Jumat, 29 Mei 2009

Apa Yang Diperlukan Atlet Tenis (bersambung)

Jakarta,29 Mei 2009. Melanjutkan tulisan sebelumnya , masalah etika yang merupakan masalah mendasar dalam kehidupan bermasyarakat didunia olahraga tenis. Ada beberapa orangtua yang sudah melupakan etika. Bagaimana nasibnya anak anak yang tentunya melihat tingkah laku orangtua. Saya melihat rekan2 pengurus sendiri kalau memasuki kantor Pelti masih mengenal budaya kulonuwun.
Budaya ini terpulang datang dari rumah sendiri. Orangtua saya dulu juga mengajarkan jika memasuki rumah oranglain agar menyapa dengan sopan.
Tetapi kenyataan sekarang ini, apakah sudah berubah.
Sangat menyedihkan yang terjadi ada orangtua petenis (bukan Pengurus Pelti) masuk kantor Pelti langsung memerintah pegawai pegawai Pelti seperti pegawainya sendiri. Andaikan ditegur apakah tida malu jadinya. Saya sendiri menunggu kesadarannya karena sudah bukan anak kecil lagi.

Kembali kepada atlet tenis khususnya usia dini, jika sudah mengenal permainan tenis dan mulai menyukainya maka sudah perlu juga mengenal kompetisi , yang diawali dari internal. Sesama rekan2 dalam sekolah tenis tersebut. Setelah itu baru ikuti turnamen diluar baik friendly games ataupun Persami.
Dalam mengikuti turnamen perlu juga diperhatikan bagi orangtua ataupun pelatihnya. Memang ada keinginan putra putrinya untuk menang, tetapi lupa keinginan terlalu besar membuat beban bagi putra dan putrinya. Sehingga sayapun lebih cenderung dengan lebih mendengung dengungkan dalam slogan yang cukup sederhana yaitu Win Or Loose I don't care, I Juat Play Tennis......
Biarkanlah mereka menikmati permainannya sehingga dukungan external janganlah jadi beban bagi mereka. Ini menurut saya hanya berdasarkan pengamatan selama ini sebagai penyelenggara Persami ( sejak 1996) melihat perilaku orangtua. Sehingga ada yang protes katakan kepada saya yaitu " Boleh Ambisi tetapi bukan Ambisius."
Ya, saya bukan seorang ahli pendidikan walaupun orangtua saya dulu pensiunan Departemen Pendidikan.

Kalau saya mengingat masa lalu kejadian kejadian di lapangan tenis Pusat Tenis Kemayoran , ada orangtua sendiri mempermasalahkan bola out dan in. Menurut orangtua bola itu OUT tetapi anaknya mengatakan IN. Bahkan saking emosi tanpa sadar seorang Ibu mengatakan anaknya GOBLOK. Ini fakta yang terjadi dan kalau lapangan tenis Kemayoran bisa bicara tentunya sebagai saksi kejadian itu. Akibatnya seperti yang selalu saya kemukakan, orangtua yang ambisius saya jamin putra putrinya gagal meneruskan sebagai petenis. Buktinya putra dari Ibu tersebut sudah menghilang dari peredaran alias masuk sekolah saja. Ini banyak jumlahnya di Tenis Indonesia.

Belum lagi ada orangtua memukul petugas pertandingan. Coba dibaca kembali tulisan saya sebelumnya di blog ini. Pasti terjawab siapa biangnya ! ( bersambung)

Kemungkinan Piala FR-66 dipindah ke Yogya


Jakarta, 29 Mei 2009. Keinginan selenggarakan Piala Ferry Raturandang-66 diluar kota Jakarta masih belum semulus yang diperkirakan. Kenapa harus keluar Jakarta ? Karena ada permintaan , yang selama ini berkisar di Jakarta agar disebar luaskan. Pilihan Cirebon beberapa minggu lalu karena ada telpon dari orangtua di Cirebon, tetapi setelah mencoba kontak yang lainnya terbentur dengan jadwal ulangan sekolah. Datang juga permintaan dari Yogya. Awalnya masih ragu ragu karena soal lapangannya. Di Yogya , tepatnya Bantul ada kompleks lapangan disatu tempat dengan 6 lapangan, setelah hubungi rekan dari Bantul ternyata tanggal 7 Juni 2009 sedang digunakan untuk pertandingan instansi disana.

Akhirnya pikiran berubah dan coba memindahkan ke Yogyakarta yang bisa digunakan adalah lapangan tenis Universitas Gajah Mada dan Universitas Negeri Yogyakarta. Yang jadi masalah adalah siapa yang bisa kontak pengelola lapangan. Atas bantuan rekan di Yogya Bambang S sudah mencoba kontak pengelola. Sedangkan rekan Indrawan mau menghubungi lapangan UNY.
Memang andaikan pesertanya banyak maka akan digunakan kedua lokasi tersebut.
Semoga hari Senin sudah ada jawaban dari rekan2 di Yogya masalah lapangan sehingga Persami memperebutkan Piala Ferry Raturandang-66 sudah bisa diselenggarakan tanggal 6-7 Juni 2009.

Yogya salah satu kota yang banyak memiliki lapangan tenis, hanya terpencar pencar. Belum ada yang memiliki satu kompleks lebih dari 6 lapangan. Tapi siapa tahu yang akan datang jikalau sering ada kegiatan maka tidak tertutup kemungkinan kegiatan turnamen bisa sesering dikota Gudeg ini. Tahun lalu Yogya absen dari turnamen nasional, tetapi berita gembira tahun 2009 sudah

Melihat kondisi sarana yang memadai di Yogya maka saya secara pribadi berkeinginan juga selenggarakan Turnamen nasional yunior dikota Gudeg ini. Tinggal menunggu waktu dan sponsor dengan beaya rendah supaya keinginan atlet tenis bisa terpenuhi secara utuh di kota Gudeg ini. Informasi saya terima dari Tabloid Tennis, untuk bulan Agustus 2009 rencana menggelar turnamen nasional yunior dengan penampilan beda, tetapi belum didaftarkan ke PP Pelti karena menunggu sponsornya juga. Berarti kota Gudeg akan bertambah aktivitasnya.
Tahun 2008, sebenarnya sudah ada juga rekan dari Jakarta selenggarakan di Yogya, hanya ada sedikit kekecewaan dari tuan rumah karena sistem kerjasamanya, sehingga para orangtua menghubungi saya ketika bertemu di Davis Cup di GOR Manahan Solo menyampaikan agar AFR bisa turun juga di Yogya. Saya sendiri sudah berterus terang kepada mereka, kalau saya buat turnamen tidak mau rugi. Karena saya bukan pembina tetapi penyelenggara turnamen saja. Dan juga saya tidak mau mengganggu kerjasama yang telah dibuat sebelumnya dengan rekan dari Jakarta tersebut. Saya pun tidak mau tahu apa sebabnya mereka kecewa. Tetapi saya telah membuka diri tentang hak dan kewajiban saya pribadi begitu pula rekan rekan di Yogya yang ingin kerjasama. Hal yang sama juga dialami rekan rekan di Solo. Saya sendiri tidak bisa menolak keinginan mereka akan memajukan tenis dikotanya masing masing. Ini berarti ada rejeki untuk saya maupun teman teman sendiri.

Saya pribadi sudah ada NIAT sehingga keinginan petenis bisa terakomodasi dengan baik. Semoga Tuhan memberikan jalan, dengan harapan ada dukungan juga dari orangtua petenis Yogyakarta yang belum lama ini saya kenal tetapi cukup berkesan.

Kamis, 28 Mei 2009

Apa Yang Diperlukan Atlet Tenis

Jakarta, 28 Mei 2009. Apa yang diperlukan seorang atlet tenis ? Ini pertanyaan muncul dengan makin banyaknya kegiatan maupun dukungan orangtua terhadap putra dan putrinya yang berkiprah dipertenisan nasional. Memang perlu juga diketahui masyarakat tenis sehingga tidak perlu muncul kekecewaan terhadap dunia tenis Indonesia yang penuh dengan berbagai macam intrik.
Saya, mencoba berbagi pengalaman dan pengetahuan selama ini berkecimpung di tenis Indonesia. Walaupun bukan pakar dalam pembinaan atlet tenis.

Secara umum yang sangat dibutuhkan sorang atlet tenis adalah sarana latihan, pertandingan. Didukung pula dengan pelatih maupun fasilitas latihan sebagai pendukungnya seperti gizi dan kesehatan. Pokoknya harus melibatkan multi disiplin. Disamping itu pula pengetahuan tentang tenis juga sangat dibutuhkan sekali. Pengetahuan IT sangat mendukung semua kegiatannya, karena melalui dunia IT ilmu pengetahuan baik pertenisan bisa diikutinya sebagai referensinya.
Kembali ada pertanyaan dari kebutuhan atlet tenis diatas adalah siapa yang bertanggung jawab. Secara umum tentunya yang bertanggung jawab adalah atlet yang didukung oleh orangtuanya . Dimana peranan induk organisasinya seperti Pelti. Dalam hal ini saya bukannya mau membela diri selaku salah satu anggota pengurus pusat Pelti. Tapi harus diketahui sekarang kalau Pelti hanya sebagai fasilitator, regulator. Bukannya eksekutor. Jadi beban semua dilimpahkan kepada orangtua, atlet maupun klubnya.Jangan lupa sebagai ujung tombak pembinaan adalah Klub.

Kembali kepada pertanyaan pertama, apakah yang dibutuhkan seorang atlet. Bagi pemula atau anak anak, awalnya yang harus dipikirkan adalah bagaimana upaya agar anak anak itu mulai menyenangi olahraga tenis. Karena selama ini banyak petenis itu berasal dari keluarga tenis dimana orangtuanya suka bermain tenis. Yang jadi masalah adalah jika orangtuanya tidak bermain tenis. Dan harus diperhatikan justru yang berkeinginan anak main tenis datangnya dari orangtua, bukan sebaliknya. Ini sangat penting. Cara untuk membuat anak anak tertarik main tenis itu banyak ragamnya.

