Minggu, 30 Maret 2008

Pelajaran Mengenai MOVEMENT


Menonton pertandingan tenis sangat berbeda jika melihat turnamen nasional dibandingkan turnamen internasional. Beda dalam kualitas tehnik terutama speed dan powernya. Saat ini tenis sudah harus ada speed dan power. Jika tidak maka hasilnya seperti saat ini. Kemajuan tenis dunia itu sangat pesat. Banyak factor yang menunjang kemajuan pertenisan dunia. Dimana letak kelemahan petenis Indonesio. Ini yang sangat perlu mendapatkan perhatian.
Kelemahan mendasar bagi petenis adalah footwork, sehingga akibat lambannya membuat lebih banyak menunggu, bukan menjemput bola di era speed and power game yang sedang berkembang saat ini. Ini salah satu pengamatan pribadi AFR selama ini Coba kita perhatikan sekali pergerakan dari setiap petenis, maka akan terlihat sangat berbeda satu sama lainnya. Bahkan ada yang sangat lamban karena sejak awal tidak diajarkan.

Setiap pukulan akan menghasilkan kecepatan yang berbeda, demikian pula dengan perputaran bola (spin) dan penempatan bolanya. Harus diingat pula Olahraga tenis merupakan olahraga yang banyak bergerak sehingga semua pergerakan ini perlu sekali melalui suatu proses latihan.
Mencoba mengutip salah satu tulisan dari Feisal Hassan USPTA Master Professional. Dia mengatakan kalau beberapa factor didalam tennis movement
Yaitu pertama Persception, bagaimana cepatnya dan kemampuan petenis melihat bola yang lepas dari raket lawannya dan menebak arah dan kecepatan bolanya.
Kedua Decision, bagaimana cepatnya petenis memproces informasi yang dilihat dan segera memutuskan apa yang harus dilakukan.
Ketiga, Reaction speed, betapa cepatnya syaraf memberikan signal untuk proses dari otak ke otot.
Keempat Action speed, betapa cepatnya petenis membuat langkah pertama
Kelima Adjustment to the ball, kemampuan petenis membuat penyesuaian sebagai penerima bola sehingga dapat menyeimbangkan seluruh stroke/pukulan.
Dikatakan pula hasil statistic menunjukkan bahwa 70 % kehilangan pukulan disebabkan karena jeleknya footwork Untuk tenis yang penting bukannya betapa cepatnya Anda tetapi betapa cepatnya menuju bola yang datang.
Mengatasi hal ini ternyata bisa dilatih, yaitu caranya dengan improving foot speed, agility, changing footwork pattern dan speed endurance

"Improving Foot Speed"
Caranya,
starting ability, acceleration, stride rate and stride length. Ketiga komponen ini berlaku juga
untuk semua cabang olahraga. Sebagai contoh pelatih (sprinter) jarak dekat dicabang olahraga
atletik dikenal akselerasinya untuk 60 feet . Jika ukuran lapangan 39 feet dari baseline ke net, dapat disimpulkan bahwa semua lari di tenis termasuk akselerasi yang konstan sampai dibutuhkan deselerasi untuk mencapai pisisi memukul bola. Emphasis dalam memperbaiki foot speed haruslah efisien dan start yang cepat, akselerasi dan efisien deselerasi.
Di tenis, setiap poin diawali dari posisi yang tetap. Sebagai contoh, untuk return serve (pengembalian servis lawan) , voli, dan permainan double didepan net. Jadi memulai ability sangat krusial.
Pengertian akan akselerasi adalah kemapuan atlit untuk merubah tempo larinya, misalnya meningkatkan kecepatan disetiap step.
Pengertian Stride rate menuju ke berapa kecepatan petenis memacu kakinya
Pengertian Stride length menuju ke panjangnya setiap stride.
"Agility (kegesitan) "
Kemampuan atlit merubah arah tanpa kehilangan kecepatannya. Riset menunjukkan di tenis atlit yang merubah arah rata rata 4-5 waktu per poin. Pergerakan di tenis mencakup :
Lateral 48 %
Forward 47 %
Backward 5 %
Ahli tentang pergerakan (movement) mengususlkan latihan agility sebagai berikut :
70 % memenuhi hentakan kecepatan (burst of speed) harus dibawah 10 detik
20 % memenuhi hentakan kecepatan (burst of speed) harus 10-20 detik
10 % memenuhi hentakan kescepatan melebihi 20 detik.

" Merubah Footwork patterns "
Melihat lebih dekat footwork atlit maka terlihat berbagai footwork yang terjadi disetiap single shot . Tenis membutuhkan atlitnya merubah dari satu bentuk footwork ke bentuk lainnya dengan cepat sekali dan efisien. Sebagai contoh, atlit harus lari kearah bola, mengurangi kecepatan(deselerasi) dan kemudian kembali kesamping untuk recovery. Ada masa transisi dari lari kembali ke posisi atau crossover step. Ini adalah merubah footwork patterns harus dilatih dan dikoordinasi sehingga atlit bisa efisien dan efektip transisi dari satu pola footwork kelainnya.
"Speed endurance"
Rata rata diduga menunjukan 300-500 kenaikan energi dibutuhkan dalam pertandingan tunggal. Kecepatan itu sangatlah penting untuk setiap hentakan atau ledakan energi tetapi atlit harus dapat menopang energi ini diseluruh pertandingan terutama di final set.

