangan serangan keras dari lawannya dilayani dengan backhand slice cukup tajam dalam pengembaliannya kearah backhand lawannya. Bisa dibayangkan raket Ana sampai menyentuh lantai (terdengar dengan jelas) sewaktu memberikan backhand slice pengembalian crossnya enak dilihat karena kaki kanannya ditekuk dengan baik. Sangat nyaris sempurna backhand slice Ana yang sangat sulit dikembalikan untuk backhand spin, karena bolanya rendah pantulannya khususnya lapangan yang lambat disini. Akibatnya Alise banyak membuat kesalahan sendiri (unforced error).

Tapi jangan pikir Ana tidak kerepotan menghadapinya, lari pontang panting mengejar boalnya. Kalau kita melihat ada yangtidak perlu dikejar tetap dikejar walaupun tidak berhasil pengembaliannya. Perjuangan mengejar bola bola sulit tetap ditunjukkan olehAna Ivanovic. Ini saya salut sekali melihat upaya keras dilakukannya sehingga pantas jadi juara bagi Ana Ivanovic. Semua ini berkat kesabaran yang cukup tinggi tidak terbuuru buru menyelesaikan permainan, cukup pintar memanfaatkan kelebihan kelebihannya bagi seorang Ana Ivanovic.
Kalau ditanya, tentunya kedua petenis ini sangat lelah diturnamen ini, tetapi Ana lebih pintar menghemat tenaganya, dan pengembalian bola bolanya kadang kadang tidak bisa diduga membuat penonton terpukau sekali.

Senin, 08 November 2010

Rahasia Kimiko Date bisa Bertahan

Jakarta, 6 Nopember 2010. Menyaksikan pertandingan antara Kimiko Date melawan Ana Ivanovic sore ini di Hotel Westin Nusa Dua, saya tertarik akan pola main dari Kimiko Date. Ini untuk kedua kalinya saya menyaksikan langsung pertandingan dari Kimiko Date. Tahun lalu dievent yang sama dan tempat yang sama Kimiko Date bertanding.

Memang pertandingan jadi menarik, karena perlawanan Kimiko Date cukup alot terhadap permainan Ana Ivanovic yang salah satu fans berat saya.
Disini saya melihat Kimiko menggunakan pola cukup lama saya kenal, yaitu hit the ball on the rise, yaitu bola tidak perlu ditunggu turun baru dipukul, tetapi disaat bola mau naik setelah pantulan langsung duipukul. Ini menggunakan power lawan sehingga tidak butuh tenaga besar. Ini salah satu kelebihan jenis pukulan flat. Berbeda dengan pukulan yang mayoritas dilakukan petenis kita, dimana terlalu banyak menunggu bola turun sehingga memnguras tenaga banyak. Bayangkan diusia 40 tahun Kimiko Date masih bisa masuk semifinal.

Saya melihat bagaimana Ana Ivanovic bisa lari pontang panting, hanya karena kakinya Anapanjang masih bisa dikembalikan. Satu keistimewaan Kimiko adalah return service cukup prima. Pernah lawannya belum sempat ready setelah memukul servisnya , bola kembalian sudah datang sehingga sipemegang servis kewalahan untuk mengembalikannya.
Disamping itu pula yang menarik permainan keduanya memiliki backhand slicenya yang digunakan sebagai senjata kalau menerima pukulan spin lawannya.

Kimiko bertanding cukup efisen dan efektif. Hanya lawan yang lebih konsisten saja yang bisa mengalahkannya.

Apakah boleh bertanding 4 kali sehari ?

Nusa Dua, 6 Nopember 2010. Disela sela turnamen WTA Commonwealth Bank Tournament of Champions, saya terima SMS dari salah satu pelatih dari Aceh. Salah satu orangtua dan pelatih tenis Aceh yang sedang ikuti Pekan Olahraga Pelajar Wijayah I (POPWIL) di Bangka Beliting.
Intinya salah satu putranya membela daerah Aceh bertanding dalam satu hari 4 kali, sehingga merasa terlalu capek. Pertanyaannya menanyakan apakah dibenarkan sesuai aturan tenis satu pemain bertanding dalam satu hari 4 kali.
Saat itu saya hanya menjawab silahkan bertanya kepada Referee dan Technical eelegate yang bertugas. Karena tidak tahu permasalahannya dan hanya berasumsi ini keadaa memaksa, maka saya tidak memberikan jawaban sesuai pertanyaan tersebut.
Memang didalam ketentuan baik nasional dan internasional setiap pemain hanya dimainkan maksimal dua kali dalam sehari, ini dalam keadaan normal. Jika situasi tidak memungkinkan karena keterbatasan waktu maka hak sepenuhnya ditangan Referee yang bertanggung jawab.