Nah, jika sudah mulai tertarik main tenis, harus dipikirkan juga sarana latihannya. Sebaiknya adalah ikuti sekolah sekolah tenis, bukannya private training. Mungkin ada yang bisa private training asalkan orangtuanya pelatih tenis.
Dengan masuk sekolah tenis, maka ada anak tersebut bisa bersosialisasi dengan teman teman sebayanya. Mulailah ada kerjasama, , kompetisi sehat dll.
Sekarang mencari sekolah tenis yang baik. Khususnya di Jakarta sudah banyak sekolah tenis bertebaran. Di Jakarta Pusat , Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Utara, Jakarta Barat. Begitu juga disetiap kota memilikinya yang selama ini dikelola oleh pelatih2 tenis.
Saya menganjurkan memilih sekolah tenis yang dekat dengan rumahnya. Karena hidup di Jakarta terkenal dengan macetnya membuat waktu terbuang dalam perjalanan dari rumah ke tempat latihan. Bahkan ada yang dijemput dari sekolah dengan siapkan segala peralatan dan makan siang anak langsung ke tempat latihan. Bisa dibayangkan anak2 bisa saja merasa tersiksa walaupun naik mobil ber AC, akibatnya tertidur di mobil setelah makan siang. Kemudian cari sekolah tenis yang ada program yang jelas. Ada pelatih berkualitas, ada fasilitas latihannya dll.
Tetapi khususnya anak anak, saya tetap berpendapat agar anak anak masih sekolah formal. Memang banyak yang saya lihat ikuti home scholling istilahnya. Apakah keuntungan kalau sekolah formal. Masa anak anaknya masih tetap terpelihara, sehingga tidak membosankan hidup hanya sekitar pertenisan saja. Etika bisa terbentuk dalam sekolah formal disamping dari dalam rumah sendiri juga dididik orangtua sendiri masalah etika. Pengamatan saya, banyak atlet tenis yunior yang tidak sekolah menunjukkan kurang mengenal etika dalam pergaulannya. Ini hal sepele menurut segelintir orang tetapi menurut pendapat saya pribadi ini bukan hal sepele, tetapi lebih mendasar. Sebagai contoh berdasarkan pengalaman selama ini, jika memasuki kantor Pelti (paling banyak atlet yunior) tidak ada sopan santunnya. Tanpa kulonuwun langsung masuk tanpa mengucapkan selamat pagi/siang/sore padahal yang kerja di kantor Pelti itu semuanya sudah menjadi orangtua alias sudah berumah tangga. Ada juga orangtua berperilaku sama dengan anaknya. Ini mah lain lagi, tapi memang ada. (berlanjut)

Totok Gani Ingin adakan TDP di Solo

Jakarta, 27 Mei 2009. Keinginan selenggarakan turnamen nasional atau dikenal sebagai TDP datang juga dari rekan2 di Solo. Kedatangan Totok Gani rekan dari Solo telah menyampaikan keinginan selenggarakan turnamen di GOR Manahan Solo.
Saya sendiri menyambut baik keinginannya selenggarakan turnamen yunior. Apalagi Totok bisa mendapatkan sponsor di Solo membuat lebih mudah menjalankannya.Langsung diterangkan isi perut suatu turnamen tenis mulai dari pembeayaannya dari sewa lapangan, bola, tenaga pelaksana seperti ballboys, wasit, referee, tournament desk dan kebutuhan kebutuhan sponsor.
Saya juga ceritakan kalau akan selenggarakan turnamen nasional lebih sering di GOR Manahan bekerjasama dengan Anna Supriyadi dan Irsyad, karena kedua rekan ini juga tertarik selenggarakan kegiatan kegiatan turnamen di GOR Manahan.
Sekarang kita tunggu saja relaisasinya jika bisa dilaksanakan oleh Totok Gani sehingga kegiatan turnamen maki semarak di Indonesia dan bukan hanya milik satu dua orang saja. Segala ilmu tentang turnamen saya kemukakan saja kepada siapa saja yang berkeinginan selenggarakan turnamen karena merupakan kebutuhan atlet tenis

Rabu, 27 Mei 2009

Naik LEXUS ketemu Konglomerat Media

Jakarta, 26 Mei 2009. Menikmati kendaraan berharga diatas Rp 2 miliar tentunya merupakan impian setiap insan. Saya, kemarin mendapat kesempatan duduk didalamnya padahal mobil LEXUS ini sering dilihat tanpa duduk didalamnya. Sayangnya tidak bisa merasakan nikmatnya kendaraan mewah tersebut.Kok bisa begitu kalau cerita sama orang lain.

Rencananya ketemu konglomerat media Eric Tohir sehingga wajar kalau datang dengan mobil LEXUS tersebut. Bersama dengan Ketua Umum PP Pelti dan juga Wakil Bendahara PP Pelti Zandra Darmawan, saya diajak untuk ikut ketemu konglomerat media di Hotel Ritz Carlton Senayan.
Dari Senayan menuju ke kantor KONI Pusat lantai 10 bertemu dengan anggota Komite Olimpiade Indonesia yang menunggu Wakil Sekjen KOI Martina Widjaja sebagai persiapan Olympic Day yang waktunya bersamaan dengan Pekan Olahraga Nasional Tenis tanggal 27 Juni 2009.

Setelah itu berangkat ke Hotel Ritz Carlton yang jaraknya cukup dekat karena letaknya dibelakang kompleks POLDA Metro dibunderan Semanggi. Ternyata perjalanan makan waktu 45 menit.
Menikmati 45 menit seperti cukup puas bisa menikmati kendaran Rp 2 miliar ini, tetapi ternyata tidak juga karena akibat macet dijalur lambat jalan Sudirman sehingga tidak bisa menikmati bagaimana keistimewaan mobil Lexus tersebut. Memang ada pendingin mobil itu wajar wajar saja, audio system dan juga TV.
Apa sebab dikatakan belum bisa menikmati keistimewaan mobil mewah ini. Jikalau mau merasakan enaknya mobil mewah tentunya kalau ada kesempatan mengemudi sendiri dijalan tol. Sehingga bisa mencoba lajunya mobil. Bukan seperti saat ini dalam waktu 45 menit duduk disamping sopir karena semua ada 3 penumpang, dan jalannya sama saja dengan mobil lainnya . Karena bisa dibayangkan kalau mobil maju 1 meter berhenti, maju lagi 1 meter kemudian berhenti lagi kalau ada tempat lowong didepannya.

Ya, begitulah bisa dikatakan oleh Tukul, dasar katrok deh !

Senin, 25 Mei 2009

Kenapa TDP minim peserta ?


Jakarta, 25 Mei 2009. Sempat muncul setengah protes datang dari rekan Amin Pujanto masalah TDP atau kejuaraan / turnamen nasional yang berlangsung akhir akhir ini cukup marak tetapi dianggapnya tidak layak sebagai TDP.Keluhan ini disampaikan akhir tahun 2008 lalu. Karena melihat hasil TDP disalah satu kota diluar Jakarta waktu itu. Pemahaman TDP masih belum semua pihak memahaminya. Satu sisi memandang perlunya kuantitas bukannya kualitas. Saya pribadi memang lebih cenderung akan kuantitas dulu baru kemudian jika sudah berjalan maka secara tidak langsung menuju ke kualitas. Karena pengamatan saya selama ini banyak daerah masih membutuhkan turnamen, tetapi pelaku pelakunya didaerah belum tahu mau start dari mana.
Memang ada yang sudah membutuhkan kualitas tetapi menurut saya sendiri masih banyak petenis yang sangat membutuhkan kesempatan menikmati turnamen sehingga lebih cenderung kepada kuantitas.
Masalah apa yang timbul sehingga timbul pertanyaan dari rekan saya tersebut. Karena melihat jumlah peserta yang sangat minim sudah dianggap tidak sesuai lagi dengan sebutan TDP. Misalnya peserta tersebut kurang dari 8 peserta disetiap event (jenis pertandingan), karena dalam aturan TDP untuk mendapatkan PNP (Peringkat Nasional Pelti) disebutkan minimal 8 peserta dianggap layak bertanding.

Yang jadi pertanyaan adalah masalah minimnya peserta, kenapa demikian. Seperti yang terjadi di Jakarta, minimnya peserta RemajaTenis-2 sehingga oleh penyelenggara diundurkan saja agar nama TDP bisa dipertahankan sebaik mungkin. Ini cara cukup bijaksana. Alasan Lucky Mosal selaku Direktur Turnamen mengatakan agar menjaga citra TDP dimata masyarakat tenis. “Sebagai pelaku tenis, kita tidak boleh merusak citra TDP yang dengan susah payah diciptakan oleh Pelti.” ujar Sinyo panggilan sehari-hari Lucky Mosal.

Kenapa sampai minim peserta.? Saya melihat karena minimnya promosi sehingga turnamen tersebut belum diketahui oleh petenis yunior maupun orangtua dan pelatih. Bisa juga pemilihan waktu turnamen sebagai penyebab gagalnya peserta. Iming iming apapun tidak akan mempan disituasi seperti ini.
Bulan Mei dan Juni merupakan bulan yang sangat sibuk bagi petenis yunior. Ada kegiatan O2SN baik antar SD maupun SMP, sehingga atlet yunior lebih cenderung ikuti seleksinya maupun kegiatan tersebut yang biasanya dilakukan di Ibukota Provinsi.
Begitu juga jika dilakukan diluar Jawa, menunjukkan daerah tersebut kurang pembinaan petenis yuniornya. Kenapa bisa minim petenis yunior , karena menurut saya karena kurang kegiatan turnamen yunior ditempat tersebut, sehingga disaat mau diangkat ketingkat nasional terpaksa diundanglah petenis dari Jakarta kedaerah tersebut. Idea ini cukup baik kalau bicara soal pembinaan tetapi kurang jeli melihat kekuatan pasarnya jika lihat dari strategi marketing. Akibatnya kembali kepada finansialnya yang akan berteriak. Nah, sekarang apakah semua orang mau jadi sinterklaas, tentunya TIDAK. Janganlah lupa kalau tujuan buat turnamen adalah mencari keuntungan finansial sehingga bisa berlangsung langgeng dan konsisten disaat krisis ekonomi melanda kita semua.
Saya sendiri tidak terlalu gegabah jika hendak memasarkan TDP didaerah daerah khususnya luar Jawa. Selain ada lapangan tentunya juga harus ada atletnya sendiri yang memadai. Jika belum dapat gambarannya maka diawali saja dengan Persami. Ini anjuran yang bijak , agar sedikit hati hati dalam memasarkan turnamen didaerah daerah. Tetapi saya wajib hukumnya harus berterima kasih juga jika ada rekan rekan kita yang mau jadi sinterklaas didaerah daerah
.

Perlu Dialog Capres dengan Masyarakat Olahraga

Jakarta, 25 Mei 2009. Saya menonton pertunjukan yang ditayangkan melalui televisi yang sangat getol menyorotin masalah politik di Nusantara ini terutama dalam debat Capres kita mulai dari JK kemudian SBY dan Megawati, agak kuatir juga karena semua dengan semangat tinggi untuk meyakinkan masyarakat Indonesia agar masing masing programnya yang terbaik agar bisa dipilih kembali menduduki jabatan Presiden Republik Indonesia. Masalah pokok adalah masalah Ekonomi.
Tidak ada satupun yang bertanya ataupun menyinggung masalah olahraga kita. Karena olahraga masih dipandang sebelah mata saja. Akibatnya tahu sendiri prestasi olahraga Indonesia jangan diharapkan bisa melejit karena kurangnya perhatian penuh dikalangan petinggi Republik Indonesia.

"Masih adakah Menteri Negara Pemuda dan Olahraga dimasa mendatang ?" ini pertanyaan yang wajar akan datang dari praktisi olahraga Indonesia. Teringat sudah dimasa pemerintahan dipimpin oleh Gus Dur dan Megawati , Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga dihilangkan, masuk kedalam Departemen Pendidikan. Hampir pasti rekan rekan praktisi olahraga lainnya berpikiran yang sama dengan saya. Kekuatiran selalu muncul diakhir masa kepemerintahan. Upaya telah dilakukan oleh Menegpora saat ini agar dimasa mendatang ada peningkatan Kemengpora menjadi suatu Departemen sendiri.

Sehingga, saya anggap perlu juga dilakukan dialog seperti dilakukan oleh KADIN terhadap Calon Presiden, khususnya dengan masyarakat olahraga sehingga masyarakat olahraga bisa juga menentukan siapa pemimpin negara kita ini.
Yang jadi pertanyaan sekarang siapa yang mau jadi sponsornya ! Seharusnya ada keberanian datang dari masyarakat Olahraga sendiri.

Gagasan Fiesta Pacific di Sulut

Jakarta, 23 Mei 2009. Bertemu diacara HUT salah satu keluarga di Tebet, Harry Kawilarang tokoh media yang cukup senior yang kebetulan masih ada hubungan famili cukup menarik dan menyadarkan tentang kecintaan terhadap Sulawesi Utara sebagai bagian dari negeri tercinta Indonesia.
"Apa yang saya bisa lakukan untuk Sulawesi Utara." pertanyaan ini sengaja dilemparkan kepada Harry Kawilarang yang cukup kocak dalam pembicaraan sehari hari yang kadang kala cukup serius dalam membaca situasi sekelilingnya. Begitulah profil seorang wartawan senior Suara Pembaruan yang termyata langkahnya diikuti putra tercinta Renee Kawilarang dimata August Ferry Raturandang.

