Sabtu, 28 Februari 2009

Awal jalan jalan ke solo

Jakarta, 28 Februari 2009. Akhirnya berangkat juga untuk jalan jalan ke Jawa Tengah. Keluar dari Senayan mengendarai Avanza bersama Hudani Fajri secara santai menuj jalan tol. Cukup padat hari ini tepatnya pukul 13.30 kendaraan berjalan merayap dijalur lambat jalan Sudirman. Memasuki jalan tol cukup lancar sampai ketepat peristrahatan di KM 59 sekalian isi bensin. Karena sudah waktu makan siang akhirnya makan direstoran Padang yang tersedia di tempat peristrahatan KM 59.

Setelah itu tepatnya pukul 15.00 langsung tancap gas kejalan tol kearah pintu Cikamek. Awalnya mau lewat selatan sekalian singgah ke Tasikmalaya untuk melihat lapangan tenis disana tetapi melihat turunnya hujan sepanjang jalan maka rute yang sebelumnya dianjurkan oleh rekan Johannes Susanto, diubah melalui jalur pantura.

Perjalanan cukup lancar, karena belum bersamaan waktu dengan keluarnya bus bus dari Jakarta yang sering adu kecepatan. Kali ini hanya truk truk saja yang jalannya tidak terlalu cepat dibandingkan dengan bus antar kota yang sering melaju ugal ugalan.
Permukaan jalan cukup licin sehingga denga mudah melaju sampai kecepatan 120 km perjamnya. Ada keinginan melihat lapangan tenis di Indramayu yang teretak di hotel Patra Jasa tidak bisa terealiser karena tidak menemukan letak hote tersebut dalam perjalanan kearah Cirebon.

Sebelum masuk ke Cirebon, kendaraan masuk ke tol dan tidak masuk Cirebon. Begitu keluar tol belok kanan kearah Jawa Tengah waktu sudah menunjukkan pukul 17.30.
Perjalanan selanjutnya agak lambat karena jalan aspalnya tidak rata dan berlubang lubang. Memasuki Tanjung Brebes sampai Brebes sendiri rasanya cukup lama. Kontak rekan di Tegal, Purnomo , ayah dari petenis Prima Simpatiaji.
Memasuki kota Tegal pukul 19.15 jalan kurang bagus, jalan banyak lubang lubang sehingga tidak nyaman.
Berhenti sebentar didepan Pacific Mall menungu Purnomo yang sedang menuju ke Pacific Mal. Karena sudah waktunya jam makan, maka acara kuliner mulai berlaku. Ternyata makannya di resto SARI MENDO dijalan Tengku Umar. Waduh ini dia , aromanya dengan asap dari bakar sate kambing muda. Sangat melezatkan sekali. Menunya khusus kambing muda. Tinggal pilih mau apa, sate kambing, gulai kambing, sop kambing dll. Tempatnya cukup sederhana tapi ruangan tanpa pendingin penuh asap dan banyak juga yang makan malam. Dipesannya sop gulai sumsum kambing dan sate kambing.
Karena sudah lapar, maka rasanya tidak bisa dibayangkan sedapnya. Ludes sudah beberapa puluh sate dan gulai sumsum. Rekan Hudani yang awalnya sudah ngantukpun jadi segar. " Segar Om, mata jadi melek." ujarnya yang langsung ambil alih setir mobil keluar kota Tegal.

Rupanya akibat makan kambing semangat baru mulai mengalir dalam darah Hudani. Mobilpun ditancapnya dengan semangat membuat naiknya adrenalin dalam tubuh. Keluar tegal menuju ke Pemalang, jalan kurang mulus sampai ke Pekalogan, baru jalan lebih baik. Perjalananpun tidak ada halangan karena hanya 1-2 bus saja yang melintas. Keluar Pekalonga terus sampai Wleri, Batang dan seterusnya. Memasuki kota Semarang, belok kanan menuju jalan alternatip ke Solo/Ungaran. Salah masu, seharusnya cari jalan tol ke Ungaran. Awalnya jalan cukup lebar , lama lama menyempit dan mulai ragu ragu, tapi akhirnya ketemu Ungaran.
Memasuki kota Solo tepat pukul 12.30 dan baru bisa tidur pukul 14.00

Jumat, 27 Februari 2009

Beginilah Kehiduapn Manusia Ciptaan Tuhan

Jakarta, 27 Februari 2009. Kehidupan sesorang setiap saat bisa berubah ubah, bisa diatas dan bisa juga dibawah. Menyadari hal itu setiap insan manusia sudah seharusnya menyadari dalam kehidupan sehari hari. Memaklumi betapa panasnya kehidupan manusia ini, sehingga banyak hal muncul diluar kesadarannya, entah apakah karena memang sudah garis nasibnya demikian , hanya Tuhan yang mengetahuinya. Ini sekedar menyadari kepada rekan rekan yang so pasti lebih muda dari saya dalam usianya, yang selama ini hanya berani beri komentar komentar yang sangat kurang ajar dimata saya telah dilontarkan dalan situs resmi Pelti yang sebentar lagi akan dirubah penampilannya (sudah 5 tahun )sehingga menutup kemungkinan masuknya komentar-2 konyol tersebut. Perlu juga diketahui dalam kehidupan ini beberapa hal sebagai panutan yang saya terima dari milis tetangga yang perlu diketahui semua pihak ini.

Jangan tertarik kepada seseorang karena parasnya, sebab keelokan paras dapat menyesatkan. Ketika satu pintu kebahagiaan tertutup, pintu yang lain dibukakan. Tetapi acapkali kita terpaku terlalu lama pada pintu yang tertutup sehingga tidak melihat pintu lain yang dibukakan bagi kita.
Pandanglah segala sesuatu dari kacamata orang lain. Apabila hal itu menyakitkan hatimu, sangat mungkin hal itu menyakitkan hati orang itu pula.
Janganlah terpesona oleh kelembutan suaranya,tapi kelembutan hatinya, sebab suara hati tak 'kan pernah men-dusta-i dan memper-daya- i-mu.

Jika pintu lain tetap tertutup, masih ada jendela yang terbuka untukmu, bahkan ketika jendela tak lagi terbuka untukmu, masih ada celah diatas atap yang
sedikit memberi sinar akan sebuah asa.

Janganlah pernah memandang hina orang lain,sebab yang kau pandang hina itu adalah mahluk ciptaan TUHAN.
Apa yang kau perbuat kepada orang yang bahkan lebih hina darimu, itulah yang telah kau perbuat pada TUHAN.

Kamis, 26 Februari 2009

Mengenal Pukulan Topspin

Jakarta, 26 Februari 2009. Mengenal tenis tentunya harus juga mengenal jenis pukulannya. Salah satunya saya mau ceritakan sedikit adalah SPIN (bola berputar)berdasarkan tulisan diambil dari Manual Coach (ITF) . Yang perlu diketahui adalah kenapa bola spin digunakannya. Yang pasti adalah membantu mengontrol bola agar dapat diperkecil kemungkinan-2 membuat kesalahan.Hal ini diperlukan sebagai salah satu taktik dan strategi tenis modern. Disamping itu pula jenis permukaan lapangan sapat membuat spin ini lebih efektip.
Perlu diketahui pula efek dari spin ini. Spin bisa merubah perputaran bola diudara. dan juga trayektori dari lajunya bola dan merubah pantulan bola.
Dasar dari Spin itu ada dua yaitu TOPSPIN dan UNDERSPIN atau dikenal dengan pukulan slice. Untuk topspin,raket berawal dari bawah dan berakhir diatas titik kontak, sehingga dibutuhkan ayunan raket dari bawah keatas. Sedangkan Underspin/slice raket berawal dari atas kemudian berakhir dibawah titik kontak.

Keunggulan dari topspin yaitu kontrol, membantu menurunkan bola dimana pemain dapat memukul bola lebih tinggi diatas net dengan lebih sedikit resiko bola keluar dari garis lapangan. Ini mengurangi kemungkinan pemain membuat kesalahan. Kemudian Tempo, penting untuk pemain yang memiliki pukulan keras karena bola akan melesat dengan kecepatan tinggi lebi besar kemungkinannya untuk keluar dari areal bermain lapangan. Topspin ini membantu agar bola tetapi didalam areal bermain lapangan dengan memaksa bola turun. Pantulan tinggi, membuat bola menukik kebawah mengenai permukaan lapangan dari sudut yang lebih terjal dan akan menghasilkan pantulan yang lebih tinggi. Begitu juga keunggulan Pantulan cepat, bola topspin bisa melesat lebih cepat dibandingkan pukulan flat atau underspin/slice . Begitu juga Timing pukulan topspin bagi pemain yang sedang maju kearah net atau sedang bermain net sangat sulit untuk mendapatkan timing yang tepat karena bola akan turun dengan cepat. Keuntungan lainnya, Kedalaman, lebih mudah memaksa lawan agar tetap bermain di bagian belakang lapangan dengan pukulan topspin karena pukulan ini membuat bola memantul tinggi dan sering membawa bola kearah belakang lapangan.

Kegiatan tidak putus-putusnya

Jakarta, 26 Februari 2009. Kegiatan tidak putus putusnya selama menangani tenis Indonesia. Hari ini selain sibuk menerima email yang datang dari luar negeri terutama untuk kegiatan seperti ITF Junior grade 2 Champs ( 2 - 8 Maret ) di Kemayoran, diikuti pula dengan Jubilee School 14 & U Asian Champs ( 17-31 Maret ) di Kemayoran dan juga persiapan tuan rumah Davis Cup by BNP Paribas zone Asia Oceania Group 2 antara Indonesia dan Kuwait yang direncanakan tanggal 6-8 Maret 2009 di GOR Manahan Solo.

Persiapan terhadap pelaksanaan Jubilee School 14 U Asian Champs 2009, dengan ikut pertemuan dengan pihak Jubilee School, Mustari dengan Agtha di hotel Menara Peninsula. Memang direncanakan peserta Jubilee School 14 U Asian Champs ini akan dilatih main angklung seperti tahun lalu sehingga disaat Gathering Party mereka bisa menunjukkan kebolehannya. Apalagi direncanakan agar setiap peserta akan terima satu peralatan angklung sebagai sovenir. Asyiik juga ya !
Begitulah salah satu cara promosi kesenian Indonesia kepada orang asing bisa dilakukan dalam event turnamen tenis internasional.

Hari ini berkunjung ke Golds Gym Elite Rasuna bertemu dengan general manajernya yang baru Ruben Stuivenberg bersama Albert Polohindang. Selain berkenalan juga menyampaikan keinginan bekerjasama seperti yang dikehendakinya selama ini ingin bertemu saya. Lebih bauik jemput bola daripada menunggu kedatangannya yang juga super sibuk. Ruben ternyata masih muda usianya berasal Belanda, dan agar lebih dekat sekali kali berkomunikasi dengan bahasa Belanda sedangkan Ruben sendiri masih belum fasih bahas Indonesia kecuali Inggris.

Sudah lebih dari 3 tahun tidak masuk ke klub Rasuna (nama lamanya) sehingga melihat banyak perubahan perubahan telah dilakukannya. Maklum sekarang managemennya dipegang dari Amerika Serikat sehigga banyak inovasi yang telah dilakukan.

Dalam agenda minggu ini setelah kembali dari Padang sudah ada rencana jalan jalan safari ke Jawa Tengah dengan kendaraan pada hari Sabtu 28 Februari 2009. Suatu hobi baru bisa dilakukan selain untuk refreshing tentunya melihat peta tenis diluar Jakarta yang belum kelihatan. Siapa tahu bisa berbuat sesuatu untuk tenis didaerah tersebut. "Who knows"

Beda persepsi

Jakarta, 25 Februari 2009. Sebelum pelaksanaan Seleknas KU 16 tahun di Padang sempat terjadi diskusi panjang dengan Christian Budiman. Perbedaan pendapat sering terjadi karena setiap rekan rekan cara pandang terhadap peraturan turnamen akan berbeda beda. Cukup serius hal ini dibicarakan sehingga sebagai antisipasi di Padang tentunya Christian akan sebagai penanggung jawabnya.

Berbagai masalah sempat dibicarakan mulai dari cara menghadapi orangtua yang lebih mementingka putra atau putrinya sendiri sedangkan kami semua tentunya berpikir akan kepentingan seluruh pesertanya.
Begitu juga dengan masalah kekuatiran tentang akomodasi selama di Padang. Hal ini saya tidak banyak komentar karena belum pernah melihat kompleks Semen Padang. Ternyata kompleks ini cukup memadai, ada 6 lapangan tenis dan juga fasilita s akomodasi pun tersedia. Hanya saja orangtua yang sudah biasa hidup mewah lebih memilih hotel diluar kompleks.

Sedangkan mengenai peraturan pertandingan antara saya bersama Hudani Fajri yang ikut juga dalam pembicaraan dengan Christian Budiman tidak sama. " Kalau begini lebih baik kita tutup pembicaraan karena saya melihat sebagai orang pertandingan sedangkan you sendiri melihat bukan sebagai orang pertandingan. Jadi tidak akan ketemu." begitulah saya menutup diskusi karena melihat semua sudah tegang sendiri.

Ya, begitulah untuk menyemai persepsi tidaklah gampang. Makin banyak pihak-pihak dilibatkan maka akan muncul berbagai pendapat. Untung tidak secara emosi dalam menanggapinya. "That's a life. "

Makan sop kambing

Jakarta, 25 Februari 2009. Waktunya istrahat makan sebagaimana manusia utuh tentunya butuh bahan untuk keperluan metabolisme tubuh. Hari ini pula pukul 12.00 bersama dengan Slamet Utomo yang punya favorit tempat makan sop kambing dan juga Johannes Susanto pergi ke jalan Talangbetutu Menteng, cari sop kambing.

Tempatnya cukup dipinggir jalan dan sangat digemari oleh masyarakat , buktinya sewktu tiba ditempat masih tunggu tempat duduk yang kosong. Untung tidak lama tunggunya.
Langsung pesan kaki daging dan otak. Teringat pula 15 tahun silam hobi makan sop kaki kambing justru berakibat darah tinggi naik. Tidak lupa waktu itu selama pelaksanaan turnamen internasional Women Circuit di Kemayoran, pulang kerumah tapi singgah makan sop kambing setiap malamnya. Nah, akibatnya akhir turnamen kepala puyeng juga, ternyata darah tinggi datang.