Sabtu, 29 Maret 2008

PERSAMI (Pertandingan Sabtu Minggu)


Siapa saja yang selenggarakan Persami ?
Persami yang merupakan salah satu program pengembangan Pelti bisa diselenggarakan oleh siapa saja baik berupa peroranga, Klub tenis ataupun badan usaha dan Pelti ditingkat cabang maupun daerah. Ini sesuai dengan petunjuk atau leaflet yang dikeluarkan Bidang Pengembangan PP Pelti.
Pernah kejadian di Pontianak tahun 2001, sewaktu sosialisasi Mini Tenis maupun Persami didepan anggota pengurus PengProv dan PengKota. Ada salah satu anggota pengurus PengcKota yang protes atas ketentuan tentang penyelenggara Persami. Sudah jelas2 dalam petunjuk PP Pelti tetapi tetap ngotot harus Pelti yang selenggarakan. Alasannya legalitasnya harus Pelti.
Ya, kalau lebih mementingkan legalitas (karena latar belakang ybs adalah hukum), bukannya mementingkan kepentingan atlit maka jangan harap didaerah tersebut akan ada Persami. Apa betul, silahkan cek saja didaerah tersebut.

Apakah Persami sudah dijalankan sesuai dengan misinya ?
Harus bangga sekarang semua pecinta tenis diluar Jakarta sudah tergugah selenggarakan Persami. Coba kita ikuti mulai dari Surabaya, Solo, Wonosobo, Tegal, Cilacap, Bandung dll.
Dalam satu diskusi dengan salah satu rekan mengenai pelaksanaan Persami selama ini. Kita lihat misi dari Persami. Turnamen adalah kebutuhan atlit, itu sudah mutlak. Makin sering sang atlit bertanding maka makin kelihatan perkembangan prestasinya. Adanya Persami karena kesulitan sponsor untuk mendanai turnamen. Faktor2 yang membebani anggaran turnamen mulai dihilangkan. Seperti, anggaran wasit, ballboys, hadiah, penyelenggara. Coba dilihat pelaksana2 yang sekarang sudah sibuk selenggarakan Persami. Apakah mereka sudah jalankan seperti diatas.

Tanpa gunakan wasit, tanpa ballboys, tanpa hadiah kecuali Piala dan Piagam, tenaga penyelenggara yang sedikit. Dan terakhir tanpa sponsor. Ada yang gunakan sponsor memakai nama Persami. Itu yang terjadi. Apakah tidak sebaiknya dibuat TDP (Turnamen Diakui Pelti) dengan dana sponsor tersebut.
Memang anjuran AFR saat ini, jika dapat sponsor sebaiknya selenggarakan TDP (Turnamen Diakui Pelti). Dikuatirkan adanya sponsor baru berani selenggarakan Persami.

Jumat, 28 Maret 2008

Banten Mau selenggarakan Persami

Jakarta, 28 Maret 2008. Kedatangan rekan Giyo Purwoko yang juga Sekretaris PengProv Pelti Banten ke AFR, ingin berdikusi masalah keinginan selenggarakan Turnamen nasional di Banten. Hal ini sudah sering dilemparkan oleh AFR ke Giyo Purwoko, agar sebagai petinggi Pelti didaerah mempunyai kewajiban memfasilitasi tenis di Banten. Salah satu cara adalah buat Turnamen. Bisa dalam bentuk mulai paling rendah yaitu PERSAMI kemudian TDP (Turnamen Diakui Pelti).

Ada pertanyaan yang dilemparkan. " Berapa modal yang harus disediakan sebagai pelaksana PERSAMI ?" Jawabannya adalah NOL, yang penting NIAT kemudian dicari dananya. Ini resepnya. Buat dulu anggarannya untuk pengeluarannya. Mulai dari Piala, Piagam, bola, lapangan, tenaga pelaksana (bukan wasit atau ballboys). Karena Piala,Bola bisa dipesan dulu, alias kredit.

Keinginan bekerjasama disambut baik oleh AFR, terutama kalau mau selenggarakan TDP dengan bekerjasama dengan Pemda setempat dalam rangka HUT Daerah tersebut
"Kalau perlu beri kesempatan AFR ketemu Walikota atau Bupati atau Gubernur Provinsi untuk presentasi dengan petinggi petinggui tersebut." Hal yang sama pernah dilakukan AFR seaktu ikut membidani lahirnya TDP seperti Piala Walikota Tarakan, Piala Khatulistiwa Pontianak, Piala Gubernur Riau.
Harus diakui banyak petinggi tenis didaerah tidak tahu cara mendapatkan sponsor atau cara selenggarakan TDP, padahal semua sudah pernah selenggarakan turnamen didaerah masing masing. Kemungkinan ketidak tahuan mereka adalah bagaimana caranya untuk diakui PP Pelti.
Isilah formulir pendaftaran TDP yang disediakan PP Pelti, kemudian dikirimkan ke PP Pelti. Nanti PP Pelti berikan pedoman pelaksanaannya.