Memang diakuinya jika terlalu mendambakan kepedulian dari dalam sendiri seperti dari Pemerintah Daerah Sulawesi Utara kurang mendapatkan porsi sedikitpun. Hal ini sudah pernah dilemparkan dalam FB group Pemerintahan Sulut, telah mencoba berikan masukan kepada Pemda Sulut dibawah pimpinan Gubernur Sinyo Harry Sarundayang yang sebenarnya masih ada keterikatan famili dari keluarga Ratumbuysang.
Tetapi selaku praktisi olahraga melihat selama ini Pemerintah Indonesia termasuk Pemda kurang ada perhatian lebih terhadap dunia olahraga. Padahal Olahraga merupakan wadah yang bisa mengangkat citra dan martabat bangsa disaat situasi krisis seklaipun. Bisa dilihat betapa kecilnya anggaran di Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga R.I. Akibatnya peranan Pemerintah sesuai dengan Undang Undang R.I. tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional seharusnya ikut bertanggung jawab dengan olahraga sehingga olahraga mendapatkan porsi yang lebih baik lagi.

Kembali kepada Sulawesi Utara, sempat tercetuskan juga agar diadakan pertandingan olahraga yang bisa dirasakan langsung oleh masyarakat kecil di Sulawesi Utara. Diakuinya oleh August Ferry Raturandang tahun 2009, kota Manado kehilangan 2 turnamen internasional yang sudah didaftarkan ke ITF tetapi kembali dibatalkan karena ketidak adaanya dana cukup yang bisa menopang kegiatan tersebut. Disatu sisi Pemerintah sedang menggalakkan Visit Indonesia year tetapi melupakan salah satu event olahraga internasional didepan mata sudah jelas datangkan atlet asing ke Indonesia dipandang sebelah mata saja.

Timbulah ide dimasa mendatang agar diadakan Fiesta Pacific dengan Trilathon yang cukup dikenal dengan 3 jenis olahraga yaitu lari kemudian berenang dan akhirnya balap sepeda. Idea brilian ini tentunya sangat menguntungkan masyarakat Sulut karena ini olahraga yang bisa diikuti oleh masyarakat Sulut.
Yang menjadi masalah adalah dana, tentunya tidak bisa diharapkan dari Pemderintah Daerah Sulut. Nah, kemana kita harus mencarinya.
Ada pemikiran mencari dana dari Luar Negeri. Tetapi keterbatasan August Ferry Raturandang dengan LSM diluar negeri tentunya meruapakan kedala. Kalau bisa tenis dengan pihak luar negeri bukanlah masalah, tetapi menarik dana dari LSM diluar negeri merupakan kesulitan sendiri. Nah, siapa yang bsia bantu !

Jumat, 22 Mei 2009

Internet adalah Kebutuhan Atlet


Jakarta, 22 Mei 2009. Kalau Turnamen adalah kebutuhan seorang atlet maka sekarang ada tambahan lagi dari kebutuhan kebutuhan seorang atlet tenis. Yaitu INTERNET adalah kebutuhan. Kenapa demikian ?
Di era sekarang ini segala urusan tenis melalui internet. Cari informasi turnamen seperti waktu, tempat, dan pendaftaran maupun penutupan pendaftaran semua bisa dilihat melalui internet dengan mengakses situs resmi turnamen ataupun institusi tenis di Indonesia maupun dunia. Begitu juga kewajiban mencari tahu apakah pendaftarannya sudah diterima atau belum dengan melihat daftar nama2 peserta yang didapat melalui internet. Begitu juga ingin tahu mengenai turnamen turnamen lainnya dan juga peringakatnya. Semua ini bisa dilakukan di rumah atau keluar sedikit ke Warnet. Cepat dan efisien .Menjamurnya situs situs yang membahas tenis juga sangat membantu seperti www.pelti.or.id, www.remajatenis.blogspot.com dll.


Apakah masalah komunikasi masih merupakan kendala di era reformasi ini ? Jawabannya adalah tidak juga, karena di Nusantara ini semua komunikasi bisa dilakukan baik melalui telpon maupun telpon seluler dan juga internet yang sudah bisa dijangkau hamper seluruh Indonesia.

Khususnya internet , pengalaman August Ferry Raturandang jalan jalan ke luar kota Jakarta sepertinya tidak alami kesulitan jika mengakses internet, karena seluruh kota sudah ada warnet. Adanya IM2 bersama laptopnya juga sangat membantu berhubungan dengan internet . Bisa juga menggunakan telpon seluler.

Atlet tenis Indonesiapun saat ini sudah sangat familiar dengan internet. Ada yang memilikinya dirumah masing masing tetapi ada juga yang berupaya melalui warnet. Hal yang sama bisa dilihat jika ada turnamen internasional, hampir semua atlet membawa laptop untuk berkomunikasi keluar. Bagi atlet tenis di era sekarang ini internet adalah kebutuhan selain turnamen. Jika ingin go international maka sudah harus memiliki email. Kenapa ?. Karena semua pendaftaran turnamen selalu menggunakan internet. Mulai dari harus memiliki IPIN ( International Players Identification Number ) yang pendaftaran langsung ke ITF dengan memiliki email. Memasuki ke kelompok umum pun pendaftaran ke ITF langsung memalui internet. Dengan mewabahnya Facebook , terlihat banyak juga atlet tenis sudah keranjingan FB ini.

Hal yang sama seharusnya juga dirasakan bagi pelaku pelaku tenis dilapangan. Orangtua petenis juga sudah menyadari atas kebutuhan informasi ini. Bisa melihat berita tenis bukan hanya dari Koran Koran lokas dan nasional tetapi bisa diikuti juga setiap hari di internet. Sudah banyak situs situs tenis yang berada di dunia maya ini.

Sekarang terpulang kembali kepada pelaku pelaku tenis, apakah mau mengikutinya atau kembali dengan cara lama yang makan waktu, beaya yang juga cukup besar.

Rabu, 20 Mei 2009

Daerahpun banyak masalah


Jakarta, 18 Mei 2009. Terima berita dari Surabaya melalui rekan Johannes Susanto Ketua Bidang Pertandingan PP Pelti masalah turnamen UFO ke 2 di Surabaya. Sudah disadarinya kalau saat ini tdak semua pengurus PELTI khususnya didaerah daerah mengenal tentang aturan aturan yang sudah baku sejak 1990 khususnya tentang Turnamen Diakui Pelti. Kenapa ? Karena saat ini banyak muka muka baru yang dikenalnya duduk dalam kepengurusan Pelti ditingkat provinsi maupun kotamadya/kabupaten. August Ferry Raturandang pertama kali melibatkan diri dalam kepengurusan Pelti di tingkat Pusat tahun 1988 banyak mengenal rekan rekan di Pelti daerah. Bahkan banyak pula yang baru mengenal olahraga tenis sebagai salah satu hobinya sehari hari. Sehingga muncullah birokrasi yang dilakukan seperti dalam pekerjaan sehari hari dari pengurus yang mayoritas adalah kerja di Pemerintahan Daerah setempat, ataupun instansi pemerintah lainnya.

Saat ini ada masalah yang muncul disaat panitia UFO Junior Open berkeinginan untuk bertemu dengan Pengurus Pelti Kota Surabaya justru mendapatkan sambutan kurang menyenangkan, sehingga langsung konsultasi ke Johannes Susanto maupun August Ferry Raturandang. Hal yang sama terjadi disaat pertama kali August Ferry Raturandang menrintis bersama sama Freddy Tedja, Pudji Haripin, Poedji Harianto sebagai orangtua petenis dan UFO Electronic sebagai sponsor kegiatan.
Kali ini dari Pengkot Pelti Surabaya dimintakan untuk presentasi kegiatan tersebut dengan anggota pengurus Pelti Surabaya. Harus dijelaskan maksud dan tujuannya dan lain lain. Ini yang membuat kebingungan bagi penyelenggara yang sudah berkeinginan dan komit akan selenggarakan 7 kali turnamen dalam tahun 2009.

Oleh August Ferry Raturandang, disampaikan agar dibuatkan surat pemberitahuan saja kepada mereka dan jikalau bertemu maka langsung serahkan surat tersebut dan ceritakan saja rencana kerjanya Panitia terhadap turnamen tersebut.

Yang jadi masalaha adalah timbul kesan seolah olah akan dipersulit dan sepertinya harus minta ijin kepada Pelti Surabaya. Ini yang harus diluruskan sehingga anggota pengurus Pelti didaerah harus mengerti dulu dengan ketentuan ketentuan yang sudah dibuat oleh Pelti sendiri. Tidaklah heran ketidak tahuan mereka atas kebijakan kebijakan PP Pelti selama ini dalam menangani turnamen turnamen nasional. Dan lebih penting lagi kebutuhan atlet terhadap turnamen suka diabaikan. Inilah masalahnya.
Saat PP Pelti sedang mempromosikan ke daerah daerah agar membuat Turnamen Nasional sebaiknya tidak dihambat oleh birokrasi yang diciptakan oleh Pelti setempat.

Sewaktu August Ferry Raturandang hendak selenggarakan Turnamen Persami Piala Ferry Raturandnag, mendapatkan SMS dari Sunoto Wakil Ketua Pengprov Pelti Jawa Tengah yang mengatakan terima pertanyaan berupa SMS dari Pengkot Pelti Solo tentang apa tugas yang Pelti dalam pelaksanaan Persami Piala Ferry Raturandang tersebut. setelah menerima berita rencana Persami Piala Ferry Raturandang. Begitu juga SMS datang langsung dari Ketua Pengkot Solo menanyakan apa tugas Pengkot Pelti Solo. Jawaban August Ferry Raturandnag hanya tolong didukung dan informasikan kepetenis Solo saja. Hal ini positip saja bagi August Ferry Raturandang setelah menerima SMS tersebut, mungkin ingin membantu juga tapi masih malu malu.

Dalam bulan ini beberapa kejadian didaerah yang justru menghambat kinerja Pelti Provinsi. Ada kejadian dimana sponsor ingin bertemu Ketua Pengprov Pelti tetapi harus ajukan permohonan dulu dan ditentukan waktunya. Tidak mau terima kalau hanya per tilpon. Begitu juga setelah pengurus dikantik dengan meriah, untuk adakan rapat saja sudah sulit sekali sehingga berbulan bulan kepengurusan tersebut belum lakukan rapat pleno, karena Ketuanya belum ada waktu. Inilah dia repotnya Ketua Pelti didaerah daerah. Jadi, tahu sendiri gimana nasib pertenisan didaerah tersebut.
Pekan Olahraga tenis nasional 2009 merupakan test case bagi tenis didaerah. Berapa banyak Pelti Provinsi yang akan berpartisipasi. So pasti hanya 50 % saja !

Minggu, 17 Mei 2009

Hujan lebat Makan Bebek Goreng di Solo

Solo, 17 Mei 2009. Turunnya hujan bukannya makin menurun tetapi makin jadi sampai magrib melanda kota Solo. Masih bertahan menunggu hujan turun dengan sedikit merumpi perjalanan rekan rekan Anna Supriyadi maupun dengan pelatih muda yang sempat merasakan pahit getirnya sebagai Referee tidak resmi dari suatu TDP Yunior diluar pulau Jawa maupun di Solo. Semua keluhan muncul disaat ketidak senangan atas kerjasama yang kurang transparan dimana kesannya bukannya win win solution.
August Ferry Raturandang sendiri sempat ikut tertawa melihat cerita cerita ketidak puasan mereka terhadap rekan dari Jakarta yang terkesan sangat arogan bukannya kerjasama secara murni bisnis.

