Jumat, 30 Oktober 2009

"Saya ini Pengurus Pelti "


Jakarta, 30 Oktober 2009. " Mana yang dari Pelti " ujar Menegpora Dr.Andi Mallarangeng kepada panitia. Kebetulan saya duduk dibelakngnya. "Saya ini pengurus Pelti." katanya sambil berjabat tangan. Pembukaan Festival Sport Menegpora hari ini oleh Menegpora yang baru Andi Mallarangeng di halaman Kantor Menegpora. Ini hari pertama saya bertemu dengan Andi Mallarangeng semenjak menjadi Menteri Negara Pemuda dan Olahraga R.I. Sewaktu acara serah terima jabatan dengan Menegpora yang lama Adhyaksa Dault , saya tidak sempat hadir karena terlambat akibat macet dijalan dari Rasuna ke Senayan.

"Saya lihat ini, teringat masa kecil saya. Main bola kemudian tenis. Ikut turnamen di Malang. Beda dengan Om yang anaknya dibawah angkatan saya." ujar Andi Mallarangeng kepada saya. Begitulah ungkapan yang diceritakan disela sela pembukaan Festival Sport Menegpora.

Kemudian diceritakannya kalau dulu sewaktu ikut turnamen bersama adiknya Rizal Mallarangeng di turnamen nasional yunior dikota Malang, diajak Totok Gani latihan di Mojokerto. "Saya pernah latihan sama Deddy Tedjamukti. Tapi saya tidak pernah juara, tidak seperti adik saya Rizal." ujarnya. Kemudian saya ralat. "Maksudnya Deddy Prasetyo." ujar saya kepadanya. " Oh ya maksud saya Deddy Prasetyo." ujarnya didepan wartawan yang mewancarainya. Karena saya tahu Deddy Prasetyo itu berasal dari Mojokerto sebelum ke Jakarta.

Andi Mallarangeng sempat menanyakan mengenai Maesa. " Apa masih ada turnamen tenis Maesa." pertanyaan yang disampaikannya. Setelah saya jelaskan tentang Maesa yang saat ini telah berusia 85 tahun, masih tetap eksis setiap tahun selenggarakan turnamen tenis." Memang orang Manado suka main tenis." ujarnya
Begitulah pertemuan sore ini disela sela Menegpora Sport Festival yang mempertandingkan cabang cabang olahraga seperti Mini Tenis, Futsal, Bola basket ( 3 on 3) dan renang dimana putra putri bangsa ikut dilibatkan. Terlihat cukup ramai suasana anak anak sekolah bermain futsal yang dibukan dengan tendangan pertama oleh Menegpora Andi Mallarangeng.

Kamis, 29 Oktober 2009

Mini Tennis is The best way for children to learn TENNIS

Jakarta, 29 Oktober 2009. Teringat akan "MINI TENNIS IS THE BEST WAY FOR CHILDREN TO LEARN TENNIS. IT IS ESSENTIAL FOR CHILDREN UP TO THE AGE OF 10 YEARS TO LEARN THE PHYSICAL SKILLS OF RUNNING, JUMPING, BALANCE, CO-ORDINATION, THROWING AND CATCHING AS WELL AS BASIC TENNIS SKILLS IF THEY ARE TO REACH THEIR FULL SPORTING POTENTIAL." saya harus persiapkan juga salah satu kegiatan membantu rekan Hudani Fajri yaitu Kejuaraan Mini Tenis yang awalnya direncanakan tanggal 30 Okt - 1 Nopember 2009 di halaman Kantor Menegpora, Jakarta.Kemudian diubah menjadi 31 Okt-1 Nop 2009 ditempat yang sama.
Tetapi surat pemberitahuan yang dikirimkan kedaerah daerah tidak mendapatkan respons , hanya respons datangnya dari sekolah sekolah tenis yang berminat, yaitu sekolah FIKS Bandung, KTC Jakarta dan beberapa sekolah tenis di Jakarta. Ini membuat masalah karena rencananya pertandingan beregu antar sekolah tenis. Melihat hasilnya kurang memuaskan sekali maka format dirubah menjadi kejuaraan perorangan dan wajtunya cukup 2 hari saja. Langsung kirim SMS lebih cepat dibandingkan komukiasi dengan surat. Ternyata SMS ini membuahkan hasil yaitu mulailah berdatangan pendaftaran dari Bandung, Cirebon,Padang, Bogor dan Jakarta.

Melihat panduan dari ITF, persoalan belajar tenis termudah sebenarnya melalui mini tenis kemudian dikembangkan menjadi Play and Stay. Tetapi kenapa program Mini Tenis ini yang sudah diperkenalkan di Indonesia saat ini kurang mendapatkan respon. Ya, menurut saya sebenarnya tergantung kepada pelaku pelaku tenis di organisasi maupun dilapangan. Menurut pendapat saya, terlalu besar keinginan belajar tenis langsung ke tenis alias instan, tanpa melalui proses dari bawah maksudnya tidak melalui mini tenis kemudian Play and Stay. Mereka lupa kalau main tenis itu butuh waktu lama butuh proses yang panjang. Yang terjadi sekarang, makin berkurangnya peminat main tenis dikalangan remaja atau anak2. Ini yang harus dipecahkan. Sedangkan bentuk permainan diluar tenis sangat banyak yang menggiurkan dibandingkan tenis sendiri.
Menyadari hal ini oleh ITF diberikan bimbingan berdasarkan penelitian mereka. Sehingga dibuatkan konsep mini tenis kemudian Play and Stay , begitu juga turnamennya tidak disamakan dengan turnamen dewasa. Ada perubahan bentuk lapangan, bola dan raket. Unsur enjoy merupakan salah satu unsur penting yang ditonjolkan sehingga anak2 tidak cepat bosan. Pengamatan saya sendiri didalam pertandingan KU 10 tahun ataupun dibawahnya, tidak ada reli reli panjang didalamnya. Satu dua kali pukulan sudah selesai. Ini bukan harapan anak anak sebenarnya. Ini harapan pelatih ataupun orangtua yang berkeingian untuk menang diutamakan. Ini keliru besar menurut saya. Karena anak anak belum menikmati permainannya sudah selesai. Saya sendiri melihat video permainan anak2 dibawah usia 10 tahun dengan menggunakan format lapangan, raket dan bola yang dimodifikasi, terlihat reli reli panjang dilakukan anak anak. Ini salah satu contoh. Karena dengan adanya relireli panjang akan akan terlatih sudah koordinasi, footwork, konsistensi dan lain lainya tanpa perlu diajarkan , cukup dilaksanakan langsung dilapangan.

Sekarang kembali kepada kita pelaku pelaku olahraga tenis, maukah berbuat lebih baik dengan mempopulerkan mini tenis yang sekaligus tenis secara utuh kepada masyarakat tenis ?
Melihat kondisi seperti ini sayapun harus bisa mencoba bukan hanya menghimbau. Sayapun akan mulai mencoba berbuat daripada hanya mengeritik saja. Saya langsung teringat rencana selenggarakan RemajaTenis di Cirebon pada tanggal 18-20 Desember 2009. Diakhir acara bersamaan dengan babak finalnya, akan saya buat konsep permainan mini tenis. Syaratnya akan mengundang anak anak disekolah sekolah SD di Cirebon yang belum mengenal tenis secara seutuhnya. Mudah mudahan rencana ini bisa direstui semua pihak.