PERSAMI Merupakan Trend Baru

Persami sudah merupakan trend baru dikalangan pertenisan didaerah, disamping sudah disadari kalau turnamen itu satu kebutuhan bagi atket jika ingin berprestasi , dan bagi petinggi tenis didaerah tersebut ingin menjalankan satu satunya program dari induk organisasi tenis (Pelti) yang mudah dan irit beaya.
Persami sebenarnya suatu turnamen yang memberikan solusi kepada pelaksana turnamen akibat dari kesulitan mendapatkan sponsor. Karena selama ini kesulitan terbesar dari pelaksanan turnamen adalah dana dan dana dari sponsor juga alami kesulitan. Lahirnya Persami disaat Indonesia dilanda krisis ekonomi sehingga tidak ada sponsor yang berminat di turnamen tenis.
Disatu sisi, atlet membutuhkan turnamen untuk peningkatan prestasinya, sehingga turnamen yang sudah merupakan kebutuhan mutlak dalam kehidupan olahraga, sehingga sebahai tanggung jawab moral pembina sudah harus mencari solusinya, yaitu PERSAMI sebagai jawabannya.
AFR suka sekali menerima email ataupun SMS bertanya mengenai Persami, minta aturannya dan sebagainya. Sebenarnya peraturan mainnya seperti turnamen tenis biasa. Asalkan saja disini lebih ditekankan agar atlet bertanding sebanyak mungkin. Biasanya dikelompok 10 th dan 12 tahun dalam bentuk round robin dengan 6 games saja atau bisa juga diterapkan dalam bentuk 2 set x 4 games dimana jika angka sama maka set ketiga dalam bentuk tie break saja. Ini maksudnya agar atlet sejak awal mengenal suasana pertandingan maupun tie break. Bagi yang lebih besar bisa saja digunakan the best of 15 games. Tetapi yang penting adalah kirimkan hasilnya ke PP Pelti bagi KU 14 tahun, 16 tahun dan 18 tahun ataupun kelompok umum. Tujuannya agar hasilnya bisa dikonversikan ke PNP (Peringkat Nasional Pelti). Yang dimaksud dengan hasil pertandingan adalah bukan dilaporkan siapa juara, runner up dan semifinalis tetapi dalam bentuk draw lengkap sehingga bisa terbaca lawan dan angka kemenangannya/kekalahan dari babak pertama sampai final.

“Apakah persami itu milik AFR ”
Pertanyaan ini ada di Tabloid Tennis dan sudah dijawab agar tidak timbul keragu raguan mereka insan tenis yang ingin juga meningkatkan prestasi tenis didaerahnya. Timbul kesan demikian bisa dimaklumi sekali, Persami Piala Ferry Raturandang dijalankan secara rutin di Jakarta dan Bandung setiap bulannya disamping itu pula karena dari seluruh Persami yang sudah dijalankan Persami Piala FR yang betul betul sesuai dengan program Pelti, sedangkan yang lainnya kelihatanya hanya memenuhi kewajibannya saja. Yang tidak kalah penting adalah kegiatan Persami Piala FR ini dipublikasikan di media cetak termasuk Harian Nasional dan Daerah.
Tapi ada yang perlu diketahui pelaksana Persami didaerah daerah. Mereka tidak laporkan hasil kegiatan tersebut ke PP Pelti sehingga untuk KU 14 tahun dan 16 tahun tidak mendapatkan nilai di PNP (Peringkat Nasional Pelti). Jika ada yang melaporkan, tetapi salah bentuk laporannya. Laporan yg telah diberikan hanya hasil nama juara, runner up dan semifinalisnya saja. Yang diminta adalah bentuk laporan lengkap dengan drawnya sehingga kelihatan siapa yang kalah dibabak awal dsbnya. Salah satu Persami di Bandung beberapa tahun lalu, sudah dianjurkan agar hasil pertandingan agar dilaporkan ke PP Pelti khususnya KU 14 tahun dan 16 tahun karena bisa dikonversikan dengan PNP (Peringkat Nasional Pelti). Kenyataannya tidak dilaksanakan, yang tanpa disadari atletnya yang dirugikan. Merupakan kebanggaan bagi atlet kalau melihat namanya ada dalam PNP.
Persami saat ini di Jakarta sudah menjadi rebutan bagi pengelolanya. Ada Piala Ferry Raturandang, Sekolah KTC, YBTA, Klub Rasuna, STAW, sehingga bingung mengatur jadwalnya. Tetapi pelaksana Persami di Jakarta tidak semuanya dilaksanakan tiap bulannya.

Kamis, 27 Maret 2008

Mengenal Tenis Kursi Roda di Indonesia

Sebaiknya dikenalkan masalah TENIS KURSI RODA, yang sudah berkembang secara diam diam di Indonesia. Tenis Kursi Roda sendiri awalnya diperkenalkan di kalangan penyandang cacat dunia pada tahun 1978 oleh Brad Parks dari USA yang ternyata mendapat dukungan besar dari masyarakat disana. Dalam tempo 2 tahun berhasil mendirikan Wheelchair Tennis Association.
Tenis Kursi Roda mengalami kemajuan pesat, berkembang sampai ke mancanegara terutama negara-negara Amerika, Eropa, Australia, dan Asia ( Jepang dan Israel ), sehingga pada tahun 1988 International Wheelcahirs Tennis Federation ( IWTF ) resmi berdiri dibawah International Tennis federation ( ITF ) lengkap dengan Jadwal Open Tournament yang padat disetiap negara anggota.