"Jika Anda ingin kerjasama dengan saya, maka saya sebaiknya sampaikan kalau kita harus mempunyai visi yang sama. Saya tidak mau kalian berbeda visi dengan saya. Marilah kita membangun pertenisan dengan secara menguntungkan semua pihak. Tidak ada lagi kesan mau kerja bakti tetapi sama sama mencari untung." ujar August Ferry Raturandang. Maka setelah diberitahukan apa yang harus dilakukan maka ketiganya sepakat kerjasama dimasa mendatang baik selaku pelaksana Piala Ferry Raturandang maupun TDP Yunior lainnya.
" Saya sudah menduga kalau kalian kecewa dengan rekan dari Jakarta. Tapi saya juga sudah menerima keluhan yang sama dari Pekanbaru dimana dikatakan ibaratnya mereka ke kantor Polisi minta pertolongan tapi diberikannya macan."
Demikianlah penjelasan August Ferry Raturandang kepada mereka berdua, agar dimasa mendatang tidak ada lagi keluhan keluhan seperti selama ini dialaminya.

Setelah puas menyampaikan keinginan masing masing maka pergilah makan malam ke tempat resto bebek goreng H. Slamet di salah satu cabangnya jalan Bhayangkara No. 389Tipes. Tempatnya tanpa pendingin udara tetapi ternyata pengunjungnya cukup banyak. Ini yang kedua kalinya August Ferry Raturandang santap malam ditempat ini.

Lumayan juga pergi makan malam secara lesehan alias duduk dilantai dengan kaki dilipat. Waduh semalam juga kaki pegal alias tidak tenang duduknya. Untungnya semua itu bisa dilupakan karena lezatnya bebek goreng dibumbui sambel cukup pedas dengan lalapan ketimun, daun kemanginya.
Suasana ceria selama dua hari ini walaupun turnamen Piala Ferry Raturadang-65 tertunda sampai minggu depan. Semoga pertemanan ini bisa langgeng dimana tidak ada dusta diantara kita.

Peserta Piala FR Deo Gustirandra Ulang Tahun


Solo, 17 Mei 2009. Turunnya hujan di kota Solo tepat pukul 16.00 sehingga pelaksanaan Turnamen Piala Ferry Raturandang-65 diundurkan ke tanggal 24 Mei 2009. Demikian disampaikan oleh August Ferry Raturandang setelah beberapa pertanyaan datang dari peserta maupun orangtua yang datangnya dari Yogyakarta, Semarang, Pati, Purwodadi, Sragen , Karang Anyar, Sukoharjo maupun Solo.

Terlihat bukannya kecewa dengan diundurkannya minggu depan karena dikuatirkan ditunda ke esokan harinya maka akan mengganggu sekolah anak anak.
"Bagus Om, minggu depan saja." begitulah sambutan orangtua peserta Piala Ferry Raturandang-65 di lapangan GOR Manahan Solo.

Hari ini ada satu peserta dari Yogyakarta berulang tahun ke 12 yaitu Deo Gustirandra Putra sehingga mendapatkan hadiah berupa bebas pendaftarannya. Melihat betapa senangnya kesempatan bertanding dari turnamen ini dimana Deo (panggilanya) sempat main dua kali dan menang sehingga banyak acara HUT nya seharusnya di Yogya bisa dipindahkan ke Solo.

Hari ini tunggal putra KU 14 tahun unggulan pertama Roy Cahyo membatalkan keikutsertaannya sehingga posisinya digantikan oleh Pradwipa Mutianto asal Sragen yang masuk babak kedua setelah menang tapa bermain dari Yudiawan Adidrna (Wonogiri). Unggulan dua asal Semarang Bramastra Nandi W melenggang kebabak kedua setelah menang atas Nanda Putra (Solo) 43 41. Unggulan 3 asal semarang Anthony Susanto menang mudah dari Cakraden asal Solo 40 40. Unggulan 4 asal Wonogiri Arif Wisnumurti mengalahkan Valero Detra asal Yogya 40 40. Begitu juga Ismed Azarinudin menang dari R Hanintyo Aryono asal Solo 40 40.

Piala Ferry Raturandang diselenggarakn setiap bulan di Solo


Solo,17 Mei 2009. Udara panas cukup bersahabat pagi ini dilapangan GOR Manahan Solo yang penuh aktivitas olahraga berupa jalan pagi, senam bersama maupun latihan bola voli membuat suasana kota Solo yang tidak henti hentinya kegiatannya. Naik becak dari Hotel IBIS ke lapangan GOR Manahan cukup makan waktu 15 menit dimana terlihat dengan jelas kegiatan masyarakat dari segala golongan maupun umur berjalan selesai berolahraga di GOR Manahan.
Tidak perlu kuatir terhadap kecelakaan karena begitu santunnya dalam berlalu lintas membuat penumpang becakpun tidak perlu kuatir disenggol kendaraan mobil lainnya. Begitulah suasana kota Solo dihari Minggu. Ini pengalaman keempat bagi August Ferry Raturandang ke kota Solo dalam rangka kegiatan olahraga khususnya tenis. Yang pertama sebagai persiapan turnamen nasional yunior Bati Keris itahun 1990an, kemudian kedua kalinya saat memimpin pelaksanaan turnamen antar Dokter se Indonesia (ATMI Tournament) di Solo Baru. Kemudian ketiga kalinya selama 7 hari mengurus persiapan pelaksanaan Kejuaraan Dunia Davis Cup by BNP Paribas tahu 2009.

Saat ini suasana kota Solo berseri maupun Spirit of Java terlihat sekali selama mengunjungi Solo, sehingga membuat ada keinginan kembalke Solo. Keiginan ini ternyata mendapatkan sambutan cukup serius dari rekan rekan tenis di Solo. Oleh Elfa Pahlevi sudah menyetujui setiap bulan di Solo akan diadakan Persami Piala Ferry Raturandang.
Tak mau kalah juga rekan rekan dar Yogyakarta yang hadir di GOR Manahan, mulai dari Joko Wahyono, Indrawan S, Bambang S mengharapkan bukan hanya di Solo tetapi ada keinginan diselenggarakan di Yogyakarta.
"Bukan hanya Persami Piala FR tetapi TDP Yuniorpun akan saya janjikan di Yogyakarta, asalkan siapkan lapangan yang dibutuhkan." ujar August Ferry Raturandang memenuhi keinginan rekan rekan orangtua dari Yogya , dan begitu juga salah satu pelatih asal Solo lainnya yang masih muda kakak dari petenis Irfan Dwi N, sangat anthusias dengan terselenggarakannya turnamen di Solo maupun Yogyakarta. Katanya justru makin banyak turnamen makin baik untuk petenis sendiri. Hl ini diiyakan juga oleh pelatih asal Semarang Benny Siswanto yang ikut membawa anak asuhnya dari Semarang.

Disayangkan juga Piala Ferry Raturandang -65 ini banyak juga petenis yang no shor. Dari 73 petenis yang daftar ternyata yang datang hanya 60 petenis. "Hal ini sering terjadi dalam setiap pelaksanaan turnamen tenis.

Sabtu, 16 Mei 2009

Solo Diwaktu Malam Hari

Solo,16 Mei 2009. Memasuki kota Solo kali ini agak berbeda dengan disaat mempersiapkan kota Solo sebagai tuan rumah kejuaraan dunia beregu Davis Cup by BNP Paribas tanggal 8-10 Maret 2009. Dengan selana 3/4 berbaju kaos terbang dari Jakarta dengan Sriwijaya Air pukul 17.55 dalam waktu 50 menit mrndarat di bandara Adi Soemarmo yang baru diresmikan Maret 2009. Dari bandara bayar taksi bandara Rp. 50.000
langsung ke GOR Manahan bertemu dengan Anna PS dan Pramono .
Bawa bagasi cukup berat sehingga bisa kelebihan 27 kg harus dibayar. Ya, maklu bawa Piala Ferry Raturandang dalam doos beratnya mencapai 26,5 kg, belum lagi bola Nassau satu doos beratnya 7 kg, majalah Tennis 6 kg, spanduk 9 kg.
Ini peralatan untuk turnamen tenis Piala Ferry Raturandang-65 yang akan digelar tanggal 17 Mei 2009 di GOR Manahan.

Kemudian cari penginapan dengan taksi ke Wisma Dharma Wanita disaming GOR Manahan, sesuai anjuran Irsyad maupun Anna PS tetapi pintu masuknya tertutup, akhirnya keluar cari hotel Agas yang letaknya cukup dekat dengan GOR Manahan. Tapi sudah penuh karena digunakan acara olahraga Depdiknas yaitu O2SN. Ya, apa boleh buat keluar lagi untuk cari hotel lainnya. Teringat sewaktu ke Solo terakhir kalinya bulan Maret 2009 menginap di hotel Novotel dan Grand Orchid yng saling berdampingan. Ditengah tengahnya ada hotel IBIS yang belum pernah menginap disini. Hotel IBIS walaupun kamarnya kecil tapi cukup menyenangkan. Setelah check-in kemudian mandi untuk keluar cari alat charger baterai foto toestel.

Kalau jalan jalan ke Solo tidak bawa kendaraan sendiri lebih baik naik becak untuk jalan jalan. Setelah mendapatkan alat charge tersebut di salah satu Mal jalan Slamet Riyadi, langsung cari makanan khas Solo. Kalau ke Solo yang dicari KFC ataupun McD, rasanya belum ke Solo.
Dapatlah nasi liwet , tapi aduh mak duduknya harus lesehan . Karena belum biasa bisa semutan ini kaki. Tapi panggilan perut tidak bisa ditolak maka anggota tubuh lainnya harus mengalah.

Nasi liwet ditaruh di piring tanah (lawah) dengan dilapisi daun pisang cukup menarik hidangannya. Nasi Liwet komplit namanya, ada telur, ayam, sayur labu diris kecil kecil ditambah sambalnya (tapi kurang pedes, kalah sama rica rica Manado) membuat perut ini minta tambah. Benar juga 2 piringpun sanggup dilahapnya.

Setelah selesai menuaikan tugas memenuhi panggilan perut , kembalilah ke hotel mengisi blogger ini dan persiapkan peserta turnamen Piala Fery Raturandang-65 di Manahan Solo.

Kamis, 14 Mei 2009

Untung Saya Ke Karawang


Jakarta, 14 Mei 2009. Untung saya pergi ke Karawang sekalian menyaksikan turnamen tenis Karawang Junior Open. Karena apa, saat dilapangan tenis, pelatih Bunge Nahor sempat membuat kaget dengan pertanyaannya yang tidak diduga sama sekali. Kenapa saya katakan untung ke Karawang. Akibat dari jawaban saya ini dimuat di blogger ini, penyelenggara turnamen Pontianak langsung protes ke PP Pelti karena merasa sudah kirimkan pendaftaran TDP ke PP Pelti tetapi tidak masuk dalam kalender TDP. Protes itu wajar wajar saja, yang saya anggap tidak wajar justru memojokkan salah satu pengurus yang dianggapnya memiliki blogger pribadi merugikan posisinya yang sudah merasa sangat berjasa dalam membangun pertenisan Indonesia. Tahu sendiri siapa pengurus yang mempunyai blogger pribadi ini.