Ternyata tim Aceh hanya kirimkan 3 pemain dimana satu pemain bisa bermain rangkap yaitu tunggal dan ganda. Jika dijadwalkan sehari tim tersebut bertanding dua kali maka otomatis kasus ini akan terjadi.
Saya mencoba meneusuri kejadian seperti ini di turnamen internasional beregu atau team event. Karena sepengetahuan saya, pelaksanaan team event selalu dijadwalkan sekitar 6 - 7 hari sehingga dijadwalkan setiap regu bertanding hanya sekali dalam sehari.
Kalau event POPWIL ini jadwalnya hanya 4 hari maka dibuatlah jadwalnya setiap tim bertanding 2 kali dalam sehari karena jumlah peserta ada 7 daerah.
Belum lagi ditambah perorangan bagi daerah yang gagal lolos ke final diberikan kesempatan ikuti POPNAS.

Timbul pemikiran untuk mendatang bisa usulkan kepada BAPOPSI sebagai penanggung jawab evet (bukan Kantor Menpora seharusnya, karena pengurus Bapopsi adalah pejabat ktr Menpora) agar POPWIL maupun POPNAS diselenggarakan 6-7 hari.

Jalan Jalan ke Bali

Jakarta, 5 Nopember 2010. Hari ini program dilanjutkan ke Bali, mau lihat turnamen tenis WTA Commonwealth Bank Tournament of Champions tepatnya di The Westin Hotel Nusa Dua Bali. Naik pesawat Lion Air pukul 13.15 langsung ke bandara Ngurah Rai. Tiba sudah sore pukul 16.00 waktu Indonesia Bangian Tengah, perbedaan waktu 1 jam dengan Jakarta.

Check-in langsung ke The Westin Hotel, dan pertandingan tenis di hotel juga tempatnya ingin nonton favorit saya yang datang yaitu Ana Ivanovic. Tapi karena pengarus perjalanan ke Ambon dan kurang tidur dengan benar maka acara sore ini adalah tiduuur saja. Malamnya mau dinner keluar hotel juga malas karena masih capek, maka pilihlah di resto hotel saja. Asyik juga makannya , dan begitu keluar bayar Rp. 415.000, wow mahalnya . Maklum makan dihotel untuk satu orang saja segitu besarnya. Ya, sekali kali jadi orang kaya. Ikut gaya orang kaya.

Hari ini tidak kemana mana, cuma dihotel saja karena menghilangkan caoeknya itu yang sangat penting. Tetapi ada satu yang harus saya lakukan ,karena ada permintaan VIP yang mau nonton juga. Rombongannya cukup banyak ada 7 oarng, tetapi saya hanya minta cukup 4 saja ke Kevin Livesey selaku Direktur Turnamen yang saya kenal dengan baik. Dan juga saya kirimkan SMS permintaan tiket ini ke Willy Walla dari Wismilak yang juga punya peranan atas turnamen ini.

Back to Jakarta from Ambon

Ambon, 4 Nopember 2010. Masalah utama bagi saya keluar kota ke Ambon adalah masalah perbedaan waktu antara Ambon dan Jakarta ( 2 jam). Kebiasaan tidur sekitar pukul 24.00 artinya di Ambon sudah pukul 02.00 dini hari. Nah pagi ini haru ke Bandara pukul 05.00 waktu setempat karena naik pesawat pukul 07.40. Artinya waktu tidur hanya 3 jam, inilah masalahnya.

Naik taksi ke bandara, matahari belum muncul, melalui jalan normal yang cukup sepi tapi jalannya cukup mulus dan lebar. Ini jalan jalan ke bandara Pattimura bari diperlebar setelah ada kegiatan internasional Sail Maluku yang mendatangkan tamu2 dari manca negara.

Ternyata pesawat Lion Air ditunda selama 2 (dua) jam. Cari sarapan pagi dan kesempatan mau beli sovenir di bandara. Tenryata ada 1 toko tapi masih tutup, dan coffe shop tidak jual makana khas Ambon.