Pada tahun 1994 ketika Persatuan Penyandang Cacat Indonesia ( PPCI ) sedang giat-giatnya menggalakkan serta menumbuhkembangkan kampanye kepedulian umum ( awareness campaign ) terhadap penyandang cacat, berhasil menangkap program International Tennis Federation Membangun Masyarakat Tennis Dunia atau lebih popular dengan “ Tennis For All “ : untuk juga diterapkan di Indonesia.

Gayung pun bersambut! International Wheelchair Tennis Federation mengirimkan atlet kursi rodanya yang bertaraf dunia Ellen De Lange ( mantan Juara Dunia dari Belanda ) yang juga Sekretaris Eksekutif IWTF dan David Coulston dari Australia untuk memperkenalkan tennis kursi roda.

Adalah PELTI sebagai organisasi dan wadah yang berkompeten dengan cabang olahraga ini melapangkan jalan PPCI ( Persatuan Penyandang Cacat Indonesia ).


Maka lahirlah kerja bareng PELTI dan PPCI dimana PELTI yang mengerahkan pelatih-pelatihnya, diantaranya eks pemain nasional seperti Lanny Lamanauw, Irma Katimansyah, Agustina Wibisono, Ayi Sutarno, Sri Utaminingsih, Eddy Pandelaki dan Charles Rampen.
Sedangkan PPCI mengerahkan barisan penyandang paralegianya sebagai calon pemain tennis kursi roda.

Pada tanggal 15 April 1994 bertempat di Hilton Hotel Jakarta jam 14.00 WIB, terjadilah sebuah peristiwa sejarah olahraga penyandang cacat Indonesia sebagai embrio hadirnya olahraga tenis kursi roda di Indonesia.

Berdasarkan pertimbangan pada fungsi rehabilitatif, ajang olah raga prestasi dan sesuai pula dengan motto “ Memasyarakatkan olahraga dan mengolah-ragakan masyarakat” dikalangan penyandang cacat, maka Persatuan Penyandang Cacat Indonesia memandang perlu dibentuknya suatu wadah / badan yang bertugas mengembangkan olahraga tennis kursi roda di Indonesia. Melalui Surat Keputusan Ketua Umum PB PELTI Nomor 254 Tahun 1996 tertanggal 13 Agustus 1996, badan/ wadah itu berdiri dengan nama : BADAN TENIS KURSI RODA INDONESIA – PELTI, disingkat BATESRI – PELTI.

Kegiatan kegiatan turnamen tingkat internasional mulai diikuti seperti :

1. 18 Maret 1995, mengikuti Thailand Open Wheelchair Tennis Tournament dengan materi pemain Kusnan, Yasin Onasie, Eddy Simon, Nursad dan Djajang Lukman.

2. 22 Mei 1995, kembali mengikuti Japan Open di Fokuoka dan mengirim atlet Yasin Onasie dan Eddy Simon, dan berhasil menggondol Juara Tunggal Juara Ganda untuk divisi “D”, dimana debut ini mendapat sambutan dari markas pusat Internasional Wheelchair Tennis Federation di London.

3. Juli 1995, Kusnan dan Charlie ( pelatih dari PELTI ) mendapat kehormatan untuk mengadakan Coaching & Clinic di Malaysia guna mempromosikan tenis kursi roda di Malaysia.

4. Agustus 1995, Yasin Onasie dan Monang Siagian pertama kali mengikuti World Team Cup di Roermond, Netherland.

5. Februari 1996, kembali mengikuti World Team Cup 1996 di Flinders Park, Melbourne, Australia dan berhasil memperbaiki peringkat menjadi 22 dunia.

6. Januari 1997, mengikuti Sydney Summer Open dan sekaligus mengikuti Ford Australia Open. Eddy Simon berhasil menggondol Juara Single pada Australian Open, pada divisi C.
September 1997, mengikuti World Team Cup 1997 di Nottingham, Inggris. IWTF mensponsori team putri Indonesia untuk yang pertama kali mengikuti World Team Cup dan menempatkan Indonesia di posisi 12 dari 15 negara peserta.

7. Mei 1999, mengikuti World Team Cup 1999 & Malaysia Open di Kuala Lumpur Malaysia.

8. Oktober 2001, mengikti Invacare World Team Cup ( Indonesia Juara III ) & Singapore Open ( Indonesia Juara Group A & Juara III Group Open ).

9.Desember 2002, Tim Indonesia mengikuti “ 3rd MALAYSIA OPEN 2002”

10.September 2003, Tim Indonesia mengikuti 2 pertandingan yaitu “ 4th MALAYSIA OPEN 2003” & 3rd SIGAPORE OPEN 2003 “

11. Mei 2004, Tim Indonesia mengikuti “ DAEGU OPEN” di Korea & “ JAPAN OPEN “ di Jepang.

12.September 2004, mengikuti PARALYMPIC GAMES/ATHENA 2004.