Saya sendiri sempat kaget adanya TDP di Pontianak, karena sudah lama tidak terselenggarakannya TDP di Pontianak. Jelasnya sangat surprise. Memberikan jawaban sebenarnya, sehingga membuat pelatih Bunge Nahor sempat sewot dan marah dan menelpon langsung kepelaksana turnamen Pontianak yang lebih cenderung memarahinya dianggap tidak becus atau bahkan merasa ditipu dengan menggunakan tameng salah satu anggota pengurus Pelti. Memang Bunge pernah menyampaikan kepada saya yang mengatakan KATANYA si A , si B dan seterusya. Kok kata AFR bertentangan. Saya hanya sampaikan kepada Bunge , makan saja katanya tersebut. Gampang sekali mencek kebenaran dari Katanya tersebut. Coba tanya apakah ada SK Ketua Umum PP Pelti tentang pengakuan TDP tersebut. Bahkan perkiraan Bunge maupun orangtua petenis yang ikut mendengarkan, yang membuat SK TDP bukan Ketua Umum PP Pelti tetapi ketua bidang. Akibatnya Bunge penasaran juga dan ingin mengetest terhadap perkataan saya itu dengan langsung tanya ke Panpel Karawang Junior Open tentang keberadaan SK PP Pelti untuk Turnamen Karawang Junior Open ini. Akhirnya Bunge jelas melihat sendiri surat SK Ketua Umum PP Pelti. "Bunge, kok tidak percaya saya ya. Loe itu belajar tenis dari Bapak saya (alm). Masak saya mau bohongin eks murid Bapak saya. Tidak ada kamusnya itu." Bungepun baru sadar selama ini banyak sandiwara dilakukan pelaku tenis.

Ya, mereka lupa karena secara administrasi tentunya saya mengetahuinya semua arus surat masuk dan keluar PP Pelti. Mereka pikir saya ini type penipu terhadap masyarakat tenis. Mereka lupa saya ini bukan anak kemarin sore berkecimpung dipertenisan nasional, tidak seperti yang ada sekarang, baru kemarin sore sudah banyak mengaburkan masyarakat tenis. Ini yang harus dicegah. Teringat pula tulisan saya diblogger in dengan judul Jangan Ada Dusta.
Akibat pernyataan ini sehingga ada keinginan sesaat Bunge mengambil alih turnamen tersebut dengan menggunakan nama BNTP Junior Champs.

Memang kadang kala ada saja pihak pihak yang sangat ambisius mengangkat nama pribadi dengan menyerang institusi resmi agar bisa terangkat namanya ke tingkat nasional. Ini wajar wajar saja, karena saya sudah mengerti ini merupakan salah satu strategi dalam PR (public relations) campaign istilahnya.

Sebagai manusia yang waras tentunya berpikiran seharusnya pelaksana turnamen Pontianak berterima kasih karena saya memberikan jawaban sebenarnya. Coba jikalau saya diam diam saja , tentunya turnamen yang dipromosikan dengan gencar sebagai TDP ternyata hasilnya tidak dapat PNP bagi pesertanya.Hal ini tidak perlu terjadi jikalau mau mengikuti aturan yang dibuat oleh Pelti sebagai induk organisasi pemilik TDP tersebut. Apa akibatnya jika masyarakat khususnya orangtua petenis merasa dibohongi dengan promosi mengatas namakan salah satu pengurus Pelti.
Langsung hari itu juga PP Pelti menerima formulir pendaftaran TDP Pontianak tersebut yang dikirim melalui email ke email PP Pelti, dan saya langsung memproses seperti turnamen lainya untuk dibuatkan SK Ketua Umum PP Pelti dengan menentukan nama petugas Refereenya.
Tentunya harus mengikuti aturan atau ketentuan TDP. Jika tidak mengikuti aturannya maka pencabutan terpaksa dilakukan seperti yang terjadi di TDP sebelumnya ada pencabutan tersebut akibat pembangkangan. Akibat pencabutan TDP, yang jadi kambing hitam selalu saya. Dianggap mengganggu kinerja mereka, padahal saya hanya mau mereka itu mengikuti peraturan yang sudah baku dibuat oleh induk organisasi tenis. That's all.

Melihat surat protes yang dikirim dengan email, saya sendiri sedikit geli juga, begitu juga komentar karyawan sekretariat Pelti. Karena dikatakan Pelti yang harus mencek apakah Formulir Pendaftaran TDP yang dikirimkannya ke PP Pelti sudah atau belum diterima. Saya menikmati sekolah di Indonesia sejak kecil dari Sekolah Rakyat (bukan SD) sampai Universitas tidak pernah diajarkan jika kita mengirimkan surat kepihak lain, maka sipenerima yang harus mencek apakah mengirim surat tersebut. Ini benar benar aneh bin ajaib. Tidak ajaib karena saya sudah tahu ada indikasi kecendrungan ingin menguasai atau mendikte induk organisasi di Indonesia.

Begitulah nasib jika duduk dalam kepengurusan olahraga ada saja tudingan negatip akibat iri maupun tidak tersalurnya keinginannya pribadi bisa menembus kedalamnya. Saya sendiri jika membaca berita yang dikeluarkan oleh situsnya sendiri dengan memojokkan nama pribadi atau jabatan, tidak ingin sama sekali mengajukan protes. Padahal beberapa rekan menganjurkan untuk menulis surat resmi kepadanya untuk protes. Hal ini tidak akan saya lakukan, maklum seperti orang bijak katakan
, " Biarkanlah anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu."
Lebih baik melayani pihak pihak yang berpikiran positip agar tenis didaerah bisa maju dan rekan rekan yang masih memiliki etika dalam menjalankan roda pertenisan Indonesia . Caranya memberikan motivasi kepada mereka bagaimana caranya membuat turnamen tenis. Tidak perlu harus memonopolinya. Cukup dengan mengajarkan dan memberikan contoh langsung kepada mereka dengan jelas dan trasparan sehingga ada keinginan mereka selenggarakan Turnamen tenis tanpa ketergantungan kepada seseorang. Inilah AFR sebenarnya.

Senin, 11 Mei 2009

Menjawab Komentar


Jakarta, 11 Mei 2009. Sebenarnya sudah tidak terlalu interest membaca komentar2 yang muncul di situs resmi Pelti, tetapi kemarin terima SMS dari salah satu pelatih tenis yang cukup menjanjikan di Solo, terpaksa membukanya. Ya, kalau memang tata cara pengisian komentar yang tak bermutu bagi pertenisan Indonesia sebaiknya di delete saja. Bukan hal yang sulit mendelete komentar komentar konyol terutama yang sudah menjurus keperorangan. " Om baca ngak komentar hari ini di situs Pelti." begitulah SMS yang diterima dari Solo. Akhirnya telponnya masuk juga. Disebutkan tentang hujatan kepada salah satu nama yang baru tahun kemarin berkecimpung dipertenisan.

Sedangkan adanya pertanyaan langsung kepada August Ferry Raturandang, tentang ketidak setujuannya terhadap pandangan August Ferry aturandang mengenai pemberian hadiah uang kepada pemenang turnamen tenis yunior, dengan memberikan contoh kalau sewaktu putra August Ferry Raturandang ikut bertanding (tahun 1980-an) hadiah uang (dalam bentuk TABANAS) diterimanya juga. Ini menunjukkan ketidak adilan August Ferry Raturandang saat ini.
Memang diakuinya kalau saat itu baru berkecimpung sebagai orangtua petenis, belum sebagai pengurus Pelti. Disaat duduk sebagai pengurus tentunya kesempatan membaca peraturan peraturan yang dikeluarkan oleh ITF (International Tennis Federation)lebih terbuka. Setelah konsentrasi penuh di pertandingan baru mulai terbuka pikirannya kalau selama ini kesalahan banyak dilakukan oleh pelaku pelaku tenis dilapangan. Sadar kalau salah, tetunya sudah waktunya diperbaiki terutama selama duduk di kepengurusan Pelti. Ini wajib hukumnya, bukan sebaliknya.
Sebaiknya semua insan tenis diberikan pengetahuan mengenai aturan oleh ITF di Junior Circuit Regulations 2009 di halaman 24, bunyinya sebagai berikut " No prize money in any form shall be paid at any junior tournament, , either to the players or to their National Associations. Wild cards into professional level events are not considered as Prize Money."
Begitu juga tentang GIFTS, the value of a gift to the winner of a tournament may not exeed the value of US$ 500.00.
Oleh August Ferry Raturandang diakui kalau tidak ahli bahasa Inggris walaupun bisa berkomunikasi dengan Luar Negeri, mengartikan kalau hadiah uang dalam bentuk apapun dikaitkan dengan turnamen yunior tidak diperkenankan. Ada yang mengatakan bisa diberikan kepada wakilnya, ataupun klub maupun Peltinya. Ini juga pendapat tidak benar menurut August Ferry Raturandang. Sebagai contoh sepengetahuannya disetiap Kejuaraan Beregupun aturan ini berlaku. Disetiap Wolrd Junior Tennis Competition (kejuaran dunia beregu kelompok umur 14 tahun), ataupun Junior Fed Cup dan Junior Davis Cup (kejuaraan dunia beregu KU 16 tahun) tidak ada satupun hadiah diberikan dalam bentuk UANG. Begitulah pandangannya yang tidak akan berubah jikalau ada ingin bertanya kepadanya. Harus konsisten kecuali ada perubahan dari ITF sebagai acuannya.

Ada yang menarik dari komentar tersebut yaitu pertanyaan mengenai " Win Or Loose I don't Care, I just Play TENNIS."Yang menjadi pertanyaan saat ini adalah , apakah kita menyadari kalau ada kecendrungan dari masyarakat sudah tidak tertarik dengan olahraga tenis. Apakah Anda tahu kalau ditahun 1990-1996, peserta Turnamen Piala Thamrin di Jakarta pernah mencapai 1.200 peserta. Nah, sekarang berapakah peserta disuatu Turnamen Nasional yunior ? Sekedar informasi peserta turnamen nasional yunior sekarang dibawah angka 500. Nah, ini data data jelas menunjukkan penurunan petenis yunior.
Ini bukan hanya di Indonesia saja, karena ITF sudah melihat secara dunia, sehingga muncullah konsep atau program yang sudah 2 tahun ini dipromosikan yaitu Play & Stay .....Tennis.
Begitu juga dalam keadaan setiap kali menyaksikan turnamen tenis yunior, sebagai pengalaman selenggarakan turnamen PERSAMI sejak tahun 1996 sampai 2009 ini. Banyak perilaku orangtua yang sebenarnya merupakan bumerang bagi putra dan putrinya. Kenapa demikian, karena perlakuan orangtua saat ini memaksakan kehendaknya agar putranya harus menang. Lupa kalau keinginan main tenis itu datangnya dari keinginan orangtua, bukan dari putra atau putrinya. Ini bedanya.
Sehingga dalam kepelatihan tenis sudah dimodifikasi cara melatih anak anak berbeda dibandingkan dulu kala sewaktu baru belajar tenis. Hal yang sama juga sudah berubah dengan melatih orang dewasa. Sebagai contoh dalam konsep Play & Stay ....Tennis. Dulu seaktu masih kecil diajarkan tenis mulai dari GRIP, cara memegang raket. Sekarang dalam konsep Play & Stay ... Tennis, beda sekali. Diserahkan sesuka hatinya memegang raket tersebut sesuai dengan kehendaknya.
Ada pemikiran jika orang dewasa ingin main tenis dilapangan tenis, bukannya ingin belajar teori tenis atau teori bermain tenis. Tapi ingin langsung bisa bermain tenis. Nah, ini konsep kepelatiahn tentunya harus disesuaikan keinginan tersebut. Jika pelatih masih menggunakan konsep lama, maka so pasti keinginan bermain tenis itu akan menurun. Karena tentunya merasa susah main tenis, terlalu banyak teori.