Rabu, 28 Oktober 2009

Masalah Wild card lagi

Jakarta, 28 Oktober 2009. Mendengar cerita dari rekan Johannes Susanto tentang keluhan ataupun berita dari media maya tentang masalah wild card , sayapun sudah tidak asing sekali kalau pihak pihak luar yang punya kepentingan memberikan penjelasan sesuai kebutuhannya sendiri.
Sebentar lagi ada kegiatan ITF Junior tournament di Surabaya dan Jakarta. Yang dipermasalahkan adalah pemberian wild card selama ini oleh PP Pelti dianggap tidak mendukung pembinaan petenis tuan rumah, tetapi tidak mau tahu masalah latar belakangnya , terutama kalau diberikan kepada petenis asing.

Begitulah yang sering terjadi kalau setiap kegiatan turnamen yunior internasional, sehingga kesannya apa yang dilakukan oleh PP Pelti selalu mendapatkan sorotan.Setiap kesalahan atlet ditimpakan kepada PP Pelti tanpa mau di cek terlebih dahulu.
Keinginan orangtua selalu lebih cenderung kepada putra putrinya sendiri.

Menanggapi hal ini sayapun sering mengatakan kalau petenis Indonesia terlalu dimanjakan sehingga sebenarnya justru tidak mendukung pembinaannya. Kenapa saya katakan demikian, karena ada bahan pembandingnya. Setiap kegiatan turnamen internasional di Indonesia menjadi lahan paling empuk bagi petenis asing. Fasilitas turnamen lebih aduhai dibandingkan diluar negeri. Bisa dibayangkan, setiap turnamen selalu disediakan wasit, ballboys. Ini contoh kecil yang juga menurut saya cukup mendasar. Kalau tidak percaya, silahkan bertanya kepada rekan rekannya sendiri yang baru kembali ikuti turnamen internasional diluar negeri.
Lain ceritanya bagi turnamen yang lebih besar kategorinya, dimana sarana turnamen cukup memadai sekali.
Kalau kita berbicara dengan para orangtua selalu keluar kata kasihan kepada anak anak petenis tersebut. Padahal justru kasihan tersebut yang membuat anak menjadi manja dan tidak bisa mandiri. Nah, akibatnya sendiri bisa dilihat dilapangan prestasinya.

Senin, 26 Oktober 2009

Lunch dengan President WTA-Tour

Jakarta,26 Oktober 2009. Hari ini pergi ke Hotel Grand Hyatt Jakarta bertemu dengan President of WTA-Tour David Shoemaker, Kevin Livesey, Willy Walla dan Soebronto Laras. Pembicaraan dilakukan di coffee shop hotel, cukup bersahabat pembicaraan pelaksanaan turnamen WTA-Tour Commonwealth of Bank Tournament Champion yang akan berlangsung di Hotel Westin Nusa Dua Bali tanggal 4-8 Nopember 2009.

Turnamen ini sebenarnya merupakan perubahan bentuk dari single event seperti Wismilak International yang bertahan bertahun tahun tetapi sejak dua tahun terakhir menjadi Commonwealth Bank of Tournament Champion 2009. Format berubah dengan pembatasan pesertanya hanya 10-12 petenis saja. ini seperti Mastersnya turnamen WTA-Tour.
Pembicaraan serius berlangsung dan saya sudah laporkan kalau saya akan ke Kantor Imigrasi kembali siang ini, untuk mengetahui prosedur mendapatkan visa masuk ke Indonesia. Ketika ditanyakan kira kira siapa yang akan ikut serta, ternyata belum ada kepastian pesertanya. Tetapi yang jelas diprioritaskan juga yang menjadi juara turnamen WTA-Tour. Jika belum pernah keluar sebagai juara maka tidak diterima. Ternyata petenis cantik Maria Sharapova juga berminat ikut tetapi tidak jadi.

Setelah itu acara dilanjutkan di Resto Jepang SUMERE di hotel Grand Hyatt. Setelah itu sayapun ke kantor Imigrasi sampai pukul 16.15.
Mau kembali ke Senayan, tetapi tahu sendiri kalau situasi perjalanan macet sehingga sayapun menuju ke Klub Rasuna main tenis bersama rekan rekan dari Maesa.
Hadir dan bermain tenis EE Mangindaan Menteri PAN, Octo Noya, Arman Monoarfa, Anthony Wayong, Nico Sompotan, Nico Kanter, Eggy, Sonny , Lucky T, Nico Lumenta, Albert Polohindang, Freddy Hakim dan anggota pengurus Besar POR Maesa seperti Frits Wullur, Gilbert Pesik, Max Pauran, Juanita Suling dll. Tampak juga hadir Freddy Sumolang, Yolanda Soemarno, dan Nico Tampi dari Manado. Setelah main tenis tersedia makan malam bersama.
Main ganda dua kali sudah cukup bagi saya dan akhirnya pamit pulang sudah capek juga.
Memang main tenis itu nikmat karena banyak canda canda yang sulit bisa didapat ditempat lainnya karena suasana Kawanua membawa angin segar tentunya.

Minggu, 25 Oktober 2009

Temu kangen dengan teman semasa Kuliah

Jakarta,25 Oktober 2009. Setelah menonton acara Masters Bakrie Yunior 2009 di Kuningan saya pergi ke Bekasi memenuhi undangan Temu Kangen dengan rekan rekan kuliah semasa di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR)di Surabaya. Undangan ini sudah lama dikirimkan melalui SMS oleh dr.Sri Hartini (ex pacar semasa kuliah) kepada saya karena dia tahu saya sering kali sibuk dengan pertenisan ini.
Ada sedikit kekecewaan sewaktu saya beritahu 2 hari lalu kalau saya diminta hadir di acara Masters Bakrie Yunior 2009 tanggal 25 Oktober 2009. Agar tidak mengecewakan maka saya katakan akan datang tetapi terlambat. Karena harus hadir di Kuningan.