Kegiatan lainnya dengan kerjasama PELTI dan ITF , melalui Silver Fund Programme telah didatangkan pelatih tenis kursi rodak setiap tahunnya ke Jakarta. Bahkan bantuan kursi roda yang sudah dibuat khusus di Jakarta sejumlah 10 kursi dan telah disebar luaskan di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Ambarawa dan Malang.

Petinggi Induk Organisasi Olahraga Diharapkan Hadir

Tahun 2007. Menjelang akhir suatu kepengurusan induk organisasi olahraga di Indonesia, selalu dwarnai dengan berita melalui media massa masalah tidak adanya perhatian dari petinggi petinggi induk organisasi terhadap turnamen nasional maupun internasional di Tanah Air. Yang justru dituntut adalah kehadiran petinggi induk organisasi ditingkat pusat. Berbagai tudingan muncul sebagai warna warni public relations Musyawarah Nasional (MUNAS).
Kegiatan yang paling menonjol adalah kegiatan turnamen, tempat promosi baik atlet, pelatih maupun sponsor. Dan juga tidak kalahnya merupakan tempat mengadu domba atau cari simpat bagi pendukung pendukung kandidat ketua umum induk organisasi, karena sarana turnamen sering dihadiri oleh wartawan wartawan media massa. Kesempatan mencari simpati dengan cara lemparkan antipati terhadap kepengurusan induk organisasi yang sedang berjalan. Mencari perhatian demikianlah kira kiranya.

Salah satu keluhan yang sengaja dilemparkan ke media massa adalah ketidak hadiran dari petinggi induk organisasi olahraga tersebut, terutama yang membidangi pembinaan senior ataupun yunior.
Inipun terjadi didaerah daerah yang sedang giat giatnya selenggarakan turnamen nasional. Tentunya mengharapkan kehadiran petinggi dari Pengurus Provinsi ataupun Pengurus Kota/Kabupaten induk organisasi olahraga tersebut.

Kenapa hal ini bisa terjadi ? Jikalau yang diharapkan adalah kehadiran dari Ketua Umum (ditingkat Pusat) atau Ketua (ditingkat Pengprov/Pengkot/Pengkab) tentunya harus dilihat permasalahnya. Pertanyaan kembali kepada Panitia Pelaksana Turnamen tesebut, apakah sudah surat undangan untuk kehadirannya atau belum. Kebanyakan Panpel belum melayangkan surat undangan, ataupun sudah kirimkan undangan yang sehari sebelumnya, sehingga Ketua Umum ataupun Ketua yang tingkat kesibukannya sangat tinggi tidak bisa dipaksakan harus hadir. Tapi tanpa disadari atau karena tidak dikenalnya petinggi lainnya, sehingga kehadiran petinggi lainnya tidak diketahui.
Ada petinggi induk organisasi olahraga tersebut yang tidak mau duduk di kursi VIP yang disediakan, lebih senang berbaur dengan penonton lainnya. Bisa juga sedang duduk bersama sama teman temannya. Hal semacam ini dimanfaatkan untuk public relations kandidat yang didukungnya.

Untuk mendapatkan simpati, digunakanlah tenaga mantan petenis nasional yang dulu punya nama, hanya sekarang sudah hilang dari peredarannya. Tetapi lupa kalau kampanye negatip justru tidak menimbulkan simpati malahan lebih cenderung anti pati karena masyarakat tenis sudah mengetahuinya.
Inilah salah satu lika liku dipertenisan nasional jika menjelang Munas nduk organisasi olahraga di Indonesia.

Nadya dan Voni Darlina Terhenti

Kemayoran, 27 Maret 2008 - Upaya Nadya Syarifah dan Voni Darlina untuk memperbaiki hasil di turnamen Jubilee School U14 Asian Campionships tertahan oleh lawan-lawannya. Bukan hanya di tunggal, di ganda pun mereka kandas. Hasil ini membuat peluang petenis Indonesia untuk meloloskan pemainnya untuk camp di Eropa menjadi sangat kecil.Nadya Syarifah kembali dihentikan Prarthana Thombre (India) melalui tiga set, 6-2, 5-7, 4-6. Kelelahan fisik menjadi penyebab kekalahan petenis asal Cianjur ini. Pada set kedua sempat ketinggalan 2-5, namun bisa mengejar ketinggalan menjadi 5-5, namun akhirnya kalah. Dan set ketiga lawannya lebih mendominasi permainan dan Nadya menyerah. Senada dengan Nadya, Voni Darlina juga menyerah kepada Nigini Abduraimova (Uzbekistan), 3-6, 3-6. Hasil ini menutup peluang Voni Darlina, karena di ganda juga sudah kalah lebih awal.
"Saya tired karena pertandingan berlangsung ketat. Peluang saya tergantung pada hasil petenis lain, yaitu Budsarin Raktaengnam dari Thailand," kata Nadya Syarifah.Sementara itu Budsarin melaju ke semifinal setelah mengalahkan unggulan kedua Natasha Palha (India), 6-0, 6-0. Di semifinal, Budsarin akan menghadapi Abduraimova. Jika Nadya bisa kembali merebut kemenangan dan menempati peringkat lima, maka peluangnya terbuka. Namun jika besok Budsarin menang dan melaju ke final, maka pupus sudah harapan Nadya.Di nomor ganda, Nadya/Tria Rizki Amalia yang pekan lalu menjadi juara hari ini dihentikan Raktaengnam/Veena Doungkeaw (Thailand) dengan skor cukup telak, 0-6, 3-6. Pasangan Thailand melaju ke final dan akan menghadapi Park So Dam/Natasha Palha (KOR/IND), yang mengalahkan Thombre/Vaidehi Bhagwat (IND), 6-4, 1-0 ret. Di nomor putera juara pekan lalu Ronit Bisht melaju ke semifinal setelah mengalahkan Syed Nagui Agil (MAS), 6-1, 6-3 dan akan menghadapi Lam Siu Fai (Hing Kong), yang mengalahkan Park Sung Sun (KOR), 6-0, 6-3. Semifinalis lainnya mempertemukan Jeong Yong Joo (KOR) dan Mehta Digvijay Singh (India). Jeong mengatasi Abduvoris Saitmukhamed (UZB), 6-1, 6-4, dan Mehta mengatasi Suk-anan Samapum (THA), 6-2, 6-4. *** (humas pelti)