Apa kaitan dengan win or loose I don't care.? Kepada anak anak, pertama kali harus diciptakan aras SENANG main tenis, jangan diberikan dulu rasa kompetisi tersebut. Karena desakan external membuat kesal atau beban bagi anak anak. Nah jika sudah diciptakan rasa senang tentunya anak tersebut akan muncul rasa ingin menang dari dalam dirinya sendiri. Bukan datang dari pihak luar.
Ada cara yang cukup bijaksana bagi orangtua. Jikalau habis bertanding jangan dulu bertanya kepada anak anak " MENANG atau KALAH ". Apalagi kalau sudah kalah, beban dalam diri anak pasti sudah besar. Mulai dari badan letih, kemudian beban takut dimarahin orangtua yang sangat ambisius sekali. Karena yang penting anak itu bermain sebaik mungkin dulu. Jika sudah bermain sebaik mungkin, prosentasi kemenangan lebih besar. Jadi pertanyaan yang bijak adalah " Bagaimana dengan permainan tadi, senang atau tidak." Orangtua hanya menggiring pertanyaan tersebut sehingga nantinya anak sendiri akan mejawab kalah atau menang. Kita harus memuji permainan yang cantik yang telah dikeluarkan selama bertanding. Jangan dulu disinggung permainannya yag jelek atau salah, biarkan dia sendiri akan menceritakan kesalahan kesalahan sehingga problem solving dijawab sendiri.
August Ferry Raturandang sendiri tidak pernah mengaku sebagai pelatih tenis, walaupun pernah ikuti kepelatihan tenis dari Luar Negeri di Jakarta, tetapi pernah menjadi pelatih tenis sewaktu putra dan putrinya belajar tenis. Berdasarkan pengalaman diturnamen maupun ditambah pengetahuan dari ITF sehingga berani keluarkan statement "Win Or Loose I Don't Care, I Just Play Tennis @ Ferry Raturandang Cup."

Kenalan baru dari Bandar Lampung


Jakarta, 11 Mei 2009. Kehadiran didaerah saat turnamen nasional berlangsung sering kali sangat bermanfaat karena sering bertemu muka dengan masyarakat tenis yang selama ini belum pernah dikenal. Hal seperti ini sudah sering terjadi jikalau memanfaatkan kunjungan alias jalan jalan kedaerah daerah. Kali ini juga tidak luput terjadi pula di Karawang, saat hari Sabtu 9 Mei 2009 sedang berlangsung turnamen nasional Karawang Junior Open 2009.

Sedang asyik berdiri karena sudah lama duduk, tiba tiba datang seorang pria mendekat didepan August Ferry Raturandang. Dipikirnya akan memakai kursi yang tadi digunakannya. "Silahkan pakai kursi ini." ujar August Ferry Raturandang kepada salah satu penonton yang hadir. "Ini Pak Ferry ? " muncul pertanyaan yang tidak disangka sangka. Akhirnya perkenalanpun terjadi, ternyata pria tersebut adalah ayah dari salah satu petenis Bobby asal dari Bandar Lampung. Sempat disebutkan namanya tetapi sayang lupa diingat, maklum baru pertama kenal dan keduanya tidak membawa kartu nama sehingga tidak hapal nama tetapi sempat saling tukar menukar nomer opnsel masing masing.

"Mau tanya, bagaimana caranya biar di Lampung ada turnamen tenis." pertanyaan yang sangat menarik bagi August Ferry Raturandang. Ternyata pria tersebut mengenal nama August Ferry Raturandang karena putranya Bobby sudah beberapa kali ikuti turnamen Persami Piala Ferry Raturandang di Jakarta.
Langsung pembicaraan makin menarik karena August Ferry Raturandang tidak mau melepas peluang yang ada jika sudah muncul niat dari yang bertanya. "Gampang sekali, berapa kemampuan Anda mengumpulkan dana, saya siap selenggarakan turnamen nasional yunior." pertanyaan balik dari August Ferry Raturandang. Langsung diterangkan jika selama ini orangtua kirimkan putra putrinya ikuti turnamen nasional di Jawa selalu menghabiskan uang diatas jutaan rupiah. Hal ini diakuinya. Kumpulkan saja, beberapa orangtua yang peduli maka bisa diselenggarakan turnamen nasional dimana yang akan menikmatinya lebih banyak petenis dikota tersebut, belum lagi akan datang dari luar kota. Jikalau bisa dapatkan sponsor lebih baik lagi sehingga turnamen bisa lebih banyak lagi.
"Apa yang bisa saya lakukan." ujarnya. Kemudian diminta agar upayakan dapat lapangan tenis yang ada dengan gratis. kalau harus bayar maka usahakan sponsor untuk menutupi beaya beaya lainnya.
"Saya mau belajar sama Pak Ferry." ujarnya tambah serius. Oleh August Ferry Raturandang yang sangat mengharapkan setiap daerah ada orang yang peduli terhadap turnamen tenis. "Ini permintaan yang belum pernah saya dengar, dan saya sangat senang jika Anda masih mau. Kita lakukan kerjasama. Win win solution, karena saya buat turnamen untuk cari untung. Kalau sudah untung so pasti bisa selenggarakan lebih sering. Bukan setahun sekali. Jika untung kita bagi dua. OK !" ujar August Ferry Raturandang
Kehadiran pria tersebut bukannya mengantarkan putranya ikuti turnamen tenis tetapi kebetulan sedang jalan jalan ke Jakarta, mendengar di Karawang ada turnamen tenis, maka berangkatlah sekeluarga menengok pelaksanaan turnamen nasional di Karawang.

Langsung oleh August Ferry Raturandang katakan kalau selama ini sangat penasaran jika turnamen nasional tidak ada di Bandar Lampung dan Medan karena lima belas tahun silam pernah diselenggarakan Lampung Open di Bandar Lampung dan Medan Open di Medan. Ini berarti kedua kota tersebut mampu selenggarakan turnamen nasional karena memiliki sarana lapangan tenis yang memadai, tinggal menunggu NIAT saja.

Apakah Turnamen itu termasuk TDP ?

Karawang, 10 Mei 2009. Disela sela turnamen nasional yunior Karawang Junior Open di Karawang, muncullah pertanyaan dari pelatih maupun orangtua. Salah satu pelatih yang getol bertanya adalah Bunge Nahor.
“Apakah Turnamen di Pontianak itu TDP ? “ ujarnya . Karena selama ini belum melihat adanya permintaan dari Kalimantan Barat masalah pelaksanaan turnamen nasional yunior, sehingga August Ferry Raturandang justru bertanya waktu pelaksanaannya karena tidak tahu dan tidak melihat dalam Kalender TDP 2009. Ketidak tahuan August Ferry Raturandang membuat yang mendengar jadi bingung. Tentu ada alasan bagi August Ferry Raturandang, karena tidak melihat permintaan dari penyelenggara turnamen tersebut.
“Kok bisa begitu Pak, kami diberitahu penyelenggara kalau itu TDP.” ujar salah satu orangtua. Masalah TDP bisa saja benar , tetapi yang jelas tidak mendapatkan PNP kepada pemenangnya, karena ada persyaratannya ataupun tata caranya.
Selanjutnya dikatakan kalau semua turnamen yang masuk dalam Turnamen Diakui Pelti atau TDP tentunya harus mengisi formulir Pendaftaran TDP oleh penyelenggara setelah mendapatkan rekomendasi dari Pengprov Pelti setempat.

“Apa syarat menjadikan TDP. ? “ ujarnya. Disebutkan kalau setelah mengisi formulir tersebut dikirimkan ke PP Pelti dengan menyertakan uang pengakuan sebesar Rp 500 ribu untuk TDP kelompok yunior. Setiap pelaksana TDP harus menyediakan lapangan tenis, tenaga pelaksana, tenaga Referee yang ditunjuk oleh PP Pelti, tenaga wasit, tenaga medis. Tidak diperkenankan menyediakan hadiah dalam bentuk UANG, Menggunakan official ball Pelti. Setelah mengisi formulir tersebut, maka PP Pelti akan keluarkan SK Ketua Umum tentang pengakuan TDP tersebut. " Yang tanda tangan TDP itu Ketua Umum PP Pelti."
Ternyata persyaratannya cukup mudah sekali sehingga siapapun jika berkeinginan selenggarakan TDP Kelompok Yunior sudah bisa selenggarakan.
Selanjutnya dikatakan, jikalau sudah diterima sebagai TDP tetapi dalam pelaksanaannya tidak memenuhi persyaratan tersebut diatas maka bisa saja turnamen tersebut dicabut pengakuannya sehingga peserta tidak mendapatkan PNP.
Bunge sendiri sepeerti kebingungan karena merasa sebagai perintis di Pontianak dimana awalnya dilibatkan tetapi sekarang ditinggalkannya."Kamu harus bertanggung jawab juga, jangan sampai dibiarkan." ujar salah satu orangtua petenis yunior kepada Bunge Nahor. "Waduh, kalau begitu saya buat BNTP Junior saja di Pontianak." ujar Bunge dengan semangat. Kemudian ditanyakan berapa beaya beaya yang diperkirakan untuk suatu TDP Yunior, selanjutnya diterangkan semuanya sehingga jelas kepada Bunge Nahor maupun orangtua petenis tersebut. Karena penasaran, terlihat Bunge Nahor mendatangi panpel Karawang Junior Open 2009 menanyakan SK dari PP Pelti. Setelah diperlihatkan SK PP Pelti yang ditanda tangani oleh Ketua Umum PP Pelti, maka baru Bunge Nahor sadar atas kekeliruannya selama ini. Selama ini terombang ambing dengan rayuan yang mengatakan "katanya," sehingga terbuai atas kebenaran berita tersebut.
“Kalau begitu tidak susah adakan TDP.” " Ya, iyalah "

Minggu, 10 Mei 2009

Jalan jalan ke Karawang


Jakarta, 9 Mei 2009. Karawang, begitulah nama salah satu kota disebelah timur Jakarta dan Bekasi. Mendengar nama Karawang maka konotasi saat lalu adalah agak negatip, yaitu dikaitkan dengan goyang Karawang. Perubahan konotasi terjadi setelah melihat sendiri kondisinya. Kali ini ada ketertarikan jalan jalan ke Karawang. Ada 2 hal penting yang menarik untuk jalan jalan ke Karawang. Disamping ada kegiatan baru didunia tenis yaitu pelaksanaan Turnamen Nasional Karawang Junior Open ( 8-10 Mei) dan yang tidak kalah menariknya adalah Pepes Jambal. Sebagai orang yang doyan makan ikan, maka kesempatan ini tidak bisa dilepaskan begitu saja.
Dari Jakarta dengan santai berkendaraan bersama Sarah Hariette Raintung memasuki jalan tol kearah Cikampek. Keluar dari rumah turun hujan cukup lebat, tetapi begitu memasuki tol Bekasi justru udara cukup cerah. Dengan santai jalan di tol dan keluar pintu tol Karawang Barat, masuk kota Karawang yang jalannya kurang menyenangkan akibat gelombang gelombang dijalan karena banyaknya kendaraan berat yang sering melewati jalan tersebut. Setelah jalan terus dan akhirnya belok kekanan masuk kota Karawang dan berhenti sebentar kelapangan tenis yang letaknya dekat dengan Mal Karawang.
Hanya sekedar menengok kelapangan bertemu dengan petinggi Pelti setempat Widjojo dan juga pelaksana Turnamen Erni bersama Referee Eko Supriyatna, maka perjalanan dilanjutkan ke Desa Walahar yang jalannya kearah timur. Setelah melewati perempatan lampu lalu lintas kemudian terus kearah timur , cari jalan belok kanan kearah Pabrik Texmaco. Jalannya cukup besar karena didalamnya ada pabrik tekstil. Melewati fly over dibawahnya ada jalan tol ke Cikampek, maka perjalanan masih diteruskan dan menemui sungai cukup besar dimana sisi kanan terdapat pabrik TEXMACO dan pintu air dari sungai tersebut. Kemudian seratus meter dari pabrik tersebut ada jalan belok kekiri. Masuk kekiri dan tidak berapa jauh didapatkan 2 resto pepes jambal. Yang dipilih karena menurut orang orang lebih enak walaupun tempatnya kurang representatip sebagai restoran yaitu Resto yang kedua karena letaknya berdampingan.
Tempatnya kurang menyenangkan, karena lantainya dari semen dan tergeletak dimana mana buah kelapa muda yang sudah diminum isinya.
Pesanlah makanan, karena sudah siang kurang lebih pukul 13.00, sehingga didapatlah 4 bungkus pepes jambal dan 1 pepes ayam.
Begitu melihat pepes ikannya, langsung terpikirkan ini sama dengan ikan Patin salah satu ikan kesukaaan. Dengan sambel, maka habislah 4 bungkus pepes jamblang dan ayam tersebut. Makan dengan tangan karena tidak disediakan sendok dan garpu kecuali diminta. Tambah sambel memberikan kenikmatan tersendiri. Memang ludes semua hidangan termasuk lalapan yang tersedia. Ini lapar atau memang nikmat, alias maknyus.