Kali ini karena tidak tiap hari, maka diberanikan diri saya makan lagi. Rasanya ckup lezat apalagi dalam keadaan perut kosong, semuanya disantap dengan tenang. Sambil ngobrol ngobrol mengenai seleksi nasional di Padang yang dibawah tanggung jawab Christian Budiman.

"Bagaimana dengan hasil di Padang." begitulah pertanyaan kepada saya karena beberapa hari lalu berada di Padang. Selanjutnya saypun bercerita mengenai pelaksanaannya yang cukup lancar. Sempat ngobrol dengan para orangtua yang hadir mendampingi putra dan putrinya.

Selasa, 24 Februari 2009

Promosi Liga Tenis Mahasiswa di Padang

Padang, 24 Februari 2009. Bangun pagi sangat menyenangkan, bisa bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa melihat kebesaranNya masih memberikan waktu bertambah sehari dalam kehidupan saya. Ini yang paling penting dalam kehidupan umat beragama. Apalagi begitu keluar pintu kamar, bisa melihat sejuknya kehijauan alam disekitarnya membuat pikiran menjadi terang , hilang dari dugaan dugaan picik seperti segelintir manusia pelaku tenis yang hidupnya penuh dengan kecurigaan memenuhi dan meramaikan bagaikan pasar malam komentar komentar di situs pelti selama ini. Apa gerangan tempat ini, ternyata ada golf green yang sepi , apalagi semalam turunnya hujan membuat udara sangat bersih seperti didalam pikiran jika melintasinya.
Ternyata disekitar golf green ini ada jejak jejak binatang hutan yaitu babi hutan yang juga masih banyak berkeliaran ditempat ini.

Tepat pukul 12.00 memasuki Universitas Negeri Padang yang terletak di jalan Prof.Dr. Hamka, Air Tawar Padang. Memasuki halaman Universitas Negeri Padang terlihat ada 4 lapangan tenis dalam satu lokasi disamping kolam renang yang sedang dalam proses pembangunan dan 2 lapangan tenis lainnya. Ada apa ke Universitas Negeri Padang, dan mau ketemu siapa gerangan.

Naik kekantor Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan bertemu teman lama Drs. Syahrial Bakhtiar, M.Pd, yang akhir akhir ini sering bertemu dalam rapat KONI Pusat. Selain jabatan Dekan juga sebagai Ketua Umum KONI Provinsi Sumatra Barat yang baru dijabatnya. " Terima kasih memberikan waktu bertemu. Selamat ya Ketua Umum KONI Provinsi Sumbar." ujar saya menyapanya.
Ternyata Alfred Henry Raturandang belum sadar mau ketemu siapa siang ini. Begitu membaca papan nama diatas pintu masuk, Alfredpun bertanya tanya karena nama itu sudah dikenalnya. Drs. Syahrial Bakhtiar M.Pd juga salah satu pelatih di Padang. Pertemuan terakhir di Malaysia saat ikuti Asian Coaches Workshop beberapa tahun silam.

Terlihat badan sudah gemuk karena diakuinya lama tidak main tenis akibat minimnya waktu yang luang padanya apalagi ada 3 bulan di Ohio University USA udara dingin kurang olahraga.
Kemudian diperkenalkan juga dengan Pembatu Dekan 1, PD 2, dan PD 3 dari Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang ( ex IKIP).

"Kami sekarang sedang mencoba merintis Liga Tenis Mahasiswa di tahun 2009 ini." ujar saya kepadanya. Langsung disambutnya pula program ini dengan anjuran agar lebih melibatkan Badan Pembinaan Olahraga Mahasiswa (BAPOMI) sehingga bisa masuk dalam kalender kegiatan BAPOMI, ini lebih memudahkan kegiatan dikalangan kampus. "Ini masukan yang baik." ujar saya menyambut masukan masukan yang diberikannya.

Pembicaraan mulai menghangat ketika berbicara pertenisan di Sumatra Barat. Saat beliau ini aktip membawa tim tenis (karena pernah duduk dalam kepengurusan Pengda Pelti Sumatra Barat) ke Jakarta mulai ikuti Piala Thamrin sehingga perkenalan dimulai dengan saya di Jakarta. Keprihatiannnya terhadap tenis di Sumatra Barat cukup menarik perhatian saya bersama teman teman yang hadir saat itu yaitu Alfred Henry Raturandang, Amin Pudjanto(Humas Pelti) maupun Damrah selaku administrator PP Pelti. Kemudian ada permintaan juga agar di Padang dilaksanakan penataran wasit tenis kepada mahasiswa FIK UNP. Permintaan ini akan direspons baik dengan segera setelah saya kembali ke Jakarta.
Kepeduliannya terhadap tenis cukup besar, sangat disayangkan jika tidak dimanfaatkan oleh Pengprov Pelti Sumatra Barat. Kedudukan sebagai Ketua Umum KONI Provinsi Sumbar juga bisa membantu poertenisan di Sumatara. Ya, semoga rekan rekan di Indarung menyadarinya kepentingan tenis di Sumatra Barat.

Setelah itu acara makan siang dilakukan disalah satu restoran di Padang. "Kalau resto Padang di Jakarta itu enak, tetapi lebih enak lagi resto di Padangnya." begitulah promosi Damrah kepada rekan rekan di Jakarta.
Memang makanan di Padang berbeda dengan di Jakarta. Dihidangkannya pula gulai kepala ikan gurame dengan beberapa ikan lainnya. Tapi saya lebih konsentrasi di gulai kepala ikan gurame. Maknyus .
"Kalau ikan di Jakarta itu mati 3 kali, tapi didaerah hanya sekali saja." ujar saya membuat yang lainnya tertawa. memang kalau dipikir rata rata makan ikan laut diluar Jakarta sangat berbeda. Karena sudah berpindah pindah masuk cold storage baru sampai ke meja makan. Beda dengan didaerah daerah, dari laut bisa sampai ke meja makan tanpa melalui jalur jalur lainnya. Itulah kenikmatan didapat jika berjalan jalan sambil wisata kuliner bisa dilakukan didaerah daerah. Memang maknyus !

Setelah itu langsung kendaraan diarahkan ke bandara Minangkabau mengejar pesawat Mandala yang dijadwalkan berangkat ke Jakarta pukul 16.30. Akhirnya tiba pula di Jakarta dan langsung membuka situs Pelti untuk men-DELETE komentar komentar yang sudah menjurus ke pribadi. Kerjaan rutin sebelum tidur merupakan menu setiap hari sebelum acara selanjutnya. Asyiik !

Senin, 23 Februari 2009

Pembina Atau Pembinasaan

Padang, 23 Februari 2009. Pembina atau pembinasaan. Demikian cerita yang muncul sebelum diadakan seleksi nasional di Padang. Cerita ini muncul setelah induk organisasi Pelti berniat selenggarakan seleksi nasional keompok umur 14 tahun di Temanggung (Jawa Tengah) dan kelompok umur 16 tahun di Padang Sumatra Barat. Keberatan orangtua karena pelaksanaan seleksi nasional diluar Jakarta terutama di Padang Sumatra Barat.
Munculnya ucapan ini akibat ketidak puasan orangtua karena menambah beban beaya keluar pulau, tanpa peduli terhadap keinginan induk organisasi agar pemerataan potensi tenis itu bisa disebar luaskan kedaerah daerah. Istilahnya promsi tenis di daerah lebih penting bagi induk organisasi tenis. Tetapi tidak bagi orangtua pemain.
Kenapa harus dikatakan pembinasaan ? Tentunya akibat dari beaya akan membengkak jika dibandingkan dengan diselenggarakan di Jakarta. Sebenarnya selama ini ada beberapa petenis berasal juga dari luar Jakarta. Dan seleknas ini sudah beberapa tahun diselenggarakan di Jakarta yang diikuti oleh petenis petenis dari luar Jakarta dan luar pulau Jawa.
Ketika hal ini disampaikan kepada saya, langsung saya sampaikan kalau itu hanyalah ungkapan emosional sesaat saja. Jadi tidak perlu diperdebatkan karena setahu saya mereka itu anak manis. Ha ha ha.
Melupakan tujuan induk organisasi selenggarakan seleknas yaitu mencari petenis terbaik yang akan dikirim ke luar negeri ikuti World Junior Tennis (KU 14 th), Junior Fed Cup (KU 16 th putri) dan Junior Davis Cup (KU 16 th putra), sehingga ada saja petenis dengan peringkat tertinggi tidak ikut, akibatnya tidak terpilih dalam tim nasional. Jadi secara tidak langsung keinginan kirim pemain terbai sebagai anggota tim nasional tidak terpenuhinya. “Itulah resikonya.”

Minum es durian di Padang

Indarung, 23 Februari 2009. Untung pertandingan seleknas dilapangan tenis Semen Padang sudah selesai, karena hujan turun cukup deras. Padahal Alfred Henry Raturandang sedang melatih 4 petenis yunior peserta Sentra Pembinaan Prestasi Daerah Sumbar pindah ke lapangan indoor.
Karena sudah malam, sayapun pergi ke kota Padang yang jaraknya kurang lebih 40 km dari Indarung. Untuk apa , tentunya untuk makan malam. Akhirnya masuk ke restoran Nelayan dilantai atas yang ada musik hidup bersama penyanyinya.

Makan ikan goropah(krapu) kukus, kepiting lada hitam. Kepitingnya seperti kepiting di Ternate yaitu kepiting kenari. Tetapi ada bedanya dengan kepiting kenari di Ternate, lebih padat dagingnya di Ternate. Tapi namanya kepiting tetap enak rasanya.

Suasana makan malam cukup menyenangkan hati , lepas dari kesumpekan kota Jakarta sambil dengarkan penyanyi dengan lagu lagu romantis. Kegemaran anak anak muda dengan penyanyi penyanyi terkenal.
Sedang asyik asyiknya dengar lagu lagu masuklah telpon dari rekan Jakarta Johannes Susanto menanyakana kabarnya di Padang.

Setelah puas makan malam di Padang, dilanjutkan cari minum es durian di jalan Kapal Karam. Dapatlah restoran Ganti Nan Lamo yang cukup terkenal dikota Padang. Di jalan tersebut hanya ada 2 resto es durian yang ltaknya saling berhadapan dengan nama khas Iko Gantinyo.

Setelah puas menikmati malamnya kota Padang akhirnya kembali ke tempat istrahat karena mempersiapkan diri untuk istrahat dengan kendaraan perlahan lahan karena turunnya hujan. "Sayang Hujan "

Hasil Seleknas 16 tahun putri di Padang

Indarung, 23 Februari 2009. Memauki hari ketiga Seleksi nasional kelompok umur 16 tahun di lapangan tenis Semen Padang Indarung, sudah terlihat kedudukan kekuatan pesertanya. Khusus kelompok putri, dari pool A keluar sebagai peringkat pertama adalah Cynthia Melita (Salatiga) yang telah bertanding 4 kali dan tidak terkalahkan, sedangkan peringkat 2 adalah Aldila Sutjiadi(DKI) yang main 4 kali tapi menang 3 kali dan sekali kalah. Aldila kalah sama Cynthia Melita. Untuk peringkat tiga Dina Karina (DKI) yang kalah dua kali. Begitu juga peringkat 4 adalah Theresia Mariana (Bali) .Peringkat 5 adalah Kely Putri (DKI). Untuk pool B sebagai peringkat pertama adalah Rekyan Woro (DIY) yang main 5 kali dan tak terkalahkan, peringkat dua adalah Nadya Syarifah (Cianjur),kalah sekali dan peringkat tiga adalah Tria Rizki Amalia (Cianjur)hanya tiga kali. Peringkat 4 adalah Dwi rahayu Pitri (Padang) kalah 3 kali

Sehingga yang akan dipertandingkan besok ada 5 petenis yaitu Cynthia Melita, Rkyan Woro, Aldila Sutjiadi, Nadya Syariah dan Tri Rizki Amalia.
Indonesia akan kirim tim Junior Fed Cup dan Junior Davis Cup ke Australia dari pesrta Seleknas ini akan dipilih. Oleh Martina Widjaja, kedua tim ini akan dikirim ke Bangkok untuk ikuti latihan di Bangkok.

Lapangan tenis Semen Gresik terdiri dari 3 lpangan outdoor dan 3 lapangan indoor

Jalan jalan ke Padang

Padang, 23 Februari 2009. Tiba dikota Padang Sumatra Barat hari ini dengan Mandala Air tepat pukul 09.30 setelah perjalanan diudara tanpa gangguan. Sudah lama tidak pernah berjalan bersama dengan adik sendiri Alfred Henry Raturandang yang sedang ditugaskan ke Padang menjadi pelatih sentra pembinaan daerah Sumatra Barat yang diresmikan oleh Ketua umum PP Pelti Martina Widjaja di Wisma Semen padang Indarung.

Kunjungan ke Padang kali ini untuk kelima kalinya, sedangkan untuk pertama kali saya ke Padang kurang lebih ditahun 1991-92 sebagai persiapan Turnamen nasional Padang Open di lapangan tenis Agus Salim Padang. Kunjungan kedua kunjungan kerja bukan tenis , kunjungan bisnis dan kunjungan ketiga untuk menghadiri Kongres Persatuan Dokter Penyakit Dalam (KOPAPDI) tetapi lupa tahun berapa ( kalau tidak salah tahun 2000) dan keempat dalam rangka jalan jalan melintasi trans Sumatra bersama kolega sendiri dr. Parlaungan Hutapea yang saat itu sebagai Kepala DOKABU (Dokter Kabupaten) di Kediri.

Airportnya yang baru cukup megah bangunannya tetapi masih kalah dibandingkan dengan Airport Juanda yang lebih banyak bisa menampung pesawat yang mendarat. Dari bandara langsung ke Kompleks Semen Padang yang sedang diselenggarakan Seleksi nasional KU 16 tahun. Jarak dari Bandara Minangkabau ke Indarung kurang lebih 40 km. Kalau pertama kali ke Padang mendarat dibandara lama yaitu Bandara Tabing.Perjalanan dari Bandara Minangkabau ke Indarung cukup mulus. Dan seperti dikota kota lainnya di Indonesia sepanjang perjalanan penuh dengan iklan iklan CALEG yang sedang bergambling untuk duduk di kuris DPR RI maupun DPRD di Sumatra Barat.