Rabu, 26 Maret 2008

Multi Event Sasaran Empuk Atlet

Tahun 2006 semarak dengan Pekan Olahraga Provinsi diseluruh Indonesia. Yang termonitor yaitu DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatra Selatan, Jambi, NTB, Kalbar, Riau, Sumatra Barat, Banten, Kalimantan Timur, N.A.D.
Semaraknya PORPROV atau dulu dikenal dengan PORDA, membuat lahan empuk atlet termausuk tenis. Karena akan terima uang saku yang cukup besar untuk bertanding di PORPROV yang notabene bertanding selama 10 hari bahkan kurang. Jumlah yang sulit didapat di turnamen resmi nasional apalagi internasional. Belum lagi bonusnya kalau bawa pulang medali.
AFR menerima banyak telpon langsung dari panitia yang bukan Referee atau Technical Delegate. Kebingungan yang muncul. Sebagai contoh dari PORPROV Sumsel bertanya masalah ada petenis yang mewakili salah satu Kotamadya/Kabupaten berasal dari Jawa Timur. Begitu juga pertanyaan timbul dari PORPROV Jawa Barat masalah mutas atlet. Dan juga dari Riau. Intinya AFR katakan bahwa setiap WNI berhak untuk pindah domisili, dan tidak bisa ditahan oleh siapapun. Semua tergantung dari peraturan dari Pertandingan PORPROV tersebut. Di tenis sangatlah jelas peraturannya. Tidak perlu dicampur dengan interpretasi masing masing pihak. Jadi kalau di peraturan yang dibuat oleh KONI Prov itu hanya mengatakan azas domisili minimal satu tahun maka data yang digunakan adalah KTP (Kartu Tanda Penduduk). Jangan lagi mengatakan kalau KTP gampang dibuat. Karena kalau istilah aspal maka yang bersalah adalah instansi yang membuat KTP. Kita ini bukanlah Polisi yang berhak mengusut keabsahan KTP yang didapat. Kalau Pekan Olahraga Nasional oleh KONI Pusat telah diatur aturan tentang minimal domisili 1 (satu) tahun kemudian diikuti juga dengan aturan Mutasi atlet. Maka keabsahan atlet sudah diatur sebelumnya.
Janganlah terpengaruh iklan yaitu kalau susah kenapa digampangin. Tanya kenapa !

“Salahnya sih target yang diminta adalah bawa medali”
Coba perhatian setiap menjelang multi event selalu disibukkan oleh KONI Pusat masalah target juara umum alias bawa pulang medali.
Secara guyon AFR kemukakan kepada petinggi KONI Pusat yang bertanggung jawab atas pelatnas Asian Games Doha.
“Mas, salahnya selama ini yang diminta kepada setiap induk organisasi olahraga yaitu berapa medali yang bisa dicapai. Cobalah diubah dengan paradigma baru. Yaitu kejarlah menjadi juara. ”
Dan dijawab oleh petinggi KONI Pusat. " Baru satu satunya dari PB yang berani katakan demikian."
Karena sering ikuti baik dari media massa maupun mendengar sendiri sewaktu ikuti undangan KONI Pusat kesetiap cabang olahraga yg punya pelatnas . Kenapa salah, kan benar bawa medali justru prestasi. AFR berpendapat lain, mungkin salah tapi yakin akan kebenarannya, walaupun bukan ahlinya. Bagaimana kita bisa melihat perkembangan olahraga tak terukur khususnya seperti tenis, tenis meja, bulutangkis, sepakbola dll. Kalau olahraga terukur misalnya seperti renang, atletik gampang menilai perkirakan prestasi yang akan didapat.
Apalagi kalau KONI Pusat tidak tahu perkembangan cabang cabang olahraga didunia internasional padahal era tehnik informatika yang cukup canggih tidak dimanfaatkan untuk melihat informasi yang mudah didapat.