Penasaran juga melihat ikannya seperti ikan Patin. Setelah ditanya, ternyata benar juga , jambal di Jawa Barat sama dengan ikan patin. Iseng melihat dapurnya, ternyata cara masaknya, direbus dulu ditungku api dengan kayu bakar, seperti lazimnya di desa, kemudian setelah direbus , dicampur dengan bumbunya yang terdiri dari sere, jahe dll. Setelah dibumbui maka dibakarlah diatas tempat pembakaran diatas tungku api kayu bakar. Tempatnya sekali bakar ukurannya kurang lebih 1,5 m x 2 m. Begitulah melihat cara memasaknya, ruang dapur penuh dengan asap kayu bakar, yang membuat nikmatnya makanan. Walaupun tempatnya kurang memadai dengan 10 meja @ 4-6 kursi, disamping itu pula banyaknya lalat berkeliaran karena kelapa muda cukup bertebaran dilantai belum sempat dibuang keluar, tetapi banyak peminatnya. Mungkin kurang tenaga pemabntu untuk mengangkat sisa sisa kelapa muda tersebut, sehingga diletakkan dilantai saja.
Hanya disayangkan air kelapa mudanya dicampur sirup agar manis. Kurang murni karena terasa tidak seperti air kelapa muda. Lain kali minta tanpa sirup atau gula.
Cukup kenyang menikmati pepes jambal ini, sehingga kembali ke Jakarta dengan perut kenyang membuat ada keinginan kembali lagi ke Karawang. Memang maknyus. Berarti Karawang sekarang bisa diartikan juga dengan goyang lidahnya sebagai oleh oleh wisata kuliner. Memang nikmat goyang Karawang euih !

Kamis, 07 Mei 2009

Cakap cakap dilapangan tenis


Jakarta, 7 Mei 2009. Mengikuti perkembangan media di Indonesia saat ini penh dengan berbagai cerita politik ditutp dengan berita terungkapnya pembunuh Nasrudin (juga pemain tenis) yang diduga melibatkan petinggi di Republim tercinta ini.
Pasca pemilu legislatip penuh dengan berita gerakan politisi menghadapi pemilu presiden tanggal 8 Juli mendatang. Siapa yang akan menantang SBY , siapa yang akan jadi cawapres dari PDIP, maupun GOLKAR.
Saat ini sudah dideklarasikan oleh GOLKAR muncul nama Capres dan Cawapres yaitu YK dan Wiranto. Sedangkan PDIP belum ada, baru muncul Capresnya Megawati.

Ternyata pembicaraan juga masuk dilapangan tenis. Tepatnya Rabu 6 Mei 2009 pagi , ikut latihan dilapangan tenis Gelora Bung Karno. Hadir rekan rekan Diko Moerdono,Christian Budiman dari PP Pelti bersama teman lainnya sepeti Bambang, Djoko, Rizal, Sasmita, Thomas Saroinsong (mantan atlet atletik).
Perdebatan layaknya politisi membicarakan siapa yang akan turun mendampingi SBY, ataupun Megawati. Ada yang kemukakan kalau pendamping SBY adalah Aburizal Bakrie atau Akbar Tanjung. tetapi August Ferry Raturandnag sampaikan sebaiknya dipilih bukan dari partai politik. Karena bisa membuat ketersinggungan partai lain yang ikut koalisi. Lagaknya seperti jago politik saja, padahal buta akan peta kekuatan politik. August Ferry Raturandang sendiri tidak terikat dengan partai politik. Tetapi ada yang menarik pendapat Diko Moerdono yang katakan kalau Megawati tidak akan turun mencalonkan diri. Lebih terlihat manis dan menyenangkan.
“Ayo tarohan, apakah Megawati akan maju sebagai Capres ?” Ajakan ini langsung ditanggapi August Ferry Raturandang. “ Ayo, gua pegang pasti Mega akan calonkan diri jadi Capres. Udah tanggung nih, hanya soal gengsi saja.”
Tantangan inipun diterima oleh Diko dan Christianpun ikut dengan August Ferry Raturadang memegang Megawati akan dicalonpkan oleh PDIP. “Nanti traktir makan sop kambing di Tanjung Karang.”
Setelah latihan tenis pagi ini, acara dilanjutkan di sop kambing jalan Tanjung Karang. Luamyan enak kalau habis capek main tenis. Maklum sudah lama tidak latihan tenis.

Sibuk lain, lupa milik sendiri


Jakarta, 7 Mei 2009. Keasyikan mendorong daerah daerah selenggarakan turnamen nasional maupun Persami sehingga bisa melupakan tugas sendiri didalam menjalankan turnamen Piala Ferry Raturandang. Sudah direncanakan di Palangka Raya ternyata belum bisa dijalankan karena waktu saat ini belum tepat diselenggarakan turnamen tenis akibat padatnya ulangan ataupun ujian mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menegah Pertama .Maklum sudah tidak punya anak kecil lagi yang masih sekolah, kecuali cucu sendiri yang masih kecil, 4 tahun.

Hal ini juga pernah terjadi beberapa tahun silam, yang baru menyadari setelah menerima SMS dari petenis sendiri menanyakan Persami Piala Ferry Raturandang di Jakarta. Langsung di SMS keseluruh peserta di Jakarta dan bisa berhasil.
Melihat kalender ada hari libur ditanggal 9 dan 10 Mei 2009, maka langsung kirimkan SMS ke rekan di Palangka Raya dan Banjarmasin. Tidak ada respons tetapi kemudian muncul dari Palangka Raya SMS yang menyatakan waktunya tidak tepat karena tanggal 11 Mei 2009 ada ujian anak anak Sekolah Dasar.
Akhirnya dicoba ke Solo, yang kelihatannya ada respons. Hubungi pemilik lapangan GOR Manahan yang sudah dikenal, dan lapanganpun bukan masalah.
Langsung dikirimkannya SMS kepada rekan rekan di Jawa Tengah , Yogyakarta maupun yang di Solo sendiri. Memang ada usulan juga agar tidak tanggal tersebut tetapi diundur ke 16-17 Mei 2009. Usulan datang dari rekan di Yogyakarta, karena tanggal 11 Mei ada ujian Sekolah Dasar.
Sampai dengan waktu penutupan pendaftaran ternyata hanya mencapai 33 peserta baik dari Purwodadi, Pati, Klaten, Solo, Semarang dan Yogyakarta.
Mengingat beaya lapangan cukup besar sehingga perlu dipikirkan juga secara bisnis agar tidak sampai merugikan diri sendiri dimana beaya ke Solo bukannya murah. Ternyata dengan jumlah yang minim ini dimana 33 peserta ikut di kelompok 10 tahun, 12 tahun, 14 tahun dan 16 tahun, hanya putra 12 tahun yang terbanyak yaitu 10 peserta. Berarti kelompok lainnya tidak layak dipertandingkan.
Keputusan harus segera diberikan, dan dengan sangat menyesal diundurkan pelaksanaan sesuai dengan usulan dari rekan di Yogyakarta. Mundurlah ke tanggal 16-17 Mei 2009.
Pemberitahuan langsung melalui SMS kepeserta yang sudah mendaftarkan diri tersebut.

Awalnya ada kebimbangan karena antara ke Solo atau ke Tarakan, karena sudah lama tidak berkunjung ke Tarakan. Jika waktunya bersamaan maka salah satu harus dikorbankan. Tidak mungkin kirim orang saja ke Solo karena baru pertama kali selenggarakan Piala Ferry Raturandang, sehingga dianggap perlu datang sendiri, karena jika berhasil maka otomatis akan selenggarakan Turnamen nasional yunior di Solo. Ini target selanjutnya.

Inilah jika mau lakukan kegiatan dengan kebimbangan maka akan hadapi hambatan alias diundur atau batal.
Kenapa memilih Solo, salah satu alasannya adalah kota Solo memiliki fasilitas lapangan tenis cukup memadai dalam satu lokasi sehingga memudahkan pelaksana turnamen. Disamping itu juga ada permintaan dari rekan tenis di Solo yang memiliki Sekolah Tenios di Gelora Manahan. Permintaannya bukan hanya Persami Piala Ferry Raturandang, tetapi juga turnamen nasional di Solo. Keinginan ini mucul setelah ada kekeceawaan yang didapat mereka terhadap perlakuan pelaksana TDP sebelumnya di kota tersebut. Kedua rekan ini pernah membantu untuk 2 event tersebut. Sebenarnya tidak tertarik karena terjun ke Solo bukan untuk membuat pihak lain sakit hati tetapi untuk memenuhi kebutuhan atlet tenis di Jawa Tengah yang cukup besar potensinya. Disamping itu muncul desakan datang dari yang pernah dikecewakan membuat terbuka hati memenuhi kehendak mereka. Sebenarnya tidak perlu saling menyalahi, kalau memang niat untuk memajukan tenis benar benar datang dari hati ayng bersih, bukan dengan melemparkan fitnah kepada pihak lain yang juga berkeinginan menjalankan amanat dari petenis yunior ini.
Kekecewaan bukan hanya datang dari Solo, tetapi juga dari tetangganya yaitu Yogyakarta yang sempat disampaikan secara terbuka saat berjumpa di Solosewaktu Davis Cup berlangsung.

Sayang sekali ! Memang kalau tidak mau pusing sebaiknya batal saja, tetapi ini bukan solusinya.

Buka Kaca Mobil Sebelum Berkendaraan

Jakarta, 7 Mei 2009. Terima milis dari rekan Indriatno di Jakarta yang cukup bermanfaat bagi setiap insan yang perlu diketahui. Memberikan informasi yang baik kepada masyarakat pecinta tenis tentunya sangat menyenangkan hati. Khususnya bagi pengendara mobil yang bepergian dengan membawa kendaraan mobil yang tentunya memiliki AC.

Jika Anda seorang yg mengendarai mobil silakan buka jendela setelah Anda
masuk mobil dan jangan terburu-buru menyalakan AC. Hal ini dilakukan agar
udara yg ada di dalam mobil bisa segera keluar dan tergantikan dengan udara
yg lebih segar. Ternyata udara yg ada di dalam mobil (saat diparkir)
mengandung Benzene/Bensol.