Tepat pukul 12.30 diadakan acara pembukaan Sentra Pembinaan Daerah Sumatra Barat di Wisma Semen Padang didalam kompleks PT Semen Padang Indarung.
Martina Widjaja bersama Sobronto Laras diikuti juga hadir Christian Budiman, Tintus Wibowo, Alfred Henry Raturandang, selain membuka acara sentra juga memberikan sumbangan berupa sembako maupun kaos kaos tenis dari ITF kepada korban gempa di kota solok dan Agam. Penyerahan simbolis dilakukan di acara ini.
Setelah itu makan siang dengan ikan patin maupun rendang khas Padang. Maknyus !

Piala Ferry Raturandang terganggu hujan

Jakarta,22 Februari 2009. Turnamen Piala Ferry Raturandang-64 yang berlangsung di lapangan tenis Gelora Bung Karno Jakarta diikuti oleh 52 petenis berasal dari Lampung, Pemalang, Bogor, Tangerang dan Jakarta. Hari ini terganggu dengan turunnya hujan dikota Jakarta tetapi secara keseluruhan pertandingan berjalan lancar, hanya babak final KU 12 putra tertunda antara Bryan Husni melawan Romano Simanuhuruk yang akan dilanjutkan minggu depan di Senayan, dan final putri 14 tahun antara Suryaningsih (KTC) melawan devi Hasan (Detec).

Disela sela turnamen datang permintaan darisalah satu orangtua asal Bogor yang menginginkan turnamen ini juga dimainkan dikota hujan Bogor. "Kalau bisa usahakan lapangan di Bogor, saya akan laksanakan pertandingan di Bogor. Jadi tolong coba hubungi pengelola lapangannya." janji August Ferry Raturandang melihat anthusias orangtua petenis terhadap turnamen Piala Ferry Raturandang.

Ketika diceritakan jika August Ferry Raturandang akan meramaikan turnamen diakui Pelti di tahun 2009 di Jakarta, mendapat sambutan dari salah satu Kakek peserta petenis asal DKI, Achmad Moerid yang sudah dikena lama karena telah menghasilkan petenis nasional dari putri putri seperti Irawati Moerid, Solihati Moerid, Lamsriati Moerid. "Begitu dong supaya anak anak Jakarta ada kesempatan tanding di kota sendiri. Makin banyak makin baik, supaya anak anak terasah dengan ikuti turnamen."
Langsung oleh August Ferry Raturandang disampaikan sedang menyusun waktu yang tepat karena kesibukan selama ini cukup padat.

"Nanti saya mau jadi anggota Forum Komunikasi Opa dan Oma Petenis Indonesia, jika cucu saya sudah belajar tenis." kata August Ferry Raturandang kepada Achmad Moerid.
"You belum bisa jadi anggota forum opa dan oma ya ! " kata Achmad Moerid. Karena cucu tertua baru berusia 3,5 tahun dan belum belajar tenis.

Sabtu, 21 Februari 2009

Surabaya mau Bangkit dengan 8 Turnamen Nasional

Surabaya, 21 Februari 2009. "Saya mau independent dalam pelaksanaan turnamen nasional. Apa bisa " itulah pertanyaan yang dikemukakan oleh Puji kepada August Ferry Raturandang. Langsung disampaikannya sesuai ketentuan TDP , siapa saja bisa adakan turnamen tenis, baik perorangan, klub, badan usaha, dan Pelti."Silahkan saja." ujarnya. Tetapi dikatakan pula kalau menjadi turnamen nasional (TDP) maka harus didaftarkan ke PP Pelti dan diketahui oleh Pengprov Pelti. Nati PP Pelti yang tentukan petugas Referenya saja, sedangkan yang lainnya silahkan tentukan sendiri.

Banyak informasi dari pelaku pelaku tenis di Surabaya, kalau info yang diterima dari rekan rekan Pelti itu berbeda. " Mungkin mereka di Pelti daerah belum tahu secara benar masalah ini. Jadi tidak perlu kuatir kalau mau selenggarakan sendiri. Pelti akan berterima kasih sekali kalau ada pihak diluar Pelti mau selenggarakan salah satu programnya" ujar August Ferry Raturandang. Disampaikan pula kalau Surabaya sudah harus bangkit lagi karena saat ini baru 1 TDP Internasional yang dimilikinya yaitu Widjojo Soejono-Semen Gresiok. Materi atlet cukup banyak sekali. "Sudah saatnya Surabaya bangkit kembali." ujarnya memberi semangat rekan rekan di Surabaya

Sambil makan siang terdiri dari ikan goreng gurami maupun lain lainnya pembicaraan makin akrab saja. Dengan minum juice sirsak dan juga tahu pong membuat makin maknyus saja.

Melihat keseriusan rekan rekan orangtua ini, August Ferry Raturandang tidak mau melepas peluang yang sudah ada dan juga niat mereka ini janganlah sampai diputuskan karena rantai birokrasi diinduk organisasi Pelti.

August Ferry Raturandang katakan kepada mereka jika lakukan try out ke turnamen turnamen nasional yang diluar Surabaya seperti ke Jakarta, Bandung, Solo dll, maka akan habis berjuta juta rupiah. " Saya bisa sampai Rp. 5 juta untuk 1 anak saja." Melihat kesadaran mereka ini langsung August Ferry Raturandang sampaikan jikalau 3 orangtua kirim anaknya sudah habiskan Rp. 15 juta. Jika adakan turnamen nasional di Surabaya dengan Rp.15 juta ini bisa dinikmati oleh ratusan anak anak Surabaya dan sekitarnya.

Keseriusan mereka menambah semangat August Ferry Raturandang untuk bisa merealisernya dengan cara beri penjelasan penjelasan yang aktual. " Asal tahu saja, saya buat Turnamen Mahakam Samarinda Open 2009 akhir Januari kemarin di Samarinda itu hanya 3 panitianya dan tidak ada sponsor karena bisa dapat lapangan gratis. Nanti di tahun 2009 di Jakarta saya juga akan selenggarakan TDP Yunior tanpa sponsor setiap bulannya. Ini bisa saja asalkan kita tidak iming imingkan hadiah macam macam. Atlet ikut turnamen itu bukan mengejar hadiah. Ini yang paling penting." ujarnya

Langsung disusun pula rencana pertandingannya, diawali tanggal 28 Maret - 3 April 2009 di Surabaya, sedangkan bulan bulan berikutnya akan dilihat kalender TDP yang sudah disusun oleh PP Pelti. Disamping itu pula dibulan Desember akan dilaksanakan Masters Juniornya.

Akhirnya semua jabat tangan karena ada kesepakatan akan selenggarakan turnamen nasional di Surabaya.
Kembali ke Bandara Juanda dengan hati yang puas dan sumpek hari ini sudah bisa hilang. Menuju ke bandara teringat mantan pacar yang kebetulan tinggal di Surabaya, langsung tilpon. " Kok sudah mau pulang baru tilpon ? " Next time better ketemuan.
Tidak disangka sambil tunggu berangkat bisa duduk dikursi ketemu 2 nona keturunan Arab asal Ampenan (Lombok). Awalnya sapa kepada mereka mau berangkat kemana, ternyata dijawabnya ke Mataram. Langsung terjadilah komunikasi dua arah, saling tanya teman2 lama di Ampenan. "Kenal sama Chalid HERABI DI Ampenan.? Ternyata dikenalnya dan kedua nona nona ini masih keponakan dengan salah satu teman sekolah di SMP Mataram, Salim Bager. Dapat nomer tilpon Salim langsung dihubunginya. Ini teman yang sudah 27 tahun tidak ketemu maupun dengar suaranya. Maklum teman kelas 3 SMP Negeri Mataram.
" Salim, ente masih kenal ane ? " tanya August Ferry Raturandang. " Ferry mana." Begitu tahu kalau masih kenal Ongek, langsung dia sebut Ferry Raturandang. Tidak disangka bisa berkomunikasi dengan teman teman lama. " Kapan ente ke Lombok? " ini pertanyaan cukup menarik. Dalam hati lanmgsung ada keinginan selenggarakan turnamen nasional di Lombok, bukan lagi Piala Ferry Raturandang. "Ente tunggu ya, ane datang ke Lompbok."

Kembali ke Jakarta dengan pesawat Lion Air pukul 20.35 dan tiba malam hari dan langsung ambil kendaraan yang diparkir di Senayan dengan bawa oleh oleh dari Surabaya berupa Roti Boy di bandara Juanda untuk kedua cucu tercinta di Jakarta, karena roti boy merupakan salah satu kesenangan mereka.

Jalan jalan ke Surabaya

Jakarta, 21 Februari 2009. Hari ini jalan pikiran saya sumpek , sehingga datang ke Senayan rencana mau jalan jalan pagio tidak terlaksanakan. Singgah duilu ke Tabloid Tennis, berbincang bincang dengan Amin Pudjanto yang juga salah satu Humas PP Pelti. Ternyata salah satu anggota Humas, Gungde Ariwangsa sedang pulang ke Bali karena adiknya meninggal dunia yang diketemukan dipantai Bali.

Dari pada pusing, langsung jalan ke Airport Cengkareng untuk jalan ke Surabaya. Masuk kepesawat terbang dengan pikiran masih belum tenang yang tidak diketahui sebab sebabnya.

Sebelumnya kontak teman di Surabaya ingin bertemu, siapa tahu beermanfaat untuk tenis Surabaya. Ternyata bisa ketemu dengan rekan rekan lainnya.
Mereka menyadari kalau Surabaya sangat minim akan turnamen nasional sehingga atas approch saya maka keinginan selenggarakan turnamwen nasionalpun bisa terealiser, begitulah harapannya.

Tiba di Surabaya langsung ke restoran Cirebon di jl. Opak Surabaya. Berkenalan lagi dengan teman teman baru yang ternyata orangtua petenis yunior di Surabaya. Mudah mudahan bermanfaat kali ini sehingga tidak sia sia jalan jalan ke Surabaya kali. Memang hobi jalan jalan ini bagi saya perlu dilakuakn sekalian bisa memotivasi pelaku pelaku tenis di Tanah Air. Tentunya ada yang akan cemburu atas hobi baru ini. Bahkan ada yang menuduh jalan jalan ini menghabiskan uangPelti. Padahal semua ini tidak ada satu senpun keluar dana dari PP Pelti.

59 Peserta Piala Ferry Raturandang-64 di Jakarta

Jakarta, 21 Februari 2009. Pelaksanaan turnamen tenis Piala Ferry Raturandang-64 di lapangan tenis Gelora Bung Karno diikuti oleh 59 petenis yunior berasal dari Pontianak, Pemalang, Indramayu, Cianjur, Karawang, Bekasi, Tengerang dan Jakarta. Data diterima setelah ditutup pendaftarannya kemarin malam. Dengan mempertandingkan KU 10 tahun, 12 tahun, 14 tahun dan 16 tahun ternyata peminat terbanyak datang di tunggal putra KU 12 tahun.Disamping itu pula ada beberapa nama yang baru pertama kali ikut turnamen tenis Piala Ferry Raturandang.

August Ferry Raturandang selaku pelaksana turnamen mengatakan bahwa kegiatan turnamen sudah merupakan kebutuhan atlet tenis dalam salah satu program pembinaannya sehingga kegiatan ini tidak boleh sama sekali dihentikan. Dan tentunya Piala Ferry Raturandang sudah identik dengan Pertandingan Sabtu Minggu (PERSAMI) yang juga merupakan salah satu program dari Bidang Pengembangan PP Pelti.

Banyak pihak yang belum mengetahui bedanya Persami dengan TDP (Tuirnamen Diakui Pelti). Banyak pihak bertanya kepadanya mengenai cara nya agar Persami bisa dimasukkan dalam TDP.
Dijelaskannya pula kalau Persami itu tidak sama dengan TDP karena TDP itu menggunakan Referee yang resmi ditunjuk oleh PP Pelti, sedangkan Persami siapa saja bisa menjadi referee asalkan mengetahui peraturan turnamen tenis.
Ketidak tahuan itu muncul justru dari pelaku pelaku yang biasa selenggarakan turnamen baik Persami maupun TDP.
Piala Ferry Raturandang-64 diselenggarakan besok 22 Februari 2009 di lapangan gravel Gelora Bung Karno mulai pukul 10.00
August Ferry Raturandang sendiri katakan kepada salah satu pelatih di Surabaya yang juga duduk dalam kepngerusan Pelti di Kota Surabaya maupun Pengprov Pelti Jatim. Dikatakan kalau mereka mau cari sponsor dulu untuk adakan Persaami yang di Surabaya mulai terhenti.

"Kalau ada sponsor jangan adakan Persami, karena Persami itu tidak perlu sponsor. Ada sponsor adakan saja TDP Nasional." ujar August Ferry Raturandang

Jumat, 20 Februari 2009

Perjalanan Blogger


Jakarta, 20 Februari 2009. Asal muasalnya membuat blogger tidak terpikirkan akibat akibatnya seperti yang terjadi saat ini. Karena melihat keterlibatan selama ini ditengah tengah sedang seru serunya masalah yang muncul di pertenisan Indonesia yang tidak terungkapkan dan bahkan tidak diketahui oleh masyarakat tenis Indonesia. Saat itu ada keinginan membuat suatu buku tentang perjalanan August Ferry Raturandang di pertenisan Indonesia, tetapi keterbatasan dana sehingga keinginan ini belum bisa direlaisernya. Membuat "DIARY" semasa hidupnya tidak pernah dilakukan, sehingga timbul keinginan diera modern ini sudah bisa dibuatkan diary didunia maya, dimana suatu saat ada mimpi bisa dibuatkan suatu cerita pengalaman hidupnya didunia olahraga tenis. Diselingi dengan ada keinginan menambah pengetahuan pelatih pelatih tenis didaerah yang sangat minim akan pengetahuan pelatihan tenisnya bisa memanfaatkan keberadaan blogger ini. Disamping itu pula banyak pertanyaan pertanyaan kepadanya datang dari pelatih maupun orangtua yang ingin menambah pengetahuan pertenisan.
Maka dari itu dicarilah judul dari blogger ini. Akhirnya diketemukan nama CATATAN RINGAN TENIS INDONESIA. Dan awal mengsisinya tanggal 12 Februari 2008. Sampai saat ini sudah mencapai 590 tulisan terisi dan ini merupakan tulisan ke 591.