Begitu datang ke Bekasi di Taman Bougenvile dirumah dr. Niniek Anwar (Niniek Soediyani), acara sedang makan siang karena saya datang pukul 12.00. Karena sedang makan maka mata mencari teman teman yang masih dikenal. Terlihat rekan rekan dr. Retno, dr. Melani ( ini sempat pacaran beberapa bulan sebelum berpindah ke dr.Sri Hartini). dr. Lanny Herianti Wibowo, dr. Hanny Roespandi, dr. Tuti Pardiastuti , dr. Sobbi (satu satunya teman keturunan India), dr. Achdannasich Sp.KK, dr. Niniek (tuan rumah). Kemana yang laki laki, ternyata disebelah kiri. Jadi saya langsung aja ke sebelah kanan ke teman teman wanita. " Itu Ferry datang." itu yang saya dengar suara yang keluar . Langsung saya samperin saja dan satu persatu saya salamin dengan ciki cika juga biar afdol.
Tapi ada yang sudah mulai lupa. " Ini Syukri ya ( dr. Syukri Ridwan Sp.Anak)" , ujar dr. Tuti Pardiastui (semasa kuliah pacaran dengan Sunarko) yang dari dulu postur tubuhnya tetap kecil saja. Memang tampang saya mirip dengan Syukri Ridwan. " Duplikatnya." ujar saya. Memang dr.Syukri ini pernah satu kos di Surabaya.
Setelah itu saya melihat dr. Hadhi Santoso, dr. Theodore Palit dan dr. Pramono sedang berbincang bincang. Saya samperin juga. Mulailah pembicaraan masa lalu berkisar teman teman lama. Tetapi asyik juga terdengar masing masing bertanya tentang kegiatan saat ini. Mayoritas sudah pensiun dari tugasnya di instansi mereka kerja. "Eh, you praktek dimana?" pertanyaan kepada saya. Langsung aja dijawab " Di lapangan tenis." Semua yang mendengar tertawa juga. " Wah Ferry itu sibuknya tenis melulu sih. " ujar dr. Sri Hartini dan juga dr. Melani (tugas di RS Mitra Kemayoran). Saya sendiri masih ingat teman teman yang semasa kuliah berpacaran dengan sekelas. Ada yang berlanjut kepelaminan tetapi ada yang gagal.

Tetapi yang menarik adalah permintaan dari salah satu rekan ini adalah untuk mencarikan jodoh karena istrinya sudah meninggal. Suatu permintaan serius dan tulus. Dan sayapun akan mencoba membantunya. " Duren nih ye !"
Tetapi ada yang menarik juga sehubungan dengan pertenisan kita ini yaitu tawaran kepada petenis yang sering cidera baik dilutut maupun tangan bisa konsultasi dengannya. Karena dia punya ilmu kedokteran modern dan kedokteran China. Ya, boleh juga dicoba.

Kemudian terlihat masuk dr. Harry Wibowo bersama istri. Tampak masih muda , rambut masih hitam. " Fer, ini rambut masih asli. Resepnya adalah jalankan kehidupan ini , jangan dipikirkan kalau mau tua." ujar dr. Harry Wibowo.

Datang juga dr. Djatmoko beserta istrinya dr. Maria. Acara dilanjutkan dengan menaynyi karena tuan rumah sediakan band untuk mengiringi acara menyanyi tersebut. Dr. Djatmoko pun maju ke panggung untuk menyumbangkan lagu lagunya. Asyiik juga.
dengar musik.
Sempat juga saya dapat nomer tilpon rekan di Lampung, dr. Kuswandi Spesialis Jantung. Sayapun langsung kontak dengan ponsel. Yang lebih dikenl dengan nama Badrul. Ternyata dia masih ingat suara saya. " Ini Ferry Raturandang ya !"

Keluhan masalah bola Out dan IN

Jakarta,25 Oktober 2009. Disaat menonton pertandingan tenis Masters Bakrie Yunior 2009 di lapangan tenis Golds Gym Elite Rasuna Club Jakarta, saya mendapat keluhan dari salah seorang ibu dari petenis peserta turnamen.
"Tolong wasit ditatar lagi.Pak Ferry. " Begitulah saya mendengar anjuran yang merupakan kekecewaan atas kepemimpinan wasit tenis turnamen Masters Bakrie Yunior 09.
Kenapa harus kecewa, itu yang saya pikirkan saat itu. Ternyata yang dikecewakan adalah masalah bola keluar dan masuk. Berarti masalah fakta dilapangan yang tidak bisa ditawar lagi karena itu adalah wewenang wasit yang memimpin pertandingan.

Ada dua masalah yang saya lihat di turnamen Masters Bakrie Yunior 2009. Yaitu masalah kualifikasi wasit yang bertugas. Ternyata yang saya lihat ada wasit nasional dan wasit bukan nasional. Pemilihan wasit ini adalah wewenang dari Panitia penyelenggara. Yang kedua yang saya mau kemukakan adalah keinginan orangtua. Karena setiap orangtua selalu membela anaknya sendiri. Hal ini juga saya kemukakan kepada ayah dari orangtua Deo dari Wonosobo. Saya tunjukkan bola yang diletakkan disamping garis (tapi tidak kena garis). Coba Anda lihat dari sebelah kanan maka yang terlihat bola itu masuk , padahal kalau dilihat dari belakang saya maka terlihat sekali bola itu diluar garis. Jadi masalah ini sebenarnya bisa diatasi dengan adanya penjaga garis (LINESMEN). Tetapi kepuasan orangtua juga belum bisa dijamin dengan disediakannya Linesmen tersebut. Karena setiap orangtua punya AMBISI agar anaknya menang, sehingga kadang kadang lupa kalau salah lihat. Hal yang sama bisa terjadi kepada penjaga garis yang sudah memihak. Jika didalam otaknya mau katakan OUT, maka setiap bola yang masuk bisa terlontarkan kata keluar tersebut. Ya, manusiawi juga.

"Bisakah dimintakan ke panitia penyelenggara soal linesmen ?" ujarnya. Masalah boleh atau tidak bisa saja dilakukan tetapi sebenarnya atas permintaan pemain bukan orangtua. Tetapi dipenuhi atau tidak itu wewenang panitia juga. Sayapun tidak ingin ikut campur masalah tehnis ini.
.

HATI HATI DENGAN KARTU NAMA

Jakarta, 24 Oktober 2009. Saya menerima email yang sangat bermanfaat bagi kaum wanita karena berdasarkan kejadian kejadian nyata dikehidupan sehari hari ini. Kewaspadaan sangat dibutuhkan karena berbagai cara dilakukan oleh masyarakat didalam kehidupan Ibukota ini yang sangat keras.
Yaitu mengenai kartu nama. Sebenarnya masalah kartu nama adalah sarana perkenalan bagi yang belum saling mengenal, tetapi ada juga orang yang memanfaatkan kartu nama dengan cara untuk membuat orang hilang kesadarannya. Ini modus baru.
Ceritanya sebagai berikut :


Seorang pria menghampiri seorang wanita yang sedang mengisi bensin dan menawarkan jasanya sebagai pengecat serta memberikan kartu namanya. Wanita itu menolaknya namun menerima kartu nama tersebut karena sopan santun. Pria tersebut kemudian masuk ke sebuah mobil yang dikemudikan pria lain. Pada saat wanita itu meninggalkan Pompa Bensin, dia melihat bahwa pria tersebut juga meninggalkan pompa bensin tersebut pada saat yang bersamaan.

Hampir seketika, wanita tersebut merasa pusing dan kesulitan untuk bernapas. Dia mencoba untuk membuka jendela mobil dan kemudian menyadari bahwa bau tersebut berasal dari tangannya. Tangan yang sama dengan tangan yang ia gunakan pada saat menerima kartu nama dari pria di Pom Bensin tersebut.

Wanita tersebut menyadari bahwa pria di pom bensin tersebut berada tepat dibelakang mobilnya dan ia merasa harus melakukan sesuatu pada saat itu juga. Wanita itu kemudian menepi ke jalan masuk rumah yang pertama ia temui dan memencet klakson mobilnya berulang-ulang untuk meminta tolong. Laki-laki yang membuntuti wanita tersebut kemudian melarikan diri tapi wanita tersebut masih merasa sangat pusing setelah beberapa menit sampai akhirnya dia dapat bernapas dengan normal. Sepertinya ada sesuatu yang terdapat pada kartu nama tersebut yang dapat menyakitinya.