Bonus diberikan cukup berlebihan. Walaupun sekarang berteriaklah banyak mantan atlet yang merasa tidak diperhatikan Negara nasibya.
Bonus berlebihan, bisa juga dibenarkan tapi juga bisa disalahkan pendapat ini. Karena bonus diberikan juga bukan saja kepada atlet yang juara alias pemegang medali emas, tapi diberikan juga kepada pemegang medali perak maupun perunggu, yang nilainya tidak berbeda jauh. Disinilah reward yang diberikan sekali lagi keliru kalau tidak mau disalahkan. Akibatnya, atletnya sudah puas keluar dengan medali perunggu. Bukannya medali emas itu sebagai juara sejati. Perunggu itu bukanlah juara. Yang juara hanya satu loh Mas.

Teganya Pelatih Bohongin KONI Pusat


Setiap akan dimulai adanya pelatnas menghadapi multi event seperti Olimpiade, Asian Games dan SEA Games maka menurut pengamatan AFR selama ini banyak kebohongan yang diberikan oleh induk organisasi kepada KONI Pusat, kenapa begitu. AFR pernah mewakili PB Pelti hadir di KONI Pusat untuk memberikan laporan kepada KONI Pusat mengenai persiapan Pelatnas Olimpoiade Sydney . Dari yang hadir ada rekan pelatih yang dkenal dan duduk berdampingan karena dia itu pelatih tenis di Sekolah FIKS Bandung, Adjat Sudrajat. tapi saat itu kelihatannya statusnya pelatih bukan tenis dalam laporan kepada penanggung jawab Pelatnas mewakili cabang olahraga tak terukur seperti tenis, yaitu tenis meja. Mau tahu apa laporannya yang membuat saya terkesimak. Dalam laporannya dikatakan perkembangan fisik maupun tehnik atletnya menunjukkan kemajuan yang signifikan. Timbul dalam kepala saya , apa sih tolak ukurnya tentang kemajuan2 yang dikatakannya. Cabang Olahraga tersebut tidak pernah kedengaran adanya Kejurnas dan try out keluar negeri, tidak seperti cabang tenis yang cukup gencar dengan Kejurnas maupun internasional. Karena kenal pelatih tersebut, langsung katakan
" Anda mau piknik ya ke Sydney (Olimpiade), kegiatan dalam negeri kagak ada kok sok mau ikuti Olimpiade. Ini bukan SEA Games lho."

Tapi anehnya apa tanggapan penanggung jawab Pelatnas tsb adalah berapa medali yang dibawa karena cabang ini bisa memperebutkan 7 medali emas, perak dan perunggu. Dan dengan gagahnya jawaban pelatih mengatakan sanggup 1 medali (lupa apakah emas, perak atau perunggu yang dijanjikan). Hebat ya didepan banyak pelatih lain, dengan gagah berani berikan jaminan medali.

Saya cukup salut dengan Pelti sewaktu diundang untuk Pelatnas Asian Games Doha 2006 mendatang. Pelti tidak berani menargetkan satupun medali emas sedangkan dalam sejarahnya Tenis selalu sumbangkan 1 medali emas dalam Asian Games. Tapi cabang cabang lainnya berlomba lomba ikut pelatnas Asian Games dengan berani memberikan jaminan medali emas.

KONI pun bingung sehingga masih berikan kesempatan Tenis ikut pelatnas dengan target medali perunggu sekalipun. Mau tahu upaya yang diberikan oleh cabang cabang lainnya dengan memberikan laporan yang diyakini kebenarannya tapi kalau kurang jelas justru ada kecendrungan membohongi. Contohnya ikuti turnamen ke luar negeri yang notabene cabang tersebut tidak popular di negeri tersebut. Tapi dalam laporannya bawa medali emas di turnamen internasional. Kita bisa ikuti perkembangan cabang olahraga di dunia internasional sekarang dengan menggunakan tehnik informatika yaitu gunakan dunia maya alias internet. Lihat saja siapa peserta turnamen internasional tersbut maka tidak gampang dikibulin alias dibohongin.

Nah gimana kalau setelah multi event selesai dan tidak bawa medali. Janji janji sebelumnya tenggelam dengan permintaan maaf saja. Apa cukup !

Pelatih Ancam Penonton di Turnamen

Agustus 2006. Saat berada di lapangan tenis Sario Manado, AFR menerima SMS dari salah satu orangtua pemain di Jakarta tentang adanya kasus ancaman dilakukan oleh pelatih yang juga ayah dari salah satu atlet nasional yunior putri saat turnamen internasional yunior Pangdam Siliwangi Cup sedang berlangsung di Bandung. Hanya disayangkan sekali si pengirim SMS tersebut tidak melihat langsung kejadian tersebut. Tetapi bersikeras minta tindakan tegas dari PB Pelti. Sampai saat ini tidak ada laporan resmi dari Turnamen Piala Pangdam Siliwangi mengenai kasus ini. Laporan dari Direktur Turnamen maupun Referee tidak ada satupun mengenai kasus tersebut.
Suara santer dipertenisan mengatakan adanya kejadian tersebut tetapi sebagaian besar mengatakan tidak melihat langsung.
Inilah dia, banyak cerita cerita disekitar pertenisan Indonesia, tetapi sayangnya AFR tidak melihat langsung, hanya mendengar cerita dari mulut ke mulut.