Mulailah diingat ingat kejadian kejadian dari tahun 1988 di induk organisasi tenis (PB Pelti) sewaktu duduk sebagai anggota pengurus di Komite Pembinaan Senior bersama dr. Nico Lumenta, sampai duduk juga di Pengda Pelti DKI dan akhirnya di PP Pelti.
Maka banyak tulisan yang kejadiannya tidak berurutan ,karena begitu diingat ingat kejadian kejadian 10-20 tahun silam langsung dimasukkan dalam tulisan di laptop.

Keberadaan blogger ini pula bisa menyalurkan hobi menulis yang dulunya pernah menulis artikel di media cetak seperti Media Indonesia, Republika, Sinar Harapan , Suara Pembaruan, Tabloid Tennis. Semuanya tentang tenis.

Tetapi sekarang yang tanpa disangka sangka, muncullah ketidak puasan segelintir pelaku tenis dengan memberikan komentar komentar miring yang tidak simpatik yang sudah menjurus kekurang ajarannya didunia maya dan bahkan di situs Pelti sendiri. Tapi semua itu tidak ditanggapinya, karena sangat gampang untuk dihapus, supaya kepala tidak pusing melayani pelaku pelaku yang dianggap sudah sinting. Tetapi tidak kalah pula komentar langsung ke telpon selulernya yang sangat mendukung keberadaan blogger ini. Ini ungkapan nyata yang masih banyak pelaku tenis yang waras.

Blogger ini dimanfaatkan untuk memotivasi daerah ataupun pelaku pelaku tenis di Indonesia agar lebih giat meningkatkan tenis didaerah masing masing dengan memberikan masukan berdasarkan pengalaman dipertenisan nasional maupun internasional. Begitu informasi aktualpun disebar luaskan dengan tujuan bukan untuk membingungkan. Karena sangat familiar dengan turnamen tenis maka seluk beluk pelaksanaannya sangat diketahui sekali. Sehingga jika ada orang baru yang terjun sebagai pelaksana turnamen mencoba coba meembuat ulah mengelabui masyarakat tenis tentunya akan ditentang sekali. Akibatnya sering diundang sebagai konsultan pelaksana turnamen yang selama ini masih belum dikomersialkan karena masih duduk dalam kepemgurusan di induk organisasi tenis(Pelti). Begitu juga banyak godaan diiming imingkan kepadanya agar bisa membuat lebih lunak.
Jika ada pelanggaran terhadap peraturan maka tidak segan segan pula minta diusulkan untuk ditindak oleh induk organisasi. Akibatnya pula, jika ada pelanggaran aturan dari pelaksana TDP maka orang nomor satu terima informasi adalah August Ferry Raturandang baik dengan telpon langsung atau via SMS.

Duduk sebagai salah satu anggota pengurus induk organisasi tentunya pantang sekali memberikan informasi yang menyesatkan masyarakat. Justru jika ada kekeliruan pandangan maka tugas utamanya adalah meluruskannya, bukan sebaliknya. Karena sering selanggarakan Piala Ferry Raturandang yang notabene pesertanya anak anak yang didampingi oleh orangtua dan pelatih maka August Ferry Raturandang sering memanfaatkan berkomunikasi dengan mereka untuk mendapatkan masukan masukan permasalahan ditempat mereka masing masing. Dan tidak luput pula memberikan solusi terhadap permasalahan mereka. Sehingga banyak kejadian kejadian di TDP yang tidak akan muncul dalam laporan resmi TDP, bisa didapat dari orangtua peserta Piala Ferry Raturandang. Ada kebanggan sendiri kalau pengakuan orangtua lebih berani ungkapkannya kepada August Ferry Raturandang daripada rekan rekan lainnya.

Banyak pula dugaan kalau blogger ini ditulis oleh oranglain sebagai tim, tetapi harus diketahui penulisan ini dengan bahasa yang amburadul tetap dengan setia ditulis oleh August Ferry Raturandang diwaktu senggang bisa dilaksanakan dengan laptop baru dengan merk yang sama yaitu NEC yang setia mendampinginya bersama IM2 broadband 3,5G sebagai alat bantu berkoneksi dengan internet.
Masalah komesialisasi blogger juga sudah dipikirkan tetapi karena belum mengenal dengan cara caranya maka saat ini belum bisa dilaksanakan. Karena ada pemikiran juga membuat website seperti situs situs lainnya. Hanya karena tidak punya modal saja belum terealiser. Dicari yang termurah seperti inisiatip buat Piala FR tanpa sponsor bisa berjalan , kenapa tidak juga untuk buat situs resmi dalam menjalankan kegiatan kegiatan pertenisan dimasa mendatang untuk mendapatkan profit. Bukan hal yang tabu baginya mengkomersialkan blogger maupun turnamen turnamen tenis karena masih teringat pula kalau TENNIS IS BUSINESS. Tidaklah munafik !

Ayo selenggarakan TDP Nasional

Jakarta, 20 Februari 2009. Hari ini kedatangan tamu pelatih yang mempunyai petenis yunior putri. Namanya pelatih ini adalah Medi Mulyana, sedangkan putrinya bernama Siti Nur Arasy (11 tahun).
Sebagai pelatih juga banyak hal yang dibicarakan mulai dari pembinaan yunior sampai ke turnamen, sehingga ada pesan yang menarik dan mengelitik saya yang disampaikannya. " Om, selenggarakan TDP dong. Kami sangat terbantu banyaknya TDP di Indonesia. Tapi sayang di Jakarta masih kurang." ujarnya , karena selama ini putrinya sudah sering ikuti Piala Ferry Raturandang di Jakarta.

Medi sendiri menyadari kalau ikuti turnamen itu banyak keluar beaya terutama kalau keluar kota Jakarta. " Bisa sampai Rp. 5 juta ." ujarnya. Hal ini juga dialami oleh orangtua didaerah daerah, yang selama ini menyambut saya cukup baik jika bawa Piala Ferry Raturandang kedaerah daerah. Alasan mereka sama, yaitu bisa menghemat dana jika ada turnamen dikotanya.

Dalam hal ini saya konsentrasi hanya ke Piala Ferry Raturandang, karena melaksanakannya cukup mudah tanpa beban. Tetapi permintaan ini juga mulai membukakan mata saya untuk secepatnya merealisasikan. Ketika ditanyakan kalau saya buat TDP apa tidak ada tudingan miring lagi soal conflict of interest. Ataupun dikatakan mau cari untung sendiri . "Tidak usah didengar Om komentar komentar seperti itu, tidak ada gunanya."

Saya langsung katakan, kalau saya tidak mau adakan turnamen nasional jika tidak ada UNTUNG (materi), karena saya bukan SINTERKLAS. Kalau untung tentunya akan secara rutin dilaksanakannya. Tetapi permintaan ini akan saya pertimbangkan baik baik. Karena sekali saya terjun di turnamen nasional dengan nama Raturandang Cup maka akan terus bergulir tidak bisa berhenti seperti Piala Ferry Raturandang yang besok tanggal 22 Februari 2009 masuk yang ke 64 di Senayan Jakarta. Disamping itu pula saya harus beri contoh kepada masyarakat agar mengikuti ketentuan TDP jika ingin selenggarakan TDP Nasional yang berpredikat Peringkat. Antara lain menggunakan Referee, official ball Pelti dan kewajiban bayar sanction fee, mutlak harus dipenuhinya, bukan sebaliknya saya harus memaksakan kehendak sendiri dengan mengabaikan ketentuan TDP yang dibuat oleh induk organisasi Pelti. Apalagi saya ini anggota pengurus Pelti harus beri contoh kepada pelaku pelaku tenis. Saya sendiri cukup puas dan bangga bisa lahirkan TDP Mahakam Samarinda 2009 dengan beri contoh untuk memenuhi persyaratan TDP Nasional dan melunasi sanction fee tersebut. Begitu pula TDP Balikpapan Junior Open yang sedang berlangsung di Balikpapan.

Komentarnya pula, justru itu yang ditunggu tunggu oleh orangtua petenis yunior di Jakarta. "Lakukan saja Om." ujarnya memberikan semangat. "Doakan saja ya, supaya terealiser."

Perlu atau tidak Seleknas Yunior ?

Jakarta,19 Februari 2009. Tahun 2009 telah diadakan Seleksi Nasional kelompok umur 14 tahun di Temanggung Jawa Tengah , dan besok (21/02)seleksi nasional kelompok umur 16 tahun di Padang. Setiap rencana seleknas selalu muncul protes protes datangnya dari orangtua petenis yunior. Tetapi semuanya itu sudah bisa diatasi dengan baik.

Ada satu pertanyaan yang cukup menarik yaitu Apakah masih perlu Seleksi Nasional Yunior ? Karena dalam pelaksanaan selama ini sudah 5 tahun lebih dilaksanakan Seleksi Nasional mulai kelompok umur 14 tahun dan 16 tahun selalu diselingi dengan ribut atau protes dari kalangan orangtua. Protes tersebut selalu dilayani dengan baik oleh induk organisasi Pelti sehingga bisa berjalan dengan lancar.

Awalnya , saya tidak lupa karena yang ikut menyebarkan edaran tata cara seleksi nasional usia 14 tahun dan 16 tahun. Mulai dari kriteria seleknas yang paling utama dimana diumumkan pada akhir tahun untuk penyelenggaraan tahun depannya.
Kriteria awal adalah peringkat ITF Yunior , kemudian PNP Kelompok 18 tahun , PNP 16 tahun dan terakhir PNP 14 tahun. Ini untuk seleknas KU 14 tahun. Hal yang sama juga untuk KU 16 tahun.
Terjadilah multi tafsir dikalangan masyarakat. Dimaksud dengan ITF Junior rank tentunya bukannya peringkat diatas 300 - 1.200. Sehingga sering SMS masuk kedalam ponsel saya merasa tidak adil karena punya ITF Junior rank. Setelah dicek ITF rank ke 500. Tentunya tidak masuk.
Begitu juga merasa namanya ada di PNP KU 18 tahun tanpa melihat peringkat tepatnya juga protes, dan sama juga di PNP 16 tahun dll.

Kembali kepada pertanyaan tersebut, apa masih perlu lagi seleknas tersebut, karena sudah ada Peringkat Nasional Pelti (PNP). Ada yang katakan sudah tidak perlu lagi, tetapi ada yang katakan masih dibutuhkan karena seleknas itu ajang prestise juga sehingga atlet memasukkan kedalam targetnya adalah masuk dalam seleknas yang awalnya dimulai dengan hanya 8 terbaik kemudian berkembang ke 16 terbaik dan 12 terbaik.

Nah kembali bagaimana cara kita untuk menilai. Menurut saya sendiri kalau tidak mau pusing pusing lebih baik tidak usah ada seleknas dengan syarat sudah diumumkan jauh jauh hari, sehingga pelakunya sudah mulai mempersiapkan diri lebih awal. Nah, semua itu masih dalam wacana saja kalau tidak diperlukan.

Kamis, 19 Februari 2009

Perjalanan Piala Ferry Raturandang


Jakarta, 19 Februari 2009. Turnamen Piala Ferry Raturandang yang saat ini telah memasuki ke 63 penyelenggaraannya telah mendapatkan sorotan dari masyarakat tenis Indonesia. Baik itu sorotan yang mengangkat namanya tetapi tidak luput juga sorotan yang memojokkan dengan dalih berbagai bahasa yang digunakan untuk menjatuhkannya. Hujatan lebih tepat dibandingkan kata lainnya tidak memudarkan niat dan hasrat saya untuk tetap tegar menjalankannya. Karena menjalankan turnamen seperti ini ibarat mainan yang menyenangkan sekali, sebagai hiburan semata. Tetapi yang sangat menyakitkan dari semua cemohan justru ditahun 2009 yaitu permintaan yang menusuk hati saya ,permintaan Piala Ferry Raturandang dihentikan dengan imbalan yang bagi segelintir orang maupun saya sangat menggiurkan. Yaitu sejumlah dana Rp 50 juta. Apakah ini cukup menggoda hati saya, tentunya uang sebesar itu cukup besar tetapi kebesaran Piala Ferry Raturandang yang telah mencatat sejarah pertenisan Indonesia lebih besar nilainya. Bahkan ada yang menilai Rp. 1,5 miliar (seperti harga jual rumah saya sekarang) adalah harga yang wajar untuk Piala Ferry Raturandang, tetapi saya tetap mengatakan tidak bisa dihitung besar nilainya karena so pasti lebih besar nilainya karena ada nilai historisnya. Saat ini terus terang dimata masyarakat tenis khususnya petenis yunior Persami (pertandingan sabtu minggu) sudah identik dengan Piala Ferry Raturandang. Kalau disimak Piala Ferry Raturandang ataupun nama sebelumnya Persami Jakarta tercatat petenis nasional saat ini sudah pernah menikmatinya disaat berusia 10 tahun atau 12 tahun bahkan saat usia 14 tahun.
Ini fakta yang tidak bisa dipungkiri, tetapi saya tidak pernah meng claim kalau petenis nasional saat ini hasil dari pembinaan Piala Ferry Raturandang atau Persami.Dan tidak mungkin bisa saya katakan demikian karena saya tahu bagaimana proses pembinaan atlet tenis itu berlangsung. "Maklum mantan atlet tenis yunior juga yang aktip ikuti turnamen nasional."