Obat ini disebut dengan "Burun Danga" dan ini digunakan oleh orang yang ingin melumpuhkan korbannya untuk mencuri dari korban tersebut atau memanfaatkannya.

Obat ini empat kali lipat lebih ampuh dari date rape drug (sorry ga ketemu terjemahan yang pas) dan dapat ditransfer kepada korban dengan sebuah kartu yang sederhana.

Jadi harap untuk memperhatikan hal ini dan jangan menerima kartu pada saat anda sendiri atau di jalanan.

Ini juga berlaku untuk orang yang tak dikenal yang datang ke rumah anda dan memberikan kartu nama pada saat menawarkan jasa mereka.

Jumat, 23 Oktober 2009

Pengalaman Baru Urusan Imigrasi

Jakarta, 23 Oktober 2009. Sudah beberapa hari ini ke kantor Imigrasi di jalan Rasuna Said Jakarta. Yang bikin pusing adalah tempat parkirnya sangat kecil, tetapi untungnya masih bisa dapat tempat. Belum lagi udara panas melanda kota Jakarta membuat kepala tambah pusing. AC mobil masih belum menolong panasnya udara Jakarta ini.

Bingung juga, tidak pernah berurusan dengan Kantor Imigrasi kecuali mau urus Paspor. Tapi kalau urusan pasport tentunya di kantor Imigrasi Jakarta Barat. Kali ini di Kantor Pusat. Tidak punya kenalan, dulu ada beberapa nama karena main tenis, tapi sudah berapa tahun tidak pernah ketemu. Tapi harus kesana. Tapi ingat kalau ada teman di Manado Kantor migrasi. Coba tilpon tapi tidak masuk, akhirnya sms ke sepupunya di Papua. Baru dibalas setelah seminggu kemudian. Ternyata sudah ganti nomer.

Setelah itu sayapun bertanya, setelah menceritakan permasalahannya saja dan minta pendapatnya dan cara caranya. Diberikanlah satu nama dan nomer tilpon agar bisa dihubungi.
Datang kekantor Imigrasi, cari yang bersangkutan. Dan diberikanlah peraturan yang baru tidak seperti biasanya, yang berlaku Maret 2009. Waduh repot juga nih. Tapi harus dijalankan juga. Mau jalan pintas ke Dirjennya ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Karena tidak kenal , berbeda kalau sudah kenal. Mulailah upaya upaya agar bisa terlaksana. Kesabaran dan ketekunan yang menentukan.
Cek surat yang sudah dikirimkan langsung ke Ditjen Imigrasi, ternyata sudah turun ke anak buahnya.
Ketemu anak buahnya, ternyata tetap harus mengikuti aturan baru tersebut, sedangkan keadaan sudah mendesak. Gimana ya, tapi harus berusaha semaksimal mungkin.
Kemarinpun sudah mulai ada titik terang, akibatnya masih berada dikantor Imigrasi sampai pukul 16.30, sedangkan ada rencana memenuhi undangan Kantor Menegpora pukul 16.00. Ini jam jam sibuk dijalan Sudirman maupun lainnya. Bener juga, baru sampai ke Kantor Menegpora jam sudah menunjukkan pukul 17.15. So pasti terlambat.Masuk kehalaman Kantor Menegpora, dan ketemu salah satu petinggi PTMSI (Tenis Meja), ternyata sudah selesai acaranya. Gagal deh !

Senin, 19 Oktober 2009

Jadi Pengurus Pelti baru Jadi Menteri

Jakarta, 19 Oktober 2009. Menjelang pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia hasil pemilu yaitu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Boediono yang rencana dilantik oleh MPR tanggal 20 Oktober 2009, berita di media massa disibukkan dengan pemanggilan calon calon pembantu Presiden yang akan duduk sebagai Menteri. Tampak jelas salah satu calon yaitu Andi Malarangeng yang juga dikenal sebagai petenis yunior dari Makassar dan Mahasiswa Universitas Gajah Mada dimasalalu. Andipun dikenal dengan nama kecil atau panggilannya Anto. Kenapa kali ini saya khusus mengangkat nama Andi yang dinominasikan menjadi Menteri Negara Pemuda dan Olahraga.
Karena Andi Malarangeng merupakan rekan yang ke 5 yang awalnya duduk dalam kepengurusan Pelti ditingkat Pusat yang menjadi Menteri RI.

Saya mulai mengenal pertenisan nasional dengan ikut duduk dalam kepengurusan di induk organisasi tenis Indonesia yaitu PELTI, dibawah Ketua Umum Moerdiono 1986-1990. Saat itu beberapa anggota pengurus yang dalam perjalanan kariernya menjadi Menteri. Sehingga sempat juga dikatakan kalau mau jadi Menteri sebaiknya duduk dalam kepengurusan Pelti. Begitulah guyonan masa lalu sempat terlontarkan dikalangan pengurus Pelti setelah melihat perjalanan rekan2 di Pelti. Mungkin belum ada cabang olahraga lainnya seperti Pelti
Contoh konkrit yang ada sepengetahuan saya, rekan pengurus Siswono Yudo yang dikenal sebagai pengusaha real estate (Bangun Cipta Sarana). Waktu itu Siswono duduk dalam Komite Organisasi bersama sama Sarwono Kusumaatmaja, sedangkan Rachmat Witoelar duduk sebagai Sekjen PB Pelti. Dan ada lagi pengusaha Tanri Abeng yang duduk dalam Komite Dana.

Dari nama nama ini, yang pertama menjadi Menteri adalah Siswono , kemudian Sarwono Kusumaatmaja sehingga Sarwono menjadi Ketua Umum PB Pelti setelah menggantikan Cosmas Batubara. Yang ketiga menjadi Menteri adalah Tanri Abeng, dan setelah itu Tanri menjadi Ketua Umum PB Pelti.
Dimasa Presiden SBY - JK, nama Rachmat Witoelar muncul menjadi Menteri Kabinet.
Berarti Rachmat Witoelar adalah anggota PB Pelti yang keempat menjadi Menteri. Kalau seorang Menteri menjadi Ketua Umum induk organisasi bukan hal yang istimewa karena terjadi juga dicabang olahraga lainnya. Tetapi ada yang khas di PB Pelti masa lalu. Hanya Moerdiono saja yang jadi Menteri dan Ketua Umum PB Pelti sepenuhnya. Kalau Cosmas Batubara, Sarwono Kusumaatmaja dan Tanri Abeng tidak sepenuhnya sebagai Menteri sewaktu menjabat Ketua Umum PB Pelti. Rata2 hanya 2 tahun pegang jabatan Ketua Umum PB Pelti harus lengser dari kedudukan Menteri alias tidak dipilih lagi oleh Presiden saat itu.

Sekarang Andi Malarangeng juga duduk dikepengurusan Pengurus Pusat PELTI periode 2007-2012, sehingga jikalau Andi Malarangeng menduduki kursi Menteri maka dia akan menjadi anggota pengurus Pelti yang kelima menjadi Menteri.