Darimanakah Benzene ini berasal?
Menurut penelitian yang dilakukan oleh UC, dashboard mobil, sofa, air
freshener akan memancarkan Benzene, hal ini bisa disebabkan oleh suhu
ruangan yg meninggi. (hati2 bila mencium bau plastik terbakar di dalam mobil
anda, segera cek asal bau tersebut). Kalau tidak salah saya pernah membaca
thread tentang bahaya action figure yg kebakar di dalam mobil.. Artikel ini
berhubungan dengan thread tersebut (maaf sampai sekarang saya belum bisa
menemukan thread tersebut).

Tingkat Benzene yang dapat diterima dalam ruangan adalah 50 mg per sq ft.
Sebuah mobil yg parkir di ruangan dengan jendela tertutup akan berisi
400-800 mg dari Benzene. Jika parkir di luar rumah di bawah sinar matahari
pada suhu di atas 60 derajat F, tingkat Benzene berjalan sampai 2000-4000
mg, 40 kali dengan tingkat yang dapat diterima .. Orang-orang di dalam mobil
pasti akan menyedot kelebihan jumlah toksin.

*Bahaya Benzene...*
Efek singkat menghirup high level benzene dapat mengakibatkan kematian,
sedangkan menghirup low level benzene dapat menyebabkan kantuk, pusing,
mempercepat denyut jantung, sakit kepala, tremors, kebingungan, dan
ketidaksadaran.

Long term efeknya bisa menyebabkan kerusakan pada sumsum tulang dan dapat
menyebabkan penurunan sel darah merah, yang mengarah ke anemia. Ia juga
dapat menyebabkan perdarahan yang berlebihan dan menurunkan sistem
kekebalan, meningkatkan kesempatan infeksi, menyebabkan leukemia dan lainnya
yang terkait dengan kanker darah dan pra-kanker dari darah.

Benzene adalah toksin yang menyerang hati, ginjal, paru-paru, jantung dan
otak dan dapat menyebabkan kerusakan kromosonal. Saat ini sedang diadakan
penelitian tentang pengaruh benzene terhadap tingkat kesuburan pria dan
wanita.

Benzene adalah racun yg berbahaya karena tubuh kita kesulitan untuk
mengeluarkan jenis racun ini.

Karena itu sangat disarankan agar Anda membuka jendela dan pintu untuk
memberikan waktu pada udara yg ada di dalam agar keluar sebelum Anda masuk.

Semoga bermanfaat.. ..

Selasa, 05 Mei 2009

Rapat Tim Perumus PNP


Jakarta,5 Mei 2009. Hari ini tidak diduga kalau ada pertemuan tim perumus PNP di kantor PP Pelti. Johannes Susanto (Ketua Bidang Pertandingan PP Pelti) dan Grace Susanto (Komite Peringkat) datang dan August Ferry Raturadang ikut dalam rapat tersebut yang diatur oler Johannes Susanto. Ikut dalam tim perumus setelah membaca konsep PNP yang disodorkan oleh PT. OTHO Indostock ternyata banyak hal yang harus direvisi. Mulai dari awal dimana posisi Wakil Sekjen diletakkan dibawah dari Komite Pertandingan. Setelah diterangkan kepada rekan rekan yang hadir maka dilakukan perubahannya.
"Ada pertanyaan dari Humas, apakah nanti PNP akan dikelola sama pihak luar atau PP Pelti." Langsung pertanyaan ini dijawab oleh penanggung jawab Grace Lumenta dari Komite Peringkat PP Pelti. " PP Pelti." ujarnya.
Selanjutnya dikatakan kalau program PNP yang baru merupakan usulan dari pihak luar dimana banyak hal yang harus diperbaiki. "Pelti ibaratnya beli program ini dari pihak luar." ujar Johannes Susanto.

Banyak poin yang diperbaiki mulai dari usulan adanya PNP KU 8 tahun, 10 tahun dan 12 tahun. ITF sendiri menganjurkan agar pertandingan KU 8 tahun dan 10 tahun menggunakan lapangan khusus , tidak seperti lapangan normal digunakan seperti ini, sehingga tidak perlu oleh Pelti selaku angota ITF membuat aturan tersendir. August Ferry Raturandang mengatakan kalau ITF telah lakukan penelitian sehingga bisa menyimpulkan seperti ini.

Johannes Susanto sendiri mengusulkan hanya sampai KU 12 tahun, 14 tahun, 16 tahun dan 18 tahun dibuat Peringkat Nasional Pelti (PNP). Disamping itu pula dibuatkannya kategori Turnamen (TDP) mulai dari Persami , Bintang/RemajaTenis, TDP lokal, Provinsi dan Nasional. Baik ditingkat yunior maupun kelompok umum. Penyederhanaan kategori berdasarkan hadiah uang (kelompok umum) juga mulai dilakukan. Selama ini kategori TDP Kel. Umum mulai dari prize money Rp 5 juta , 10 juta, 15 juta dstnya. Kali ini sedang dibuatkan konsep mulai dari prize money terendah Rp. 25 juta, Rp. 50 juta, Rp. 75 juta, Rp. 100 juta, Rp. 150 juta, Rp. 250 juta , Rp. 750 juta.
"Persami itu bukan TDP, jadi tidak perlu masuk dalam kategori TDP." ujar August Ferry Raturadang, dan Johannes Susanto tetap menghendaki agar ada PNP nya sehingga dibuat kategori di TDP. Sebenarnya tetap dibuat konversi PNP untuk Persami seperti selama ini, sehingga tidak perlu ada kategorinya di TDP.

August Ferry Raturandang menyangupi merevisi ketentuan TDP baik kelompok yunior dan Umum dalam waktu dekat akan dipresentasikan dalam tim kecil PP Pelti yang terdiri dari bidang pertandingan, pembinaan yunior, senior, pengembangan, humas.

Peringkat Nasional Pelti (PNP) yang beberapa tahun ini dihebohkan oleh orangtua petenis karena dituding tidak transparan, sebenarnya sudah terlalu lama belum direvisi oleh PP Pelti. PNP pertama kali diperkenalkan di tahun 1989, sampai saat ini belum ada perubahan, berbeda dengan Ketentuan TDP yang sudah dua kali alam perubahan, dimana terakhir kali tahun 2004, sehingga seharusnya dirubah atau diperbaiki.
Masalah yang dihebohkan itu hanyalah masalah kategori TDP yang awalnya diumukan disetiap TDP berlangsung tetapi belakangan ini tidak ada satupun TDP Kelompok Umum yang mengumumkannya. Lebih mudah TDP Kelompok umu dibanduingkan Kelompok Yunior. Karena Kategori TDP Kelompok Umum ada tabelmya.

Sabtu, 02 Mei 2009

Permintaan Wild Card di tolak ITF


Jakarta,1 Mei 2009. Akibat kurang memahami aturan ITF soal wild card dikaitkan dengan Age Eligibilty, maka Grace Sari Ysidora tidak diijinkan oleh ITF untuk mendapatkan wild card di Women's Circuit ($ 10,000) di Tarakan. Saya sendiri menerima permintaan wild card dari Grace Sari Ysidora sebagai persyaratan yang harus dilakukan atlet sendiri dengan menulis surat permintaan wild card ke PP Pelti.
Seharusnya setiap atlet maupun pelatih apalagi dibawah management atlet sendiri sudah mempunyai rekord sebelumnya . Ternyata Grace yang belum genap berusia 16 tahun hanya diperkenankan maksimum 3 kali dapat wild card di Women's Circuit. Sebelumnya di Balikpapan Grace sudah dapat 1 wild card babak utama, tapi lupa kalau tahun 2008 sudah 2 kali dapat wild card di Women's Circuit juga.

Ini satu pengalaman dimana jika sudah mulai Go International maka baik pelatih maupun atletnya sendiri sudah harus memahami peraturan peraturan yang berlaku di International Tennis Federation events.
Seperti tulisan saya sebelumnya, sudah saya angkat masalah usia dalam turnamen internasional. Ini sebagai patokan dan harus selalu diketahui dalam mnyusun program try out atlet di turnamen internasional.

Jumat, 01 Mei 2009

Renungan Akhir Pekan

Jakarta, 1 Mei 2009. Memasuki awal bulan Mei 2009 dan diakhir pekan ini perlu juga kiranya kita mengikuti renungan yang saya terima milis dari tetangga.

Hari Pertama
Hari kemarin, anda tidak bisa mengubah apapun yang telah terjadi dan anda tak bisa menarik perkataan yang telah terucapkan.. anda tak
mungkin lagi menghapus kesalahan dan mengulangi kegembiraan yang anda rasakan kemarin. Biarkan hari kemarin lewat " lepaskan saja...."

Hari kedua
Hari esok, sampai dengan mentari esok hari terbit hingga terbenan,
anda tak tahu apa yang akan terjadi. anda tak bisa melakukan apa-apa esok hari. anda tak mungkin sedih, ceria diesok hari karena esok hari belum tiba jadi " biarkan saja..."

Hari ketigaYang tersisa kini hanyalah hari ini. Pintu masa lalu telah tertutup;
pintu masa depan pun belum tiba. pusatkan saja diri anda untuk hari ini.

Anda dapat mengerjakan lebih banyak hal hari ini bila anda
memanfaatkan hari kemarin dan melepaskan ketakutan akan esok hari
Hiduplah hari ini, karena masa lalu dan masa depan hanyalah
permainan pikiran yang rumit, hiduplah apa adanya karena yang ada
hanyalah hari ini yang abadi.

Perlakukan setiap orang dengan kebaikan hati dan rasa hormat, meski
berlaku buruk pada anda. cintailah seseorang dengan sepenuh hati
hari ini, karena mungkin besok cerita sudah berganti. ingatlah bahwa anda menunjukkan penghargaan pada orang lain bukan karena siapa mereka, tetapi karena siapakah diri anda sendiri jadi saudaraku, jangan biarkan masa lalu mengekangmu atau masa depan membuatmu bingung lakukan yang terbaik HARI INI bersama TUHAN
YESUS ...........

Gbu..... .

Author unknown

Bolehkah Membatalkan diri dari Turnamen ?


Jakarta, 1 Mei 2009. Ada satu pertanyaan datang kepada saya tentang keinginan mundur di suatu turnamen internasional. Kebetulan saat ini selama 3 minggu ada kegiatan turnamen internasional putri di Balikpapan, Tarakan dan Tanjung Selor (Bulungan). "Bolehkah saya mengundurkan diri dari turnamen? " Ini pertanyaan cukup serious karena ada keinginan untuk mundur karena ada kepentingan lainnya.
Jawabannya saja tentu BOLEH.
Tetapi juga harus ingat akan statusnya diturnamen yang sudah didaftarkannya sendiri ke ITF (selaku pemilik turnamen) sesuai dengan ketentuan yang sudah diatur dalam Code of Conduct.

Ada yang disebut Late withdrawal / No Show. Karena sudah didaftarkan dan melewati batas waktu withdrawal maka akan kena hukuman sesuai dengan ketentuan Code of Conduct ini. Artinya bagi yang sudah terdaftar baik di babak utama maupun kualifikasi kemudian terlambat membatalkan diri maka akan kena penalti maksimum US $ 1,000.

Tetapi ada pengecualian dari kesalahan ini. Yaitu jika sedang bertanding diturnamen yang lain (ITF Women's Circuit atau WTA-Tour event)) dan terdaftar dalam daftar kualifikasi (Acceptance list) dan minta posisi Special Exempt tetapi tidak mendapatkannya, maka dibebaskan dari penalti. Begitu juga jika bertanding diturnamen lainnya (ITF WC) sedangkan namanya terdaftar dalam Acceptance List Kualifikasi dimana waktu sign-in kualifikasi, disilahkan untuk membatalkan diri segera sebelum batas waktu sign-in kualifikasi ditutup. Atau juga penerima wild card turnamen Grand
Slam