Perlu diketahui lahirnya Persami (pertandingan Sabtu minggu) disaat saya duduk di kepengurusan Pelti DKI Jakarta dikomite Pertandingan dan Komite Marketing. Saat itu salah satu programnya adalah Persami yang bertujuan untuk memberikan sarana pertandingan bagi petenis yunior disaat tidak menggangu jadwal sekolah. Kemudian jalannya tersendat sendat karena masih menggunakan dana sponsor.
Melihat hal seperti ini , saya sangat menyadari kalau turnamen itu adalah kebutuhan petenis, berdasarkan pengalaman sewaktu sebagai petenis yunior di Bali dan Nusa Tenggara Barat. Pengalaman seperti ini tidak boleh berlangsung bagi generasi saat ini.
Muncullah keinginan jalankan terus Persami ini, dan langsung action disaat sebagai Manajer Sport Pusat Tenis Danamon. Karena minimnya dana marketing (Rp. 100 ribu/bulan) di Pusat Tenis Danamon, maka turnamen Persami saya manfaatkan sebagai ajang promosi bagi Pusat tenis Danamon. ampaknya Pusat Tenis Danamon (Pusat tenis Kemayoran) mulai dikenal termasuk Sekolah Tenis Kemayoran mulai kebanjiran peminat belajar tenis. Bahkan tanpa disadari banyak siswa sekolah tenis lainnya pindah ke Sekolah tenis Kemayoran.

Kemudian saya dipilih menjadi salah satu anggota Pengurus di PB Pelti ( mulai 2000) dibidang pengembangan, maka program Persami masuk sebagai program nasional. Ini perjalanan awalnya ada Persami. Tetapi disuatu saat salah satu orangtua petenis peserta Persami yang juga berasal dari Sulawesi Utara Sandra Sondakh sehingga namapun berubah menjadi Piala Ferry Raturandang. Alasannyapun menyadarkan saya. "Kenapa tidak gunakan nama Om Ferry. Toh yang kerja Om Ferry sendiri, buat apa nama Persami." Langsung kaget juga dan sadar kegunaannya. Sebagai pertimbangan apa yang bisa kita berikan kepada tenis sebagai kenangan maka permintaan ini langsung diterima. Waktu yang tepat pergantian nama tersebut sudah lupa tetapi yang pasti di bulan Agustus.

Sindiranpun datang berulang ulang, ada yang katakan tujuan selenggarakan Piala Ferry Raturandang adalah tujuan komersial. Tetapi mereka ini lupa jika selenggarakan TURNAMEN tidak ada untungnya, justru tidak boleh terjadi. Bahkan saya sendiri pernah membuktikan di bulan Juli 2002, ambil kredit Laptop NEC dengan cicilan sebesar Rp. 1,2 juta yang dana tersebut beraal dari hasil Persami, dan berhasil lunas dalam 10 bulan. Ini pembuktian kalau selenggarakan turnamen apapun namanya harus menguntungkan.
Saya sendiri tetap berani mengatakan kalau selenggarakan Piala Ferry Raturandang harus untung (bahasa dagangnya), karena saya sendiri bukanlah sinterklas. Hanya sebagai salah satu sumbangsih terhadap pertenisan Indonesia. Ini yang membanggakan saya sendiri. Bukan dengan gembar gembor kalau buat turnamen itu rugi, sangat disayangkan.

Sekarang dalam menjalankan Piala Ferry Raturandang cukup santai tidak terlalu membutuhkan manajemen yang canggih (sebenarnya bisa saja) karena tidak pernah merasakan turnamen lainnya termasuk Persami adalah COMPETITOR. Semua turnamen dimata saya adalah mitra.

Selasa, 17 Februari 2009

TDP Baru di Ambarawa


Jakarta, 17 Februari 2009. Rapat PP Pelti hari ini cukup padat dan dihadiri oleh Ketua Umum, Sekjen, Wakil Sekjen, Ketua Bidang Pembinaan Senior, Ketua Bidang Pertandingan, Wakil Ketua Bidang Pengembangan, Wakil Ketua Bidang Pembinaan Yunior, Wakil Bendahara dan Humas. Materi cukup banyak tidak seperti biasanya
Agar lebih efisien maka sayapun buat agenda rapat , ternyata ada 9 item yang dibicarakan mulai dari persiapan Davis Cup di Solo, Pelatnas Terpadu 2009, Sanction fee, penataran wasit, surat dari kantor Menegpora, persiapan turnamen ITF grade2 di Jakarta,persiapan turnamen Jubilee School 14 & Under Asian Champisonship dan adanya surat dari salah masyarakat tenis yang disayangkan tanpa alamat sehingga tidak ikut dibicarakan tetapi hanya untuk diketahui saja.

Pembicaraan cukup hangat dan serius karena pentingnya materi materi yang dibicarakan tersebut. Mengenai persiapan Davis Cup dengan pemain Christopher Rungkat, Sunu Wahyu Trijati, Nesa Artha dan Prima Simpatiaji. Manajer tim Kresno Merdiko melaporkan rencana berangkat dengan Garuda Indonesia tanggal 25 Februari 2009. Tim Kuwait akan tiba dengan Garuda Indonesia tanggal 1 Maret 2009 dengan pemain yang punya peringkat dunia adalah Muhammad Ghareeb (ATP-468), Muhammad Achmad Rabeea (ATP-1437), Ali Al Ghareeb (ATP-1802). Rombongan tim Kuwait 10 orang.

Dari surat masuk ada pendaftaran TDP Yunior baru, datang dari Ambarawa yaitu Bakrie Ambarawa, dan Tegal. Ini berita baik sekali untuk peningkatan prestasi daerah dengan adanya turnamen turnamen diakui Pelti. Sebagai hasil pembicaraan dengan pihak Bakrie yang diwakili oleh rekan sendiri Tony Sangitan ternyata terwujud juga dalam kancah pertenisan nasional.

Masalah sanction fee, diputuskan agar semua TDP sebelum dilaksanakan harus membayar dulu. Disamping itu pula penertiban turnamen nasional (TDP) segera dilakukan dengan memberikan panduan pelaksanaan sehingga tidak ada lagi pelanggaran-pelanggaran terjadi dipertenisan nasional. Hal ini sangat penting karena dalam ketentuan TDP sudah dicantumkan tata cara sehingga tidak ada kompromi lagi didalam pelaksanaannya nanti.

Keinginan semua pihak termasuk saya agar turnamen nasional bertambah banyak didaerah daerah, hanya belum melebar keluar Jawa. Tetapi harapan ini so pasti akan terwujud karena keinginan datang dari hati yang tulus maka akan terwujudkan juga. Bukan dengan maksud maksud tertentu maka dijamin turnamen tersebut akan mati suri. Banyak turnamen yang bisa bertahan hanya sekali pelaksanaannya. Ini yang tidak diharapkan tetapi tidak bisa dipungkiri adanya.

Darto jatuh sakit

Jakarta, 17 Februari 2009. Datang pagi kekantor Sekretariat PP Pelti disambut oleh rekan Christian Budiman yang menjabat sebagai Pjs Sekretaris Eksekutif. "Darto jatuh sakit." Diterangkan pula kalau Sudarto salah satu Administrator PP Pelti yang beberapa tahun silam pernah jatuh sakit stroke, pagi ini setelah ikut Senam Pagi terlihat terkapar dikursi sofa ruang tamu SekretariatPP Pelti.

"Kenapa tidak dibawa ke rumah sakit." begitulah pertanyaan saya kepada Christian. Ternyata semua disekretariat sudah hubungi istrinya Sudarto dan mau datang ke Senayan.
Melihat hal ini saya pun tidak mau ambil resiko setelah diberitahukan oleh karyawan lainnya bahwa bibirnya sudah turun sebelah, langsung minta dikirim saja ke Rumah sakit Sumber Waras tempat dulu Sudarto pernah dirawat.

Christian langsung bersama saya dan 2 rekan karyawan lainnya membawa ke Rumah sakit Sumber Waras. Ditengah jalan terlihat Christian yang setir mobil tersebut sedikit gelisah. Sebentar-sebentar melihat posisi Sudarto dibelakangnya sambil memberi semangat kepada Sudarto. Dalam perjalanan sayapun SMS ke Martina Widjaja Ketua Umum PP Pelti dan Soebronto Laras Sekjen PP Pelti

Karena tegang semua seperti belum tahu jalan ke Rumah sakit Sumber Waras. Sayapun mengantar jalan mulai dari Tomang ke belakang rumah sakit dan tembus ke jalan Kyai Tapa Grogol untuk masuk dari depan rumah sakit. "Kok pak Ferry tahu sekali jalannya." salah satu ungkapan dari Agus Widagdo.
Masuk halamanRumah sakit Sumber waras menuju ke Unit Gawat Darurat, dan lucunya tidak ada satupun yang bawa KTPnya. Bayar karcis , kemudian daftarkan namanya. Karena tidak tahu nomer pasien dulunya maka ditanyakan pula alamat tinggal. Hanya Agus Widagdo berikan alamat yang kurang jelas. Tapi setelah telpon ke Sekretariat PP Pelti tanyakan tanggal lahirnya maka akhirnya didapatkan kartu pasiennya.

Ternyata diketahui Hypoglycemia , kadar gula darahnya cukup rendah sehingga membuat badan lemas setelah ikut senam pagi. Setelah istrinya datang maka Sudarto dirawat dirumah sakit.

Sore hari menjelang mau rapat PP Pelti, terima SMS kalau salah satu rekan Administrator Perwasitan PP Peltio Slamet Widodo yang sedang betugas ke Tulungagung dalam perjalanan kereta api kehilangan laptopnya. Sedangkan materi penataran wasit yang akan dilakukan di Tulungagung ada dalam laptop tersebut. Ada ada saja !

"Wah, Juara juara Manado semua "

Jakarta, 15 Februari 2009. Disela sela final turnamen nasional Cigna Open 2009 di lapangan tenis Executive Club Hotel Sultan Jakarta banyak kejadian kejadian lucu dan cukup ramah yang merupakan ajang pertemuan masyarakat tenis di Ibukota. Tidak bisa dipungkiri sekali kalau pertemuan ini semacam kangen kangenan.
Disamping menikmati pertandingan yang sedang seru serunya, selalu ada saja komentar komentar komentar yang membuat yang hadir ikut tertawa baik hanya dikulum maupun dengan vulgar.

Final hari ini tunggal putra, putri dan ganda putra. Mulai turun pertama final tunggal putra antara Christopher Rungkat melawan I Ketut Nesa Artha, sedangkan tunggal putri turun Jessy Rompies dan Grace Sari Ysidora boru Tobing, dan ganda putra antara Andrian Raturandang/Bonit Wiryawan melawan Christopher Rungkat/I Ketut Nesa Artha.
Christopher Rungkat melawan I Ketut Nesa Artha dimenangkan Christopher disaksikan juga oleh Ketua Umum PP Pelti Martina Widjaja, Sekjen Soebronto Laras dan juga petinggi Pelti lainnya seperti Johannes Susanto, Diko Moerdono, Christian Budiman, Slamet Utomo, Kent Widyasetiabudi dan August Ferry Raturandang. Hadir pula Ketua Penkot Pelti Solo dr. Budiyanto bersama anggota Panpel Davis Cup Indonesia v Kuwait Totok Gani yang berindak sebagai Direktur Turnamen.
Turunnya hujan hampir membatalkan pertandingan final tunggal putri dan ganda putra. August Ferry Raturandang sempat ditanyakan masalah keinginan pindah ke lapangan indoor oleh Ibu Raeshita dari Panpel Cigna Open menyampaikan masih ada kemungkinan untuk diundur besok, karena pindah ke indoor justru merugikan promosi Cigna. Merepotkan pula dengan memindahkan materi promosi dalam lapangan yang akan diangkut ke lapangan indoor. Lebih menguntungkan jika diundur berarti publikasi akan bertambah sehari lagi. Tapi akhirnya ditetapkan tetap saja karena udara mulai membaik.

Setelah selesai final , sempat terdengar salah satu pelatih dari Jakarta mengeluarkan kekagumannya ditengah tengah kerumunan penonton. " Wah, ini yang juara juara Manado semua " ujarnya. Mendengar hal itu langsung ditanggapi dengan guyonan pula oleh pelatih lainnya Alfred Henry Raturandang. " Kalau bukan Manado bukan juara . " langsung semua tertawa.

Setelah dicermati terlihat darah Kawanua yang mewarnai final hari ini , mulai dari final tunggal putra Christopher Rungkat diikuti oleh Jessy Rompies yang keduanya keluar sebagai juara baik tunggal dan ganda. Ditambah pula Andrian Raturandang putra dari Alfred Henry Raturandang

Senin, 16 Februari 2009

Akhirnya Selesai juga Piala Ferry Raturandang-63 di Tegal


Tegal, 15 Februari 2009 Akibat turunnya hujan cukup deras di kota Cirebon aktu tanggal 8 Februari lalu sehingga beberapa pertandingan final turnamen Piala Ferry Raturandang-63 ditunda dan dipindahkan ke kota Tegal Jawa Tenagh. Perpindahan ini berkat tawaran rekan rekan dari kota Tegal yang disampaikan lansgung di Cirebon. Ternyata bantuan Purnomo dari Pengkot Pelti Kota Tegal telah berhasil selesaikan pertandingan2 tunda tersebut. Bahkan acara final ini cukup menarik perhatian dari masyarakat tenis kota Tegal, bahkan setelah pertandingan dilanjutkan makan siang dilapangan tenis Wisanggeni Tegal.

Final tunggal putra KU16 tahun turnamen Piala Ferry Raturandang-63 yang berlangsung dilapangan tennis Wisanggeni Tegal antara Achmad Syauqi (Tegal) melawan Dwi Wijayanto (Tegal)dimenangkan oleh Achmad Syauqi 76(4) 62. Sedangkan final tunggal putrid KU 16 tahun antara Laksmi Nuraningsih melawan Nurma Farida 63 63. Final tunggal putra 14 tahun antara Irawan Bagus melawan Muhammad Adam dimenangkan olehIrawan Bagus 60 60. Final tunggal putrid 14 tahun antara Rifaliani Achir (Cirebon) melawan Tiara Nurfatimah dimenangkan Rifaliani Achir 60 64. Final tunggal putra 12 tahun antara Dwi Arif Yulianto melawan Andro Dewantara dimenangkan oleh Dwi Arif Yulianto 42 41.

Selanjutnya dilaporkan kalau turnamen Piala Ferry Raturandang-63 di Tegal mendapatkan perhatian cukup besar dari tokoh masyarakat Tegal. Terlihat hadir dan sempat menyerahkan hadiah kepemenang adalah Ketua Komisi C DPRD Kota Tegal Agil Riyanto SH yang disaksikan juga rekan rekan anggota DPRD Kota tegal lainnya. Kemudian secara sponstan dilanjutkan makan siang bersama. Hanya disayangkan sekali August Ferry Raturandang tidak sempat hadir di Tegal karena sedang menyiapkan pertandingan Davis Cup di Solo .