Akhirnya meningalkan kota Ambon dengan Lion Air kurang lebih pukul 09.50 menuju ke Makassar. Ini bukan direct flight seperti waktu dari Jakarta ke Ambon.
Udah terlambat akibatnya waktu transit di Makassar hanya ada waktu 20 menit saja. Counter transitnya penuh dengan penumpang Lion air karena dari Ambon dipecah dua yaitu penumpang ke Surabaya dan Jakarta. Pesawat yang saya tumpangi itu akan ke Surabaya, saya punya bagasi. Waduh kepikiran juga, apakah mungkin dalam 20 menit koper saya sipindahkan pesawat yang ke Jakarta. Teringat saya waktu ke Morroko (Afrika) tahun 2000-2002, naik Singapore Airline dari Jakarta ke Singapore terlambat 1 jam dan saya harus transit di Changi Singapore naik Air France. Dari pesawat SQ keluar pesawat lansgung boarding ke pintu pesawara Air France. Dari Singapore transit di Paris pindah pesawat ke Morroco. Tiba di Merakesh (Afrika) ternyata bagasi saya tidak turun, diperiksa disebutkan masih di Singapore. Bagasi baru datang 3 hari kemudian.

Tiba di Bandara Soekarno Hatta pukul 13.00 dan bagasi terbawa juga. Lega sudah, karena saya harus persiapkan ke Bali

Membicarakan masalah Tenis Veteran di Ambon

Ambon, 3 Nopember 2010. Bertemu dengan teman teman baru mulai banyak dikota Ambon, hanya semua ini ada kaitan dengan tenis. Malam ini berjumpa denganrekan dari anggota pengurus Baveti (Badan Veteran Tenis Indonesia) yang sudah terbentuk tapi menunggu pengesahan dari Ketua Baveti Pusat H.Suorawito.

Bersama dengan Frengky Mewar saya diperkenalkan dengan Toto (lupa nama panjangnya) yang termasuk pebisnis dikota Ambon asal Madura.
Dibawanya makan malam di Restoran Tirta Kencana, dengan menur sea food lagi.
Diminta pendapat saya yang juga wakil sekejn PP Pelti. Mereka merasa risih mau menjalankan program veteran karena belum dikukuhkan oleh Baveti Pusat, sedangkan SK yang lebih legal sudah ada.

"Aktivitas tenis veteran di Ambon, saya yakin cukup besar. Animo so pasti ada. Jadi jangan segan segan bikin turnamen tenis veteran." anjuran saya kepada mereka.

Memang akhirnya mereka menyampaikan keinginan selenggarakan turnamen veteran di kota Ambon. Saya sendiri berharapkan demikian karena akan menambah semarak pertenisan di kota Ambon.
Sebenarnya masyarakat tenis di Ambon juga mengharapkan ada turnamen khusus yunior yang sebelum kerusuah kota Ambon cukup banyak. Sekarang tenis di Ambon boleh dikatakan mati tidak ada kegiatan.
Saya sendiri harapkan dengan keberadaan saya dikota Ambon bisa mengangkat tenis kota Ambon karena saya hanya bisa memotivasi masyarakat agar bangkit. Keberhasilan ini terpulang kembali kepada masyarakat tenis sendiri yang terlalu banyak mengharapkan peran serta Pelti setempat, sedangkan didalam tubuh kepengurusan Pelti Maluku masih belum kompak.
Sore hari saya meluangkan waktu main tenis bersama sama rekan rekan di Ambon. Main di lapangan tenis Karang Panjang. Sebelumnya jalan jalan dulu ke rumah orangtua ipar saya di Kayu Putih.

Bermain tenis cukup dua set saja , main ganda karena seng ada lawan

Makan Papeda di Ambon

Ambon, 2 Nopember 2010. Hari kedua siang hari cari makan asli khas Maluku yaitu Papeda. Pergilah ke R.M.Dedes di Waihaong. Wah, untung sepi sehingga bisa milih tempat, mungkin waktu makan siang sudah lewat, karena saya masih menggunakan jam Waktu Indonesia Barat yang berbeda 2 jam dengan Waktu Indonesia Timur. Jadi jam 12.00 WIB artinya di Ambon sudah jam 14.00.

Makan hanya berdua dengan Frengky Mewar. Papeda itu bahannya dari sagu. Kelihatannya bening. (Katanya) cara buatnya dari bahan sagu diregus dulu dimana prosesnya harus dikocok kocok dengan kayu semacam sumpit sampai jadi bening. Cara makannya juga ada 2 cara. Yang pertama bisa dengan sendok dipotong potong dan kedua diisap langsung dari piringnya. Paped aini harus dikombinasikan dengan kuahkuning (ikan), dimana jenis ikannya tinggal pilih baru dibuat kuahnya.
Memang enak sekali, dan diceritakan manfaatnya kalau sering makan papeda ini.Khususnya bagi kesehatan. Ibaratnya cuci perut. Bagus untuk pemyakit batu ginjal dll.