Nah, kira kira apa harapan dimintakan kepada Andi Malarangeng sebagai Menteri Negara Pemuda dan Olahraga. Saya secara pribadi tentunya punya harapan banyak selaku pelaku pelaku olahraga kita. Disaat Olahraga Indonesia ini terpuruk, maka pundak sebagai Menteri Negara Pemuda dan Olahraga akan mnjadi beban berat dan tidak lupa pula akan ada ujian berat ditimpakan kepadanya di awal Desember 2009 yaitu SEA Games Laos 2009.
Apakah perburuan medali selama ini dilakukan pendahulu2 sebelumnya diarena SEA Games ini bisa menaikkan prestasi seperti beberapa puluh tahun silam ? Inilah tantangan pertama bagi siapa yang jadi Menegpora RI.

Jikalau sala satu prestasi Adhyaksa Dault selama menjadi Menteri Negara Pemuda dan Olahraga dengan menghasilkan prestasi gemilang dengan lahirnya Undang Undang No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (SKN) dan juga meninggalkan kemelut antara KONI Pusat dengan Kantor Menegpora. Nah sebagai pekerjaan rumah dimasa mendatang menurut saya sebaiknya peranan Pemerintah bisa sesuai dengan UU No. 3 tersebut. Apakah UU No.3 Tahun 2005 ini sudah sepenuhnya dijalankan oleh pelaku pelaku olahraga di Indonesia?
Sudah jelas kalau disebutkan Pemerintah wajib hukumnya menyiapkan dana untuk olahraga. Tugas Pemerintah untuk membangun sarana olahraga di Indonesia. Kita bisa lihat dinegara China, Pemerintah membangun sarana olahraga sebanyak mungkin. Tidak perlu ikut campur dalam eksekusi pembinaan olahraga yang merupakan tanggung jawab Induk organisasi olahraga dengan ujung tombaknya adalah klub klub olahraga. Begitu juga KONI bisa kembali ke fungsi semula sebagai NGO. Yang selama ini saya menilai KONI terlalu mendambakan aliran dana dari Pemerintah. Sehingga kesannya KONI itu hanya menghambur hamburkan dana yang diterimanya. Sebaiknya KONI juga suah bisa mencari dana sendiri, karena prinsip Sport is Business sudah lama berkumandang dan harus bisa dijalankan.
Begitu juga dengan Induk induk organisasi olahraga, harus bisa diberdayakan. Menurut saya sudah waktunya dilakukan punishment dan reward kepada induk organisasi ini (PB?PP). Selama ini penyaluran dana disama ratakan, tidak ada perbedaan bagi PP/PB yang berprestasi dengan yang tidak , disama ratakan. PP/PB perlu dana, tetapi jika tidak punya program sebaiknya tidak perlu dibantu.

Sebagai penanggung jawab prestasi olahraga, Menegpora juga bisa memperbaiki apa yang disebut dengan Pekan Olahraga Nasional (PON) maupun Pekan Olahraga daerah (PORDA) atau POR Provinsi. Menurut saya, PON sekarang hanyalah pesta 4 tahun sekali, sehingga tujuannya prestasi jadi kabur sekali. Sama halnya dengan PORDA
Buktinya atlet PORDA = PON = SEA GAMES = ASIAN GAMES = Olimpiade. Aneh 'kan. Kenapa tidak dibuat pembatasan pembatasan sehingga memacu munculnya atlet atlet baru disetiap event.

Sekarang kembali kepada masing masing pribadi, apakah mau dibiarkan begitu saja olahraga Indonesia ini hancur ?

Rabu, 14 Oktober 2009

Nikmatnya Main Tenis

Jakarta, 14 Oktober 2009. Hari ini saya merasakan betapa nikmatnya bermain tenis. Entah apa yang membuat saya begitu senangnya setelah bermain tenis di Senayan. Semalampun saya sempat bermain di stadion tenis Gelora Bung Karno. Kenikmatan ini dirasaka setelah beberapa hari ini saya sedikit jenuh mengurus tenis. Rupanya dengan bermain tenis maka mengurangi kejenuhan saya mengurus tenis. Memang perlu juga bermain tenis. Saya sebenarnya juga tahu kalu bermain tenis itu sangat menyenangkan, tetapi karena sudah lama tidak pernah latihan maka saya kehilangan kenikmatan tersebut, sehingga membuat kejenuhan dalam diri saya.
Pagi ini saya bermain di lapangan gravel dan sudah lebih awal datang dan bermain rekan2 lainnya seperti Soebronto Laras, Christian Budiman, Diko Moerdono, Aliong, Rizal, Arifin, Joko, Thomas Saroinsong ( mantan pelari nasional), Indrawan Tauchid, dan Bambang.

Karena terlambat datang beberapa rekan rekan sedang dan sudah bermain sambil tertawa tawa. Sayapun dipanggil juga ikut bermain ganda berpasangan dengan Aliong melawan Rizal berpasangan John. Komentar kawan kawan melihat saya tidak muncul2 latihan beberapa bulan ini membuat lawan mengangap sedikit enteng. Maklum sudah tua dan susah mau lari. Tetapi karena permainan kawanoun cukup konsisten dengan tidak banyak membuat kesalahan maka akhirnya bisa menang juga 6-4

Setelah itu karena belum puas , tidak keluar keringat maka sayapun ditantang kembali oleh rekan sendiri Christian Budiman. " Kenapa takut. Tapi main the best of 3 sets."
Ya, saya paling senang bermain single, karena dengan main single maka akan keluar keringat lebih banyak. Jam menunjukkan pukul 09.30.
Memang dasar susah lari maka sayapun tidak berdaya menghadapinya, diberikannya bola bola jauh dari badan dan semua yang menonton akan kecewa. Tetapi akhirnya badanpun keluar keringat, angka 64 64,

Setelah itu beristrahat dan mandi dan setela itupun saya merasakan nikmatnya main tenis. Badan tidak penat, yang biasanya saya selalu cari tukang pijat jkarena badan pegal pegal semua. Tapi kali ini tidak, hanya yang menjadi masalah adalah perutpun lapar. Siang ini setelah kedatangan tamu dari Palembang Ir H.Rizal Abdullah dari Pemda Sumatra Selatan membicarakan rencana rencana memajukan pertenisan di Sumatra Selatan karena Gubernur yang baru ini cukup anthusias memajukan olahraga di Sumatra Selatan. Seteah itu pergilah saya ke Satay House Senayan untuk melanjutkan tugas selanjutnya. "Tempo per manjare"

Selasa, 13 Oktober 2009

Tidak boleh ikuti 2 turnamen dalam minggu yang sama


Jakarta, 13 Oktober 2009. Ada satu pertanyaan yang cukup bermanfaat bagi petenis kita. Yang berkaitan dengan keikutsertaan dalam suatu turnamen. “ Apakah boleh ikuti 2 turnamen didalam minggu yang sama.? Andaikan ikut turnamen yunior masuk babak utama sedangkan ikuti turnamen kelompok umum masuk di babak kualifikasi.” Begitulah pertanyaan ini saya terima dari Hadi Wibowo ayah dari Louis Theodor disela sela main tenis di Stadion Tenis Gelora Bung Karno malam ini.