"Matur nuwun Mas Purnomo." ujar August Ferry Raturandang kepada Purnomo. Turnamen ini menyemarakkan kota Tegal dalam rangka kebangkitan tenis di Kota Tegal yang sudah mendaftarkan ke PP Pelti rencana 3 turnamen nasional di tahun 2009 di kota Tegal. Pendaftaran turnamen sudah diterima oleh PP Pelti dan sudah dimasukkan dalam kalender resmi PP Pelti.

Minggu, 15 Februari 2009

Berikan kesempatan Wasit Daerah

Jakarta, 15 Februari 2009. Perhelatan Davis Cup by BNP Paribas zone asia Oceania group 1 antara Indonesia dan Kuwait diselenggarakan di Solo. Kesempatan bagi masyarakat tenis di Solo ataupun kota lainnya untuk menikmatinya. Ini untuk pertama kali pelaksanan ini di Solo.
Kesempatan menonton maupun bertugas bagi para petenis yunior maupun wasit dan penyelenggara Davis Cup di kota Solo. Selama ini August Ferry Raturandang diberi tanggung jawab dalam pelaksanaan Davis Cup di Jakarta maupun kota lainnya seperti di Balikpapan dan Surabaya. Hanya Surabaya saja August Ferry Raturandang tidak ikut langsung ditempat cukup mengatur komunikasi dengan ITF dari Jakarta karena pelaksana di Surabaya sudah berpengalaman di turnamen WTA Tour Wismilak International.

Keberadaan Davis Cup by BNP Paribas di Solo, menurut saya seharusnya juga dinikmati oleh wasit wasit baik lokal dan nasional asal Solo. Tetapi justru wasit wasit dari daerah lain cukup aktif ingin bertugas di Davis Cup by BNP Paribas. Maklum saja ini event kejuaraan dunia beregu putra. Akibatnya saat ini dilaporkan ada 10 wasit asal Solo saja yang bertugas sedangkan lainnya berasal dari Semarang dan Jakarta, Surabaya.

Dalam percakapan dengan salah satu wasit Solo Dedy Adi Nugroho disela sela pertandingan Cigna Open 2009 di Hotel Sultan, ada informasi diberikan kalau Solo minim memiliki wasit lokal. Padahal Solo sudah sering sebagai penyelenggara turnamen nasional dan internasional yunior. Yang mana banyak melibatkan wasit wasit. Ternyata keberadaan turnamen nasional dan internasional belum berikan manfaat sepenuhnya terhadap tenaga SDM dikota tersebut.

"Kalau tidak ada kesempatan, kapan lagi bisa berkembang." ujarnya kepada Dedy Adi Nugroho. Yang menjadi pertanyaan, apakah wasit lokal sudah tidak diberikan kesempatan untuk maju.

Ayo FORKOPI tertibkan anggotanya !

Jakarta, 15 Februari 2009. Keberadaan Forum Komunikasi Orangtua Petenis Indonesia (FORKOPI) telah mendapatkan tempat di induk organisasi tenis Pelti. Buktinya telah diadakan pertemuan atas inisiatip FORKOPI di sekretariat PP Pelti tanggal 7 Februari 2009. Undangan pertemuan ditujukan kepada Ketua Ketua Bidang Pertandingan, Pembinaan Yunior dan Pembinaan Prestasi daerah PP Pelti sehingga saya selaku Wakil Sekjen tidak menghadirinya karena tidak diundang.

Hasil pertemuan dan materi pertemuan tidak diketahui sepenuhnya. Tetapi dengan pertemuan ini merupakan langkah awal yang baik bagi perkembangan petenis Indonesia khususnya petenis yunior. Dan ada perubahan perubahan dilakukan PP Pelti tentang permasalahan Seleknas 16 tahun sesuai dengan permintaan orangtua melalui pertemuan tersebut.
Selama ini banyak masalah masalah dikemukakan oleh para orangtua maupun pelatih pelatih dilontarkan kepada induk organisasi tenis Pelti. Penyampaiannya bermacam macam cara, tetapi yang jelas mayoritas penyampaian orangtua lebih cenderung kepada kepentingan putra putrinya sendiri. Hal ini sah sah saja, walaupun tidak memikirkan kepentingan petenis lainnya. .

Sekarang setelah pertemuan tersebut yang merupakan langkah awal yang bisa mendorong kemajuan atlet tenis yunior, apa kiranya yang bisa dilakukan FORKOPI. Sebagai salah satu pelaku tenis, saya merasa perlu FORKOPI untuk lebih berperan aktip kedalam untuk menampung aspirasi yang wajar untuk dibicarakan ke Pelti.
Ada salah satu orangtua petenis yunior yang tidak hadir dalam pertemuan tersebut menanyakan masalah yang sudah dibicarakan dalam pertemuan tersebut. Dan diminta agar hubungi FORKPOPI saja sehingga Pelti tidak perlu melayani satu persatu orangtua yang kurang puas atas kebijakan Pelti. Kelihatannya penjelasan dari FORKOPI belum bisa diterima sepenuhnya.

Selain itu menurut saya yang bisa dilakukan oleh FORKOPI adalah masalah yang tidak akan habis habisnya yaitu pencatutan umur dilakukan oleh anggotanya sendiri. Jika FORKOPI bisa mengatasi permasalahan ini tentunya induk organisasi bisa lebih konsentrasi ke hal hal yang lain. Sebaiknya hal ini tidak dilemparkan ke induk organisasi Pelti, tetapi sudah bisa dikerjakan oleh FORKOPI sendiri. Kembali kepada masing masing anggota FORKOPI sendiri, maukah lakukan anjuran ini, ataukah lebih baik dibiarkan sehingga ada bahan untuk kritik induk organisasi Pelti. Ya, terpulang kepada hati nurani masing masing bisa menjawabnya. Karena saya sendiri bukan anggota FORKOPI karena tidak adalagi punya anak anak yang masih bermain tenis diturnamen yunior. nanti kalau cucu saya sudah bisa main tenis maka saya akan bentuk forum baru untuk para cucu petenis alias pengurus forum opa dan om.

Klub Rasuna Inginkan Piala Ferry Raturandang

Jakarta, 15 Februari 2009. Permintaan datang dari Klub Rasuna disampaikan oleh salah satu Manajer Albert Polohindang disampaikan kepada August Ferry Raturandang, agar turnamen Piala Ferry Raturandang bisa diselenggarakan di Klub Rasuna Jakarta. Pelaksanaan turnamen Piala Ferry Raturandang sudah pernah dilaksanakan di Klub Rasuna, tetapi setelah terjadi konflik antara salah satu pengurus dari Grup Bakrie Yanuar Mangitung dengan August Ferry Raturandang maka atas instruksinya Piala Ferry Raturandang dilarang diselenggarakan di Klub Rasuna. Konflik ini bertambah lagi disaat Musyawarah Nasional Pelti 2007 di Jambi ketika SMS August Ferry Raturandang kepada Albert Polohindang diteruskannya kepada Yanuar. SMS tersebut menceritakan kegagalan Ical Bakrie sebagai Ketua Umum PP Pelti akibat ulah dari Yanuar sendiri.

Ketika hal ini disampaikan oleh August Ferry Raturandang kepada Albert Polohindang, ternyata dikatakan saat ini ada manajemen baru sehingga klubnya sudah berubah namanya bukan lagi Klub Rasuna. “ Bos baru itu bule.”
Disamping itu juga disampaikannya kalau dari manajemen baru ini menghendaki diarena TDP bisa bekerjasama untuk promosi klub tersebut. “ Ya, ajukan saja surat ke PP Pelti keinginan kalian.” ujarnya kepada Albert Polohindang.

Masalah penawaran digunakannya lapangan tennis Rasuna untuk pelaksanaan Piala Ferry Raturandang, akan dipikirkan kembali sehingga bisa diselenggarakan diberbagai tempat.

Jumat, 13 Februari 2009

" Apa syarat Turnamen itu menjadi TDP ? "


Jakarta, 13 Februari 2009. Pagi ini saya kedatangan rekan Hudani Fajri yang juga Wakil Ketua Bidang Pembinaan Prestasi Daerah PP Pelti. " Om dikomentar situs Pelti cukup rame soal turnamen tanpa Referee. Seharusnya Bidang Pertandingan yang menanggapinya." Dia juga menanyakan masalah Turnamen Diakui Pelti. "Apa syarat turnamen itu menjadi TDP ", ujarnya. Ini penting sekali karena tidak semua pelaku tenis tahu aturannya, padahal di situs Pelti ( www.pelti.or.id) sudah ada ketentuan TDP tersebut, caranya klik saja Turnamen, maka bisa dipilih atau klik ketentuan TDP.

Untuk itu perlu dijelaskan kepada seluruh pelaku tenis apa yang dimaksudkan Turnamen Diakui Pelti. "Syarat pertama adalah mengisi Formulir Pendaftaran TDP yang disediakan oleh PP Pelti. Kemudian dikirimkan ke PP Pelti setelah diketahui oleh PengProv Pelti setempat untuk didaftarkan. Setelah itu kewajiban berikutnya adalah membayar sanction fee yang besarnya Rp. 500 ribu untuk turnamen yunior nasional dan untuk turnamen kelompok umum nasional sebesar 10 % dari total prize money ( dibawahRp. 60 juta) dan 6 % dari prize money jika totalnya diatas Rp 60 juta. Ini persyaratan administratipnya." jawaban saya kepadanya. Disamping itu pula yang penting pengajuan TDP dilakukan sebelum turnamen berjalan, karena Ketua Uumm PP Pelti yang akan keluarkan SK TDP tidak akan menandatangani kalau sudah berlangsung turnamennya.

Perlu juga diketahui kalau sudah terdaftar maka kewajiban berikutnya adalah mengikuti Ketentuan TDP yang harus diikutinya antara lain harus ada Referee yang akan ditunjuk oleh PP Pelti. Bisa saja penyelenggara mengajukan usulan nama Referee yang bertugas, tetapi penentu terakhir adalah PP Pelti. Begitu juga penggunaan bola harus yang sudah terdaftar di PP Pelti (Official Ball Pelti)

Setelah itu ada yang harus diingat bahwa TDP ada dua juga selain TDP Nasional dan TDP Internasional yaitu TDP yang Peringkat dan Non Peringkat. Sebagai contoh TDP Peringkat setiap Turnamen yang dikaitkan dengan Peringkat Nasional Pelti, seperti turnamen Kelompok Umur 14 tahun, 16 tahun, 18 tahun dan kelompok Umum dan Veteran. "Yang mana TDP Non Peringkat ?"
TDP Non Peringkat artinya yang tidak ada kaitannya dengan PNP seperti KU 12 tahun, 10 tahun maupun 8 tahun (kalau ada pertandingan). Begitu juga turnamen2 yang bersifat pertandingan profesi atau turnamen instansi-instansi bisa dimasukkan TDP Non Peringkat. Saat ini menurut saya, masyarakat hanya mengetahui semua TDP ada kaitannya dengan PNP. Sehingga belum ada turnamen instansi atau profesi yang mengajukan sebagai TDP ke PP Pelti. Yang ada hanya pemberitahuan aktivitas tersebut saja.

Kamis, 12 Februari 2009

Mimpi-mimpi Turnamen Nasional Mendatang


Jakarta, 12 Februari 2009. Mulai dari “mimpi mimpi” saya untuk kedepan Indonesia akan memiliki sekitar 450 turnamen nasional. Mimpi ini sudah ada sejak tahun 1990 sewaktu duduk sebagai Manajer Program Pertandingan PB Pelti .

Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah mungkinkah ? Semua pihak akan menjawab
“ tidak mungkin “, atau “sangat tidak mungkin “. Kenapa demikian ?
Bagi masyarakat yang tidak peduli akan pertenisan cukup melontarkan ketidak senangannya atas rencana yang sangat fantastis tersebut, tidak merasakan dambaan bagi petenis yunior dimana saat ini sebagian besar petenis senior sudah mulai merasakan nikmatnya dalam kehidupan di pertenisan. Makin banyak turnamen bagi petenis diatas usia 18 tahun sudah sangat berbahagia sekali dengan adanya turnamen turnamen berhadiah jor joran mulai dari Rp. 75 juta sampai dengan Rp. 500 juta.
Sebagai contoh, betapa indahnya Dewi Fortuna (nama petenis) yang bisa menikmati uang dalam waktu kurang dari 1 jam bisa menghasilkan Rp. 728 ribu. Hal yang sama untuk petenis putra diturnamen ini bisa menikmatinya Rp 790 rb jika kalah dibabak pertama. Ikut babak utama turnamen Cigna Open 2009 di Hotel Sultan Jakarta, kalah dibabak pertama sudah bisa menikmatinya. Begitu juga sosok Christopher Rungkat diakhir tahun 2008 karena ikut Masters Indonesia keluar sebagai juara bisa mengantongi lebih dari Rp. 100 juta. Fantastik sekali diusia 18 tahun saat itu bisa menikmati uang sebesar itu.

Tetapi dasar pemikiran saya masih ada kemungkinan, asal semua pihak baik rekan rekan Pelti di tingkat Provinsi dan Kota/Kabupaten maupun Klub klub tenis menyadarinya dan ikut berperan serta.
Saat ini ada 33 Pengurus Provinsi Pelti diseluruh Indonesia, dan 483 kabupaten dan kotamadya diseluruh Indonesia. Dari jumlah kepengurusan ini, saya melihat ada peluang besar jika setiap Pelti memiliki 1 turnamen nasional. Berati lebih dari 400 turnamen. Apakah lapangan tenis sudah tersedia di daerah daerah tersebut. Saya yakin sekali ditingkat kabupaten dan kotamadya sudah ada lapangan tenis, baik itu peninggalan Belanda ataupun yang baru dibangunnya.