Cara ambil dari tempatnya dengan gunakan sumpit tersebut yang cara pengambilannya cukup khas. Yaitu kedua sumpit diputar putar dengan sagu tersebut sehingga tebal baru dipindahkan ke piring. Begitulah cara mengambilnya.
Karena enak maka bisa nambah sampai kenyang. Ditengah tengah rintik rintik hujan melanda kota Ambon, saya menyempatkan diri ke tempat Gong Perdamaian ditengah kota Ambon.

Kunjungan Pertama kali ke Ambon

Jakarta, 1 Nopember 2010. Hari ini pertama kali menginjakkan kaki dikota Ambon Maluku. Berangkat dari Jakarta dengan Lion Air pkl. 01.30, artinya saya tidak usah tidu karena pkl. 24.00 waktunya check in di Bandara Soekarno Hatta. Ya, terpaksa berangkat dari Kemayoran karena mobil saya titipkan di Pusat Tenis Kemayoran agar pulangnya lebih mudah ambil kendaraan langsung bisa kerja.

Antara tidur dan tidak tidur selama perjalanan diudara, tetapi ternyata lebih banyak tidak tidurnya karena tidak biasa tidur dikursi. Maklum masih duduk di kelas ekonomi.
Tiba dengan selamat pkl. 07.00 waktu setempat artinya pukul 05.00 waktu Indonesia Barat. Karena belu pernah ke Ambon sehari sebelumnya saya kontak teman teman yang ada di Ambon yaitu Adolf Saleki dan Frengky Mewar yang masing masing sebagai Sekretaris dan Ketua Pengprov Pelti Maluku.
Karena kesibukan rekan Adolf belum bisa menjemput , hanya Frengky yang rumanya dekat dengan bandara Pattimura yang menjemputnya.
Kesan awal mengenai kota Ambon yang 10 tahun silam( kalau tidak salah) pernah mengalami peristiwa yang memprihatinkan karena kerusuhan akibat etnis menjadi religius sehingga kota Ambon dikabarkan hancur total, baik bangunan bangunannya. Ada keragu raguan atas akibat peristiwa tersebut.


Dari Bandar Pattimura dibawanya kekota Ambon yang terletak diujung karena pulaunya berbentuk U dimana perjalanan bisa makan waktu maksimum 1 jam dengan kebndaraan. Maka diambil jalan potong naik ferry keseberang yang cuma makan waktu 5 menit perjalanan menyeberang laut. Ukuran jalan cukup besar dari bandara kekota. Hampir sama juga dengan pulau lainnya, ada pohon kelapanya.
Masuk ke hotel Widjaja -2 yang terletak dekat pasar, sehingga macet sewaktu mau memasuki kompleks hotel terebut.

Makan siang hari ini, saya dibawa makana laut karena Ambon ini terkenal juga dengan sea foods nya. Pergilah ke resto Ratu Gurih. Dipilihnya kepiting yang cukup besar dan ikan Goropah. Lumayan juga makan bertiga bersam Frengky Mewar dan Yusuf (Makassar). Sebenarnya ingin mencoba makanan khas Maluku yaitu papeda. Masih ada hari esok siang akan dicari makanan ini.
Kesan hancurnya kota Ambon ternyata sudah berbeda sekali dari kenyataan. Kotanya sudah kembali normal khususnya kehidupan masyarakat multi etnis maupun bangunan bangunan baru mulai kelihatan dengan aopik. Saya bisa hitung dengan jari saja sisa sisa kehancuran kota Ambon pasca kerusuhan tersbut.

Kedatangan ke kota Ambon sebenarnya sudah saya tunggu tunggu, karena dari keluarga hanya ibunda (alm) saya yang pernah ke Ambon di antara tahun 1955-1959. Baru tahun 2010 adik saya (Joan) juga pernah ke Ambon. Sekarang saya, dan akan dinikmati baik baik selama berada di Ambon.
Melihat lapangan tenis di Karang Panjang, ada 4 lapangan dimana 1 lapangan belang belang artinya tidak layak digunakan untuk pertandingan. Hebatnya ada lampunya. Tidak semua daerah yang saya kunjungi memiliki fasilitas lampu seperti di Ambon, dan club housenya ada air panasnya kalau habis main tenis bisa mandi langsung.