Peraturan turnamen melarang ikuti dua turnamen dalam minggu yang sama. Saya pernah melihat sendiri sewaktu Men’ Challenger Garuda Indonesia Super Tennis (GIST) di Jakarta, kalau tidak salah tahun 1990 . Waktu itu petenis Malaysia , Adam Malik baru selesai ikuti Australian Open bermain ganda masuk babak utama sedangkan ikuti tunggal putra GIST masuk kualifikasi. Sign-in hari Jumat karena pertandingannya babak kualifikasi mulai Sabtu dan Minggu. Dan Adam Malik tidak bisa ikut tunggal GIST, tetapi bisa ikut main ganda.

“ Ikuti kualifikasi kelompok umum untuk pemanasan ke turnamen yunior yang masuk babak utama. Boleh dong !” Ujar Hadi . Tapi saya sampaikan pula kenapa sampai keluar aturan tersebut dimana tidak diperkenankan bertanding diminggu yang sama di dua turnamen, walaupun itu kelompok yunior maupun kelompok umum.
Walaupun dikatakan kalau dibabak kualifikasi , petenis yunior akan kalah lawan dengan seniornya, saya juga sampaikan sebagai penyelenggara tentunya tidak bisa berspekulasi. Sehingga keluarlah aturan yang melarangnya. “Kalau sudah ikut bertanding tentunya tidak ada rumusnya hanya untuk pemanasan saja ke turnamen yuniornya. Dan jangan lupa ada ketentuan pula setiap pemain jika bertanding harus sungguh-sungguh.”
Bagaimana nasibnya jika petenis kualifikasi bisa lolos ke babak utama dimana diturnamen lainnya yang bersangkutan sudah masuk babak utama. Berarti harus mengalah diturnamen yang satunya. “Ini yang tidak diperkenankan, karena akan merusak undian turnamen tersebut. Dan ada pula aturan yang dikenal sebagai code of conduct kalau tidak bertanding setelah sign-in akan kena hukuman pula.

Saat ini turnamen tenis nasional sudah mulai bertebaran. Sebagai contoh bulan Nopember 2009 ada 2 turnamen internasional yunior dan dalam waktu yang sama ada turnamen nasional kelompok umum. Saya yakin petenis yunior tergiur juga ikuti turnamen kelompok umum tersebut.
Ini peraturan tenis yang tidak bisa ditawar tawar lagi, sehingga saya juga merasa perlu disosialisasikan kepada masyarakat tenis.

Smes ke ballboy

Jakarta, 13 Oktober 2009. Malam ini ikut main tenis bersama Johannes Susanto dilapangan stadion Geora Bung Karno. Ikut bermain Felix M, Dwi Budoyo Pagiarto yang mirip dengan Pak Taka ( sinetron OB), Sebastian Dacosta, Ariawan Poerba, Louis Theodor dan Surya Wijaya Budi.
Keinginan main tenis sudah lama ada karena saya sebenarnya paling malas latihan tenis. Entah kejenuhan mana sudah melanda dalam diri saya ini. Saya sendiri sadar kalau bermain tenis itu cukup menyenangkan tetapi namanya sudah jenuh maka sulit dielakkan. Tapi malam ini keinginan main tenis sudah ada sejak pagi sehingga perlengkapan dibawa dari rumah.
Berpasangan dengan Felix M melawan Johannes Susanto yang berpasangan dengan Dwi Budoyo Pagiarto cukup menyenangkan karena banyak diselingi dengan guyonan guyonan dilapangan. Begitu mau main, sayapun bilang yang servis yang kalah , maksudnya mereka. tetapi Johannes Susanto tidak mau kalah, langsung minta servis pertama saya.

Ada satu saat Johannes Susanto yang servis maupun smashnya cukup keras, ternyata menerima bola lob yang saya berikan, ternyata bola itu di smash dengan keras bukannya melewati net tetapi menghajar ballboy yang sedang berdiri dibawah kursi wasit. Semua kaget dan ballboy tersebut kesakitan. Langsung Felix pun berkomentar . “ Ini menunjukkan pukulan Enggal dikeluarkan.” ujarnya sambil tertawa.

Dengan disaksikan oleh Yayuk Basuki, pasangan Johannes Susanto dan Dwi Budoyo Pagiarto tidak berdaya, dan kalah 2-6. Sayapun berguyon sampaikan kepada Hadi Wibowo kalau main tenis itu terlalu gampang. “Gitu aja tidak bisa kalahkan Opa.”
Sayapun enjoy kalau bermain tenis karena bisa saling ledek atau mengganggu teman teman dengan menbuat lawan lari lari kejar bola dropshot yang saya andalkan, karena sudah veteran tidak perlu adu tenaga, so pasti kalahnya. Kalau sudah lari lari, sayapun langsung berteriak kalau disini bukan atletik, sehingga lawanpun bernafsu membuat saya harus juga lari. Itulah tenis penuh dengan gurauan gurauan.

Minggu, 11 Oktober 2009

Bosan


Jakarta, 10 Oktober 2009. Sekembali dari Jogja yang meninggalkan perasaan kurang enak akibat dari pandangan yang berbeda dengan beberapa orangtua petenis sehingga sedikit menimbulkan emosi sesaat, sempat terungkap kebosanan dalam diri saya diungkapkan dalam tulisan di FB. Ternyata mendapat tanggapan dari rekan2 lainnya. Ada yang meminta untuk tidak bosan agar tetap eksis di tenis, tetapi ada juga yang memberi kesan seolah olah selama ini menangani tenis tidak secara ikhlas sehingga dianjurkan berhenti saja agar tidak membawa penyakit (karena yang bersangkutan adalah dokter Fachrial Harahap). Sedangkan rekan dari Riau, Taufik mengharapkan tetap eksis di tenis.
Mendapat sentilan seperti itu membuat bukannya saya jadi patah arang tetapi justru membangkitkan kembali semangat saya di tenis.

Mengingat ingat kembali tentang pengalaman di Jogja dan juga membaca beberapa pandangan pandangan dari rekan2 tenis didaerah , saya tidak habis pikir dengan pola pikir mereka. Atau pandangan saya tidak bisa dicerna oleh mereka ini.
Persoalan cukup sepele bagi saya tetapi tidak bagi mereka ini. Bisa dibayangkan masalah tidak disediakan kaos sehingga membuat hubungan antar masyarakat di Jogja agak terganggu. Pertemanan bisa goncang hanya karena berbeda pandangan saja. Keinginan saya selama ini kalau turnamen itu adalah kebutuhan atlet, sudah bisa diterima oleh masyarakat tenis di Jakarta. Berbeda dengan di Jogjakarta.
Karena melihat turnamen sebagai kebutuhan maka berbagai kendala didalam permasalahan turnamen dikikis habis agar turnamen bisa berlangsung.
Pengamatan saya selama ini dari beaya suatu turnamen itu sekitar 70 prosen adalah bagian dari foya2 saja. Jika masalah ini bisa dikikis maka menurut pendapat saya turnamen bisa berjalan sesering mungkin.