Tetapi yang membuat kaget juga, datang berita kalau satu turnamen nasional yunior (Puputan Junior) di Bali minta absent tahun ini karena ada kesibukan Kejurda. Apakah ini akan mengganggu mimpi mimpi tersebut ? Mudah mudahan tidak, karena secara diam diam saya sudah menjalin dengan orangtua di Bali untuk adakan turnamen nasional. Langkah pertama adalah mencari sponsor dulu baru mereka akan kontak saya. Begitu juga Bakrie Group melalui Tony Sangitan sudah merencanakan 2 turnamen nasional di Jawa Tengah dan DIY. Disamping itu pula akan digarapnya di Medan dan lain lain kota di Sumatra. Maluku yang sudah cukup lama tertidur walaupun saat ini Pelti Maluku dikomado oleh mantan petenis top Maluku, terdengar mulai mencari solusi untuk ada turnamen nasional. Kalau melihat adanya semangat dari luar Pelti dan rekan rekan Pelti maka saya sangat optimis jika akan ada kecendrungan kenaikan aktivitas turnamen di Indonesia mulai menyebar. Yang jadi pertanyaan adalah Sulawesi, karena baru Sulawesi Utara dan Selatan yang ada kegiatan turnamen nasional/internasional. Ini tunggu waktunya saja.
Agar mimpi mimpi ini terwujud, kita harus bisa melihat kendala kendala yang ada selain DANA yang merupakan cerita klasik.
Mulai dari internal problem. Saya melihat dilapangan selama jalan jalan keluar kota, banyak pihak belum tahu bagaimana memulainya. Sedangkan induk organisasi didaerah tersebut juga belum mendukungnya terutama memberikan solusinya. Saya sering minta kepada rekan rekan didaerah jika duduk dalam kepengurusan Pelti setempat agar tidak menjadi penghambat, tetapi justru sebagai motivator bagi pelaku pelaku tenis diwilayahnya. Saya sendiri baik secara pribadi maupun dalam kapasitas di Pelti akan sangat membantu jika ada yang alami kesulitan. Begitu juga permasalahan dana yang bisa diatasinya dalam pemecahannya. Bukan berarti saya bisa carikan dananya karena saya sendiri bukan sinterklas

Piala Ferry Raturandang Minta di Matikan


Jakarta, 12 Februari 2009. Beberapa minggu silam saya sedikit kaget dan terkejut ketika diminta untuk menghentikan turnamen Piala Ferry Raturandang digantikan dengan turnamen dengan nama lain. Alasannya disebutkan ada conflict of interest. Padahal saat ini sedang menggalakkan turnamen tenis yunior didaerah daerah terutama daerah yang sangat dan amat minim turnamen tenis yunior. Bisakah Anda bayangkan bagaimana perasaan saya saat itu. Bukan Pelti yang minta dihentikannya. Induk organisasi tenis PELTI tidak mungkin menghendaki turnamen ini dihentikan karena turnamen ini merupakan salah satu program pengembangannya. Turnamen yang diselenggarakan oleh pihak luar non Pelti tentunya akan dapat respons positip dari induk organisasi Pelti. Turnamen Persami(pertandingan sabtu-minggu) yang sejak tahun 1996 dijalankan sendiri setiap bulannya secara rutin diselenggarakan sampai saat ini dan setelah itu menggunakan nama Piala Ferry Raturandang karena permintaan salah satu orangtua peserta dan sekarang sudah memasuki ke 63 kalinya di Cirebon. Kota kota yang sudah dijalankan program Persami (Piala Ferry Raturandang) ini langsung sendiri turun di Palembang, Cilegon, Bandung, Jakarta, Sidoarjo, Singaraja , Manado, Balikpapan, Palangka Raya dan Cirebon. Saat itu ada perasaan marah, tetapi karena yang minta adalah salah satu teman sendiri maka hanya senyumlah yang bisa diberikan. Ya, senyum kehancuranlah.

Beberapa tahun lalu memang ada permintaan yang lebih bijaksana yaitu agar dibuatkan turnamen nasional (TDP) Piala Ferry Raturandang sebagai peningkatan turnamen Persami. Bukan sebaliknya. Tetapi permintaan itu saya tolak karena nama Piala Ferry Raturandang sudah identik dengan turnamen Persami sebagai solusi minimnya turnamen dimana Piala Ferry Raturandang bisa berlangsung tanpa sponsor. Bahkan semangat selenggarakan Persami sudah ditularkan kepada rekan rekan lainnya baik di Jakarta, Jawa Tengah, Surabaya, Medan, Lampung, Makassar sudah dijalankan walaupun tidak rutin setiap bulan.
Kalau mau masuk ke turnamen yang kelasnya lebih tinggi (TDP) maka namanya bukan Piala Ferry Raturandang tetapi akan menjadi TDP Piala RATURANDANG asalkan mendapat sponsor. Saya sabar menunggu datangnya sponsor TDP tersebut. Saya yakin dan percaya suatu saat mimpi saya bisa dapatkan sponsor sehingga membawa nama Piala Jooce RATURANDANG sebagai penghormatan tehadap ayah sendiri yang telah membawa saya dan adik2 ke tenis.

Bagaimana mungkin Piala Ferry Raturandang dihilangkan sedangkan saat ini petenis yunior sangat membutuhkan sarana turnamen. Makin banyak petenis sebagai new comer ditingkat grass root sangat butuh ajang bermain ini untuk meningkatkan kecintaan terhadap pemainan tenis ini. Ada kepuasan tersendiri jika adakan Piala Ferry Raturandang seakan akan tetap muda saja. Bisakah Anda bayangkan, anak anak, kedua orangtuanya kalau panggil saya adalah OM, tidak ada yang panggil OPA kecuali anaknya Aga Soemarno. Begitu pula jika berjalan jalan ditempat umum jika ada yang panggil Om Ferry, so pasti anak anak itu peserta Piala Ferry Raturandang. Kalau keponakan sendiri sudah besar besar bahkan sudah berkeluarga. Nah, inilah yang tidak akan didapat kecuali di turnamen tenis yuior Piala Ferry Raturandang.

Menurut saya sendiri , mungkin Jakarta sudah tidak perlu diadakan Piala Ferry Raturandang, karena sudah banyak rekan rekan seperti Sekolah Tenis KTC (Kemayoran),Rasuna Club, YBTA, hanya agak tersendat sendat pelaksanaannya. Yang menjadi pertanyaan, kenapa mereka ini tidak bisa rutin seperti yang saya lakukan. Menurut saya mereka ini sangat tergantung kepada sponsor, dan juga tidak menyelami dalam menjalankannya. Disamping itu pula pelaksnaannya terlalu banyak orang yang dilibatkan. Makin banyak orang yang dilibatkan maka makin ribet.
Saya sendiri tidak mau tergantung kepada sponsor, karena jika ada ketergantungan disuatu saat sponsor berhenti (karena tidak ada sponsor yang akan kerjasama terlalu lama), maka akan ada kesulitan. Sedangkan saya menyadari kalau turnamen itu adalah kebutuhan bagi atlet tenis khususnya petenis cilik atau yunior, bahkan yang senior sekalipun. Bagaimana dengan Piala Ferry Raturandang selama ini, apakah pernah dapat sponsor ? Memang pernah yaitu dari INDOMILK, OREO, INDOBALL dengan berikan produk susu Indomilk kue Oreo dan bola tenis Indoball. Tetapi pernah juga menerima uang kontan dari Bapak Jahja T Tjahjana dari Bandung dan langsung dibelikan voucher isi ulang Simpati, XL, Mentari dan M3 yang diberikan kepada pemenang turnamen Piala Ferry Raturandang

Setiap jalan jalan keluar kota, saya selalu menawarkan kerekan-rekan didaerah turnamen Piala Ferry Raturandang, asalkan dikota tersebut ada 3-4 lapangan dalam satu lokasi. Kenapa satu lokasi butuh minimal 3-4 lapangan karena lebih mudah selenggarakannya.
Begitu tahu mereka bisa dapatkan sponsor maka langsung ditawarkan selenggarakan turnamen nasional yunior. Ya, Puji Tuhan karena sudah ada hasilnya yaitu turnamen nasional yunior d Pekanbaru, Samarinda,Balikpapan dan Tarakan. Sedang menunggu giliran di Tenggarong, Cirebon dan Tegal. Semoga semua keinginan saya ini bisa terealiser sehingga petenis yunior dikota kota tersebut bisa meningkatkan prestasinya.
Saya tidak mau terjadi seperti sewaktu saya masih yunior, karena waktu itu hanya ada turnamen nasional yunior di Malang, Bandung (Pasir Kaliki sudah digusur) dan Jakarta (sekarang Tm Ismail Marzuki) saja. Zaman sudah berubah.

Persiapan Revisi PNP

Jakarta, 12 Februari 2009. Tepat sudah setahun lalu bergulirnya www.afraturandang.blogspot.com kepermukaan dunia maya dilakukan August Ferry Raturandang sendiri untuk mencatat seluruh kejadian kejadian yang belum diketahui oleh masyarakat tenis di Indonesia. Banyak pihak setelah membaca dari awal menyatakan langsung kepadanya tidak menyangka selama ini sudah lama terjadi ketidak cocokan antara pelaku pelaku tenis sendiri sehingga yang jadi sasaran tembak adalah induk organisasi tenis yaitu PELTI, khususnya Pengurus Besar yang telah menjadi Pengurus Pusat Pelti.Begitu juga masuknya SMS ketepon selulernya menyatakan terima kasih bisa mengetahui berbagai peristiwa dipertenisan nasional yang tidak pernah terungkap dimedia massa.
Tetapi setelah berjalan berbulan bulan, akhir akhir ini justru cemohan yang muncul dilampiaskan ke situs resmi Pelti yaitu www.pelti.or.id. Ada keisengan yang diungkapkan sebagai bentuk kecemburuan atau sirik istilah lainnya atas semua apa yang diungkapkannya dalam blogger ini. Bahkan ada yang mempertanyakan maksud dan tujuan membuat blogger ini, yang sebenarnya sudah diungkapkan dalam tulisan sebelumnya. Untungnya semua itu dianggap sepi oleh August Ferry Raturandang sendiri, dengan memiliki resep cukup jitu sehingga tidak mempan dari berbagai serangan melalui komentar negatip kepadanya.

Pagi ini, saya diundang oleh Grace Lumenta yang menangani masalah peringkat didalam komitenya untuk melanjutkan pertemuan revisi Peringkat Nasional Pelti. Hadir juga Danny Walla, Slamet Utomo, Johannes Susanto, Christian Budiman dan Harmony Ginting yang dalam hal ini sedang mempersiapkan konsep perubahan Peringkat Nasional Pelti (PNP). Melihat personalia yang hadir teringat pula sewaktu tahun 1989 disaat kepengurusan PB Pelti dengan Ketua Umum Moerdiono, dimana mempersiapkan launching PNP yang pertama kali dibuat Pelti, juga melibatkan Danny Walla, Grace Lumenta dan August Ferry Raturandang. Waktu itu sama sama duduk di Bidang Pembinaan PB Pelti dengan Ketua Bidang Ponco Sutowo bersama dr. Nico Lumenta sebagai konseptor PNP.

Selaku penanggung jawab Grace Lumenta memberikan masukan masukan agar beberapa poin diubah atau dihilangkan sama sekali. Karena PNP yang diakui oleh Pelti adalah untuk KU 14 tahun, 16 tahun dan 18 tahun untuk kelompok yunior. Dalam proposal diajukan kelompok 8 tahun, 10 tahun dan 12 tahun. Saya sendiri kurang sepakat, karena ada beberapa pertimbangan seperti dilakukan oleh ITF (International Tennis Federation). Ada batasan bagi petenis yang boleh ikuti KU 12 tahun sudah harus berusia 10 tahun. Ini menutup kemungkinan usia 8 tahun bertanding di KU 12 tahun. Begitu juga ada pembatasan KU 18 tahun atau kelompok umum , bisa diikuti oleh petenis yang sudah berusia 14 tahun.
" Maksud ITF sendiri ada dalam hal ini, ditingkat usia dini lebih mementingkan fun bagi petenisnya, sehingga tidak perlu faktor kompetisi yang ditonjolkan. Ini penting dan harap dimengerti semua pihak. Jika ada yang mau membuat peringkatnya sah sah saja. Tapi tidak oleh Pelti yang lebih banyak mengacu ke ITF." ujar August Ferry Raturandang. Hal ini bisa diterima yang hadir.

Disamping itu juga Grace menanyakan masalah siapa yang akan meng-update hasil turnamen tersebut. Ketika oleh Harmony dikatakan bisa dilakukan oleh Referee langsung on line dari tempat pertandingan. Tapi hal ini kurang disetujui oleh August Ferry Raturandang karena juga mengacu ke ITF. Setiap Referee harus mengirimkan hasilnya ke ITF bukan langsung meng-updatenya. Pelti selaku penanggung jawab TDP harus bisa menyeleksi dan menentukan turnamen itu termasuk TDP. "Bukan ditentukan oleh Referee."

Diakui oleh Grace sendiri kalau sebagai penanggung jawab TDP, seharusnya semua hasil pertandingan dikontrol oleh Pelti, karena Referee itu bukan pengurus Pelti tetapi ditunjuk oleh Pelti dalam melaksanakan TDP tersebut.

Rabu, 11 Februari 2009

Berapa Anggaran Turnamen Nasional ?


Jakarta, 11 Februari 2009. Jalan jalan kedaerah selama ini , August Ferry Raturandang sering mendapatkan pertanyaan disaat mengkampanyekan turnamen tenis dikota kota tersebut. Hal ini dilakukannya saat ke Palangka Raya, Samarinda dan Cirebon. Bahkan pula disaat bertemu ataupun berkomunikasi dengan rekan rekan pecinta tenis dari daerah selalu mendapatkan jawaban yang sama. Dan pula jawaban ini tentunya diluar dugaan mereka.