Ada yang membanggakan kalau pernah buat turnamen dengan adanya kaos dan entry fee Rp 50 ribu . Kaos didapat dari sponsor. Maka pertanyaan saya adalah kenapa tidak buat lagi ? Kenapa hanya bisa sekali dan bahkan tidak berkelanjutan.
Berbeda dengan niat yang ada sama diri saya. Sekali punya niat maka didukung oleh tekad maka saya bisa nekat selenggarakan turnamen tanpa ketergantungan dengan sponsor. Ini resep yang paling jitu kalau mau eksis di pertenisan.

Masalah kaos, bagi saya itu bukan kepentingan atlet. Ternyata saya lihat tidak ada atlet yang ikut turnamen memakai kaos turnamen yang didapat sebelumnya. Yang terus terang menurut saya , kenyataannya yang gunakan kaos turnamen selama ini adalah justru orangtua atau pelatihnya. Jadi kesimpulan saya adalah Kaos itu adalah kepentingan Orangtua yang justru ngotot memintanya. Padahal kaos adalah kepentingan penyelenggara turnamen, dimana promosi turnamen bisa melalui kaos tersebut.

Begitu juga saat bertemu dengan salah satu orangtua petenis Jogja, perbincangan bisa sampai jam 24.00. Saya cukup senang mereka mau bertanya. Sehingga diakhir pembicaraan saya katakan kita tidak akan satu paham masalah Hadiah Uang yang tidak diperkenankan di suatu turnamen yunior. Saya katakan kalau itu sudah merupakan peratuan tertulis baik di ITF maupun Pelti. Apapun dalihnya saya tetap tidak setuju sekali kalau diterapkan seperti keinginan orangtua tersebut. "Percuma kita berbicara masalah ini karena so pasti tidak akan ketemu." ujar saya yang hanya menjalankan tugas.

Kamis, 08 Oktober 2009

Berita Duka Cita

Jakarta, 8 Oktober 2009. Dalam dua hari ini berita duka yang saya terima dari rekan rekan. Kemarin pagi terima telpon dari Bunge Nahor menyampaikan kalau salah satu rekan HB Umboh yang biasa dipanggil Alo yang juga pelatih tenis meninggal di RSPP Jakarta. Sedangkan yang satu lagi datang dari Yustejo Tarik yang memberitahukan kalau Tante Corry Kaligis-Waworuntu (Ibu dari Lany Kaligis Lumanau) meninggal di Bandung karena usia sudah tua.
Saya coba hubungi Lany Lumanau dan saudara sepupunya yang juga sepupu saya yaitu Roy Waworuntu, Inggrid Sompotan Waworuntu, tetapi tidak bisa kontak telpon selulernya. Akhirnya hubungi Alfred Raturandang yang berada di Bandung, ternyata Alfred juga tidak tahu, Tapi saya pesan saja agar hubungi rumahnya di Bandung.

Kalau Alo Umboh, saya punya kisah cukup berkesan, Yaitu saat bertanding ganda putra Turnamen Maesa Paskah di Kemayoran. Alo berpasangan dengan Sontang Tampubolon (alm) sedangkan saya berpasangan dengan John Kairupan. Pertandingan final ganda putra veteran dilakukan di stadion Pusat Tenis Kemayoran. Sebelum pertandingan, lawan lawan saya ini langsung sampaikan kalau saya dan John Kairupan di pur 2 dan taruhan uang. Sebenarnya saya tidak suka main tenis dengan taruhan. Tapi kali ini yang buat tergugah itu adalah di pur 2 itu. Ini yang bikin kesal, belum main udah dianggap enteng. Maka pertandinganpun berjalan seperti biasa dan disaksikan rekan rekan dari Maesa.
Saat kedudukan 6-6 maka sayapun menuju net dan beri salam karena sudah dianggap menang, tetapi penonton salah satunya rekan Boeli Londa (alm) langsung berteriak.
" Eh, belum selesai>" ujarnya karena tidak tahu kalau lagi taruhan.
Sayapun langsung katakan, kalau piala silahkan ambil, saya mau uangnya (taruhan) Rp. 300 rb untuk saya. " Piala voor ngana jo. Dirumah so banya piala. Yang susah mo ambe ngana pe doi." ujar saya sambil bercanda sehingga semua yang dengar ikut tertawa. Ikut turnamen tenis Maesa itu hanya sebagai ajang nostalgia atau reuni bertemu teman teman asal Sulawesi Utara. Dan bisa bercanda sesukanya. Tapi jangan coba coba kalau kalah, bisa beredar SMS keteman teman bahkan sampai ke kampung halaman kalau dikalahkan. Begitulah suasana dikalangan kawanua yang sulit diikuti rekan rekan lain daerah.

Pagi ini, saya terima telpon dari Johannes Susanto yang memberitahu kalau Sudarto salah satu staf sekretariat PP Pelti meninggal dunia sehari sebelumnya. Biasanya berita datang dari Sekretariat PP Pelti, tetapi kali ini belum ada beritanya. Langsung SMS ke Fahmi M dan Ani, dan dibenarkan berita tersebut.
Akhirnya tidak sempat kerumah duka (Taman Duta Cimanggis), pergi saja ke tempat pemakaman Karet Bivak. Martina Widjaja, Soebronto Laras juga hadir hari ini ditempat pemakaman.
"Selamat Jalan !"

Minggu, 04 Oktober 2009

Orangtua Petenis perlu Informasi


Jogja 4 Oktober 2009. Makin banyak petenis yunior makin banyak pula muka muka baru dipertenisan kita ini. Makin banyak pula kebutuhan informasi yang dibutuhkan mereka. Begitulah yang saya dapatkan dari mereka. Berbagai cara penyampaian kepada saya karena merasa bisa bertemu dengan orang Pelti Pusat sehingga bisa bertanya dan menyampaikan pendapatnya. Ada pula yang awalnya sangat sinis penyampaianya dimana kritik kritik yang diberikan bisa panas hati dibuatnya, tetapi semua ini saya terima dengan lapang dada. " Saya ini pelayan masyarakat tenis. Anda tahu 'kan resiko bagi pelayan. So pasti dimarah marahin majikan terus. Anda itu majikan saya. Kalau kerja bagus tidak pernah dipuji, tapi kalau salah dimaki maki. Jadi saya harus siap menghadapi semua pertanyaan maupun maki-makian tersebut. Ini saya sadari betul, sehingga saya satu satunya anggota pengurus terbanyak terima caci maki masyarakat tenis. Bukan hanya itu, saya juga pernah diajak berantem ."

Saya sendiri harus mengakui beberapa kelemahan organisasi kita ini tetapi tidak perlu kecewa karena banyak cara untuk bertanya, kalau tidak bisa didapatkan melalui situs resmi Pelti yaitu www.pelti.or.id , bisa dihubungi melalui telpon. Tidak perlu mendapatkan informasi dari orang yang salah.