Tidak ingin kejadian terulang kembali seperti tahun 1995 disaat mau selenggarakan Turnamen Nasional Piala Thamrin di Jakarta, August Ferry Raturandang yang tidak bertugas di PB Pelti, menelpon ke administrator Turnamen PB Pelti Sdr Zulkarnain.
" Saya mau buat turnamen nasional tapi tidak punya uang." Ingin dapatkan solusi disaat ada kesulitan sehingga bertanya ke induk organisasi paling tinggi di Indonesia yaitu PB Pelti.
Jawaban yang didapat sungguh sangat diluar dugaan , karena diberikan oleh induk organisasi Pelti ditingkat Pusat. Jawabannya adalah jika tidak ada uang jangan bikin turnamen. Bisa dibayangkan ! Sehingga saat itu juga marah kepada Zulkarnaen. "Kamu jangan sekali kali menjawab seperti itu, apalagi kamu di PB Pelti. Jawaban itu bukan solusinya. Orang bertanya untuk mendapatkan solusi. Jawaban itu sangat mematikan niat orang mau buat turnamen, yang jelas jelas kebutuhan atlet." Seharusnya ditanyakan masalahnya. Mulailah melihat rincian anggarannya, dan berikan solusi dalam mengatasi anggaran tersebut yang kadang kala sangat di mark up tinggi tinggi.

Mengatasi masalah Piala Thamrin saat itu, langsung muncul akal untuk mendapatkan perhatian. Dibuatlah Press Release tentang penyelenggara Piala Thamrin kesulitan mendapatkan dana. Dan hasilnya ternyata benar benar menakjubkan. Langsung hari itu juga terima telpon dari beberapa pejabat yang akan membantunya.

Sehingga sekarang jika mendapatkan pertanyaan seperti diatas maka jawabanya adalah
" berapa kemampuan Anda mendapatkan sponsor, karena saya bisa selenggarakan turnamen nasional sesuai kemampuan Anda." Ini jawaban yang sangat tepat membuat niat rekan tersebut masih tetap menyala nyala, bukan langsung padam saat itu pula.
Karena banyak sekali sektor-sektor yang bisa dihilangkan tetapi tidak mengganggu jalannya pertandingan tanpa menyalahi ketentuan yang dibuat induk organisasi tenis (Pelti/ITF).

August Ferry Raturandang diundang ke Surabaya oleh salah satu pecinta tenis untuk bertemu dengan salah satu calon sponsor yang bekeinginan selenggarakan turnamen nasional di Surabaya, tetapi masih mencari waktu yang lowong. Maklum jadi "PENGACARA" artinya PENGANGGURAN BANYAK ACARA

Ada Sponsor Pilihlah Turnamen Nasional


Jakarta, 11 Februari 2009. Akhir akhir ini August Ferry Raturandang rajin berjalan jalan keluar kota sebagai hiburan melepaskan penat selama berada didalam kota metropolitan Jakarta. Dari perjalanannya itu sekalian memanfaatkan melihat pertenisan daerah. Semua daerah yag dikunjunginya mayoritas sangat lemah kegiatannya , terutama kegiatan turnamen tenis yunior. Keadaan ini sama seperti situasi beberapa puluh tahun silam disaat masih sbagai petenis yunior. Kenapa masih terjadi situasi dizaman sekarang. Ini yang tidak berkenan didalam hatinya. Melihat minimnya kegiatan turnamen tenis yunior, dimanfaatkan olehnya untuk terjun langsung dengan memberikan contoh bagaimana selenggarakan turnamen tenis mulai dari kelas Persami (Pertandingan Sabtu-Minggu) .
Awalnya ada ketidak percayaan dari rekan rekan didaerah terhadap idea gila darinya. Karena sudah tidak sabar lagi untuk menunggu realisasinya maka langsung terjun kedaerah tersebut untuk selenggarakan Piala Ferry Raturandang yang perencanaannya cukup 3-5 hari diselesaikan langsung dengan berikan informasi gunakan SMS yang lebih cepat.

Ada lagi yang mengeluh karena hambatan datangnya dari rekan rekan di organisasi Pelti sendiri didaerah tersebut. Ketika diminta konfirmasi siapa person yang menghambatnya, jawaban yang diterima kurang jelas juga karena hanya melihat kalau person tersebut yang sering dilihat dalam kepanitiaan turnamen nasional.Ini masalahnya, kemungkinan bukan anggota pengurus Pelti tetapi anggota kepanitiaan yang banyak bukan duduk sebagai anggota Pengurus Pelti. Bukan berarti tidak ada, ternyata dugaan ini memang ada. Rekan rekan seperti ini perlu diberi pengertian yang baik.

Selama ini dalam kunjungan jalan jalan kedaerah ini, August Ferry Raturandang lebih cenderung agar diselenggarakan turnamen nasional yunior dibandingkan Persami Piala Ferry Raturandang. Karena ada sponsor. Piala Ferry Raturandang tidak gunakan sponsor. Itu bedanya. Lebih sedih lagi kadang kadang dipaksakan harus gunakan tenaga pelaksana dari Pelti. Ini pendapat yang salah. Kenapa harus TDP ?Banyak keuntungan jika turnamen dijadikan turnamen nasional (TDP) , yaitu turnamen tersebut mempunyai daya tarik lebih, salah satunya adalah lebih mudah mendapatkan sponsor turnamen, begitu juga mendapatkan pesertanya. Mudah diketahui seluruh masyarakat tenis karena langsung masuk Kalender Turnamen Nasional Pelti

Sesuai ketentuan TDP disebutkan setiap TDP harus ada tenagaReferee yang ditunjuk oleh PP Pelti, penyelenggara hanya diperkenankan merekomendasikannya. Tenaga pelaksana lainnya diserahkan sepenuhnya kepada penyelenggara untuk memilihnya. Begitu juga tenaga wasit, penyelenggara dipersilahkan memilih tenaga wasit sendiri kecuali turnamen internasional yang ada kriteria menggunakan wasit internasionalnya.
Jika dikatakan TDP tanpa gunakan Referee, maka pendapat itu salah besar. Andaikan dikatakan TDP tetapi tidak ada Referee yang ditunjuk oleh PP Pelti, maka turnamen tersebut so pasti bukan TDP. Sedangkan PP Pelti menunjuk Referee berdasarkan latar belakang sebagai wasit Pelti. Dunia tenis internasional tenaga Referee itu harus mengikuti pendidikan Referee dan juga berlatar belakang wasit dulu jenjangnya. Saat ini ada dua macam wasit Indonesia yaitu wasit nasional dan wasit internasional. Wasit Internasional yang dimilikinya diarahkan menjadi Referee Nasional, tetapi tidak semua wasit internasional ini punya kemampuan sebagai Referee Nasional. Ada juga 2-3 wasit nasional yang punya kapasitas sebagai Referee dan sudah menjalankan TDP tersebut.

Berbeda dengan Persami yang bukan TDP, tidak diperlukan referee, karena ini merupakan program pengembangan bukan program bidang pertandingan. Dan perhitungan Peringkat Nasionalnya juga berbeda sangat jauh dengan TDP.

Hilangkan Kesempatan dan Keberuntungan


Jakarta, 11 Februari 2009. Seminggu ini cukup hangat dengan berita berita dimedia massa tentang tidak ikut sertanya petenis putri papan atas di turnamen nasional Cigna Open 2009 di Jakarta. Siapakah petenis papan atas putri itu. Ternyata yang dimaksud adalah Sandy Gumulya, Ayu Fani Damayanti, Lavinia Tananta. Kemanakah mereka ? Kemarin ketemu di Press Conference Tim Fed Cup Indonesia di kantor PP Pelti di Senayan.

Ketiga petenis tersebut bersama Jessy Rompies baru kembali dari Perth Australia mengikuti Kejuaraan Dunia Beregu Putri Fed Cup by BNP Paribas zone Asia Oceania grup 1 dan berhasil menjadi peringkat 4 . Sesuai dengan targetnya.

Apa sih yang diributkan ? Yaitu penyelenggara Turnamen Cigna Open kecewa tidak diikuti oleh ketiga petenis tim Fed Cup. Turnamen ini telah memasuki tahun ke-10 pelaksanaannya. Kenapa demikian ? Melepas kesempatan mendapatkan uang melalui turnamen ini dengan prize money total Rp. 280 juta. Begitu juga rekan rekan PP Pelti yang sangat menghendaki ikut di turnamen ini.
Tetapi kenapa mereka tidak dipaksakan ikut seperti pendapat rekan rekan dari luar PP Pelti. Terlepas dari alasan ketidak ikutsertaan, PP Pelti sangat menghormati sekali atlet tenis. Lihat kepada Pokok pokok program kerja PP Pelti 2007-2012 jelas ada disebut program kemandirian sebagai puncak dari seluruh program yang seperti kerucut. Paling dasar adalah program kepelatihan kemudian paling atas adalah program kemandirian. Artinya setiap atlet ditujukan menjadi atlet profesional. Sehingga sangat menghormati hak azasi atlet sendiri.
Pernah ada yang menanyakan kepada August Ferry Raturandang, kenapa atlet yang tidak mau membela nama negara tidak dihukum. Ini pertanyaan muncul karena ditahun 1990-1992 pernah kejadian salah satu petenis Joice Riana Sutedja asal Cirebon dikenakan sangsi hukuman 2 tahun diskors oleh Pengurus Besar Pelti. Hanya karena Joice lebih mementingkan program tour turnamennya ketika diminta bergabung ke tim nasional yang ditolaknya. Ini kekeliruan yang telah dibuat sehingga saat itu juga Joice meninggalkan dunia tenisnya bersama adiknya Diana Sutedja. Keduanya sekarang kembali ke kota asalnya yaitui kota udang CIREBON dan telah berumah tangga. Informasi di Cirebon mengatakan Joice masih aktip main tenis tetai Diana sudah tidak pernah bemain tenis di lapangan SAKAPURA.
Menurut August Ferry Raturandang yang semenjak tahun 2002-2007 kepengurusan PB Pelti dan dilanjutkan periode 2007-2012 PP Pelti duduk sebagai Wakil Sekjen, sering bergaul dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PELTI. Walaupun bukan berlatar belakang hukum, tidak menemukan pasal pasal yang bisa menghukum atlet jika menolak bergabung. Hal yang sama juga pernah ada petenis nasional tidak mau bergabung dengan tim Davis Cup Indonesia, oleh PP Pelti tidak dikenakan sangsi.

Jadi melihat progra kemandirian dan juga AD & ART Pelti yang sangat menghormati hak dari atlet tenis, maka tidak ada alasan yang kuat untuk bisa menghukum atlet tenis.
Mengenai kasus diatas, tentunya PP Pelti hanya bisa menghimbau kepada atletnya saja.

Pelti sangat sulit mendapatkan sponsor, sehingga segala upaya akan diberikan kepada sponsor agar tidak kecewa. Tetapi dalam hal ini sudah tidak bisa berbuat apa apa.Hanya bisa menyayangkan sekali, atlet tenis tidak mau memanfaatkan kesempatan yang ada didepan mata begitu juga atletnya kehilangan keberuntungan yang bisa didapat dari turnamen ini dengan hadiah uang cukup besar, tanpa keluar beaya besar dibandingkan harus bertanding jeluar negeri

"Apa tugas bidang pengembangan ?"


Jakarta, 11 Februari 2009. "Mau tanya ya, bidang pengembangan itu kerjanya apa ya." ujar Harmony Ginting kepada Wakil Ketua Bidang Pengembangan PP Pelti Slamet Utomo disela sela nonton turnamen tenis Cigna Open 2009 di hotel Sultan. Pertanyaan diselingi guyon guyon sebelumnya, dan langsung dijawab dengan guyonan juga oleh Slamet Utomo. " Yang mau dikembangkan itu apa ? ". Tertawalah semua yang ada disekitar pembicaraan santai , Johannes Susanto, Christian Budiman, Diko Moerdono dan August Ferry Raturandang. Oleh Johannes Susanto langsung ditanggapi . " Musim hujan begini yang dikembangkan sendiri bunga bunga, tanaman."

Muncul lagi pertanyaan dari Diko Moerdono kepada Harmony Ginting." Siapa ya petenis yunior kita yang berperingkat tertinggi." Langsung secara guyon pula dijawabnya, kalau dia tidak tahu karena punya anak putra. Tapi karena tidak mau kalah langsung disampaikan kalau dia itu Ketua Forkopi (Forum Komunikasi Orangtua Petenis Indonesia). " Ya itulah hanya ngurusin orangtua nya, bukan anaknya." ujarnya tidak mau kalah karena suasana saat itu cukup senang semuanya saling ledek. Semua yang mendengar langsung tertawa.

Sebelumnya Diko Moerdono mengajak Christian Budiman dan August Ferry Raturandang menonton pertandingan Cigna Open sekalian bertemu dengan tim Davis Cup yang sedang ikuti pertandingan. "Gua mau telpon Santo biar datang dan kita makan makan lagi." ujar Diko. Langsung Christian tilpon Susanto untuk segera meluncur ke hotel Sultan nonton pertandingan tenis Cigna Open 2009. Memang betul tidak lama kemudian datanglah Johannes Susanto.

Kalau secara internasional tidak ada perbedaan antara pembinaan dan pengembangan. Itu hanya satu yaitu " development ", dimana di Indonesia dibagi dua yaitu pengembangan dan pembinaan. Bahkan pembinaan awalnya dibagi dua yaitu pembinaan yunior dan pembinaan senior. Tapi periode 2007-2012 ditambah satu lagi yaitu pembinaan prestasi daerah yang akan menangani sentra sentra pembinaan daerah. Sentra sentra ini ditangani oleh pelatih pelatih aktif dibawah komandannya Tintus Arianto Wibowo dengan wakil ketuanya Hudani Fajri. Anggotanya adalah Bonit Wiryawan (Surabaya), Bunge Nahor dan Eko Yuli (Jambi)

Program dari bidang pengembangan adalah mini tenis dan play & stay tennis, coaching clinic, penataran pelatih, penataran wasit, bea siswa, Persami dll.
Dalam kunjungan kedaerah daerah, August Ferry Raturandang selalu menawarkan kepada klub atau Pelti setempat program program pengembangan ini. Terakhir kalinya sewaktu berada di Cirebon, bertemu dengan Sekretaris Pengkot Cirebon Dien Hendra dan Karman sebagai pembianaan. Program yang ditawarkan adalah Program Mini Tenis. Induk organisasi Pelti menyediakan tenaga pelatih dan peralatannya (bola, raket dll). Mereka diminta kontak Diknas setempat untuk menyediakan guru guru sekolah dasar, akan dilatih selama 2 hari penuh.