" Mana yang benar soal PNP. Karena banyak situs yang keluarkan PNP.? " Begitulah salah satu pertanyaan yang datang. Saya hanya katakan yang punya PNP itu Pelti bukan pihak lainnya. Jadi yang dipakai adalah Pelti.
Masalah informasi ini banyak kesimpang siuran didaerah daerah. Ada yang mengaku ngaku sebagai orang Pelti tetapi ada juga kesan dari masyarakat bahwa orang tersebut adalah orang Pelti, sehingga apa yang disampaikan seolah olah informasi dari Pelti.
Saya sendiri sewaktu berbincang bincang dengan orangtua petenis menyampaikan pendapat sebagai pribadi atau sebagai Pelti. Ini bisa saya bedakan sehingga tidak seenaknya pendapat pribadi dicampur adukkan dengan institusi.
Masalah cara kerja dari PNP, maupun persyaratan TDP, saya sampaikan sesuai ketentuan Pelti.
Sayapun sampaikan kalau PNP itu sejak awal diperkenalkan belum pernah direvisi, tetapi tahun 2010 akan dberlakukkan PNP terbaru setelah direvisi. Masalah cara perhitungan PNP dianggap kurang transparan sehingga dituding ada kongkalikong dibelakang layar. Saya sendiri sampaikan tudingan tersebut tidak perlu terjadi kalau mau bertanya silahkan cek ke kantor Pelti bukan melemparkan fitnah fitnah yang tidak bermanfaat.
Ini akibat ketidak tahuan saja. Maklum muka muka baru dipertenisan kita ini sehingga ketentuan2 yang sudah ada disitus resmi Pelti tidak pernah dilihat.
Kalau saya perhatikan sudah banyak petenis yunior sudah mengenal dunia maya, banyak yang sudah menggunakan Facebook sebagai sarana komunikasi mereka, berarti memiliki e-mail. Komunikasi dengan Peltipun bisa dilakukan melalui email atau membuka situs resmi Pelti. Hanya terpulang kembali kepada orangtua petenis atau pelatih yang paling sering merepotkan penyelenggara yang terlalu banyak mengganggu kerja panitia, baik dalam bentuk protes atau bertanya disaat yang tidak tepat. Ini sangat mengganggu kerja petugas Referee. Padahal disetiap turnamen sduah ada pengumuman sebagai inforasi yang perlu diketahui.
Untuk RemajaTenis ini saya sudah buat SPANDUK tentang aturan pertandingan sehinga tidak perlu bertanya tanya lagi. Termasuk nama Referee dan nomer telponnya agar bisa dihubungi.Tetapi tetap ada saja yang bertanya yang sudah ada di spanduk tersebut.

Cari Kaos Atau Pertandingan

Jogja,3 Oktober 2009. Ada pengalaman baru saya terima selama perjalanan ke daerah khususnya selenggarakan turnamen tenis yunior. Saya lebih cenderung ke junior karena untuk pembinaan junior itu butuh waktu yang lama sehingga sebaiknya sarananya khusus turnamen jadi prioritas. Acara turnamen RemajaTenis-3 ini diadakan diluar kota Jakarta, karena yang pertama dan kedua di Jakarta.
"Kenapa TDP tidak diberikan kaos kepada peserta ? " begitulah keluhan yang muncul saat itu. Masalah kaos sudah pernah terjadi juga sewaktu selenggarakan Piala Ferry Raturandang.
Permintaan kaos datang dari orangtua peserta turnamen. Kalau di Jakarta kurang sekali tetapi ada juga 1-2 orangtua menanyakannya.Dan setelah tahu tidak ada kaos tidak mempermasalahkan. Berbeda dengan di Jogja hari ini, permintaan ini seolah olah adalah keharusan, sehingga ada yang cara penyampaiannya kurang mengenakkan hati penyelenggara. Hal ini disampaikan rekan2 pelaksana kepada saya di Jogja. Belum lagi telpon yang saya terima.
Sayapun langsung minta kesempatan untuk bertatap muka dengan orangtua yang paling sengit menyampaikannya.
Ternyata 2 orangtua dari Pati tersebut membanding bandingkan dengan turnamen lainnya selama ini di Jawa Tengah. Ini sih sah sah saja karena bebas berpendapat dan penyelenggara wajib menyampaikannya alasannya. Begitu juga para Ibu Ibu yang minta khusus ditemukan langsung dengan saya.
Kalau para Ibu rumah tangga ini lebih sopan penyampaian keluhannya sehingga rekan2 panitia lebih enak mendengarnya. Tapi yang dari Pati ini lebih kasar penyampaiannya, begitulah yang saya terima dari rekan2 penyelenggara. Dan memang kalau saya lihat satu orangtua atau pelatih caranya seperti preman istilah yang diberikan oleh rekan penyelenggara. Udah berkaos tanpa lengan memperlihatkan ada tato dilengannya. Saya sendiri sewaktu dia bertanya dari jauh saya anggap cara ini kurang sopan , tidak dilayani dan tidak saya jawab pertanyaannya. Kalau mau bertanya datang didepan orang yang mau ditanya, bukan dari jauh. Disini ego saya juga naik. Maklum bintang LEO.

"Saya sangat menyadari kalau TURNAMEN adalah KEBUTUHAN setiap atlet. Dasar saya dari pengalaman sebagai anak didaerah, bukan di Jakarta atau pulau Jawa yang banyak turnamennnya. Saya dulu dari Bali dan Lombok. Kalau ikut turnamen nasional harus ke Jawa yaitu ke Malang, Bandung dan Jakarta, karena dikota saya tidak ada turnamen. Sehingga muncul gagasan selenggaraka turnamen sebanyak mungkin. Nah, saya jamin sekali walaupun latihan setiap hari dan tidak pernah ikuti turnamen tentunya tidak bisa berprestasi. Potong leher saya." ujar saya untuk meyakinkan mereka. Kalau kaos itu kepentingan penyelenggara sebenarnya karena sebagai ajang promosi turnamen tersebut, bukanlah kebutuhan atlet. Jika ada yang mengatakan penyelenggara cari untung, itu sangat positip. Siapa yang mau selenggarakan turnamen harus nombok terus. Ini harus disadari semua pihak. Sebagai pembina sudah seharusnya sediakan sarana turnamen sebanyak mungkin dan tidak rugi alias buntung. "
Karena begitu gencarnya permintaan kaos yang sedikit mengancam kepada penyelenggara oleh satu dua orangtua, maka saya merasa perlu memberikan pandangan kepada mereka. Sehingga tidak perlu lagi terjadi kesimpangsiurannya.

Ada juga jawaban saya kepada orangtua lainnya masalah kaos ini seolah olah kewajiban penyelenggara untuk menyediakannya. Tetapi saya tidak mendengar dari atlet permintaan kaos ini, hanya datang dari orangtua saja.
" Kalau penyelenggara didalam pengumumannya mencantumkan adanya hadiah hadiah yang menggiurkan sedangkan kenyataannya berlawanan maka Anda berhak menuntutnya karena ini ada pembohongan publik. Jadi jangan membanding bandingkan dengan turnamen lainnya yang memberikan hadiah hadiah. Coba Anda lihat turnamen besar seperti Thamrin Cup, FIKS dll itu semuanya berikan Kaos kepada setiap peserta. Apakah turnamen ini bisa setiap tahunnya diselenggarakan lebih dari sekali ? Tunjuan ikut turnamen itu apa, apa cari hadiah ? Ini turnamen junior. "
Sedangkan dari salah satu orangtua dari Surabaya ketika saya sampaikan masalah ini dimana ada peserta yang tidak mau ikut karena tidak diberikan kaos. Semua yang mendengar ikut tertawa. Mau tahu tanggapannya. " Mau cari Kaos atau pertandingan ?"