Di turnamen tenis ada penanggung jawabnya yaitu Direktur Turnamen dan Referee. Masalah didalam lapangan yang bertanggung jawab adalah Referee, demikian pula di turnamen site (halaman lapangan pertandingan) menyangkut kelancaran pertandingan (dikaitkan dengan peserta) masih tanggung jawab Referee. Tetapi jika sudah menyangkut masalah diluar peserta, seperti kasus di Bandung maka yang bertanggung jawab adalah Direktur Turnamen. Apalagi sudah menyangkut keamanan penonton.
Kalau Referee saat itu juga sudah bisa bertindak dengan cara penonton tersebut (pelatih, orangtua dll) diusir keluar dari tournament site. Sebagai contoh kasus ayahnya Steffie Graff dilarang nonton dimana anaknya bertanding.

Kalau ada laporan dari Panpel tersebut ke PB Pelti, maka tindakan yang bisa dilakukan adalah pelatih tersebut dilarang nonton TDP diseluruh Indonesia. Tapi Panpel bisa juga melarang di turnamen yang sama dimasa datang.
AFR sempat bertemu dengan pelatih yang dimaksud dan karena sudah kenal, langsung minta klarifikasi masalah kejadian di lapangan tersebut. So pasti jawabannya menyangkal. Ya, kita tidak bisa langsung menghukum yang bersangkutan. Inilah permasalahannya. Tapi yang kena efek serangan adalah induk organisasi yang dituding tidak berani bertindak.

Nadya dan Voni Darlina Masuk Kuarterfinal

Kemayoran, 26 Maret 2008. Nadya Syarifah asal Cianjur dan Voni Darlina (DKI) lolos ke kekuarter final turnamen tenis Jubilee School 14 U Asian Tennis Champs 2008 di Pusat enis Kemayoran Jakarta. Sedangkan di tunggal putra gagal total, satu satunya wakil tuan rumah Gavin Pranata asal jember gagal hari ini kalah dari petenis Thailand Samapun Sukanan 16 46.

Nadya Syarifah sebagai unggulan 5 hari ini mengalahkan petenis Korea Kim Jae Yeon 76(5) 62 Voni Darlina harus berjuang keras untuk menundukkan petenis India Vaidehi Bhagwat 16 63 64. Calon lawan nadya besok adalah petenis India yang minggu lalu kalahkan Nadya diputaran pertama Jubile School, Prarthan Thombre yang hari ini mengalahkan petenis tuan rumah Dina Karina asal Jakarta 61 46 61. Diputaran pertama babak kuarter final Nadya kalah dari Thombre 62 57 26.

Sukses Nadya ditunggal diikuti pula di ganda bersama rekannya dari Cianjur Tria Rizki Amalia berhasil mengalahkan pasangan Hongkong Carren Floren/Wing Man Lin 61 61. Besok disemifinal Nadya/Tria akan bertemu pasangan Thailand Veena Doungkeaw/Budsarin Raktaengam.

Malam ini di hotel Menara Peninsula dilaksanakan Gathering Party bersama peserta turnamen Jubilee School 14 U Asian Tennis Champs 2008 dihadiri pula oleh Ketua Umum PP Pelto beserta Sekjen PP Pelti Soebronto Laras, Ketua yayasan Ctra Bangsa Ibrahim dan wakil wakil dari Walikota Jakarta Utara, Suku Dinas Pendidikan DKI.
Peserta memperagakan permainan Angklung dengan membawa 2 lagu telah mendapat tepuk tangan meriah karena kesanggupan seluruh peserta bermain angklung.

Selasa, 25 Maret 2008

Mengenal WILD CARD


Maret 2008. Bagi petenis istilah wild card sebenarnya sudah tidak asing lagi. Tapi masih banyak juga petenis maupun pelatih yang masih asing terhadap wild card. Asing karena tidak tahu persis kepada siapa wild card itu diberikan, siapa yang berhak memberikan wild card tersebut. Yang mereka tahu hanya fasilitas wild card ada disetiap turnamen untuk bisa ikut bertanding karena peringkatnya tidak mencukupi. Akibatnya jika petenis asuhannya tidak terpilih (khusus yunior) oleh PP Pelti, maka dilampiaskanlah keluhannya ke media massa. Hal ini pernah terjadi diawal tahun 2004, saat PP Pelti selenggarakan turnamen tenis yunior internasional Salonpas sempat mencuat berita keluhan dari pelatih tenis yang kecewa atas pemberiaan wild card tidak kepada anak asuhnya. Tapi lupa kalau keputusan atas wild card tidak bisa ditawar tawar lagi. Mutlak.

Dibutuhkan pengertian soal wild card ini karena masalah masalah ketidak tahuan bagi petenis atau pelatih maupun orangtua petenis yunior. Apalagi nanti diakhir Juni 2008 akan ada turnamen tenis internasional baik di Jakarta maupun Bandung kemudian diawal Agustus selama 3 minggu ada turnamen internasional.
Ada orangtua petenis yunior, bukan atlet tenisnya yang datang ingin mendapatkan fasilitas wild card tersebut, sehingga dianggap perlu soal wild card itu diketahui semua pihak.

Apa yang dimaksud dengan wild card tersebut. Wild card adalah salah satu fasilitas dalam turnamen tenis yang diberikan kepada pemain untuk bisa ikut bertanding karena peringkatnya belum memungkinkan atau kalau peringkatnya memungkinkan tapi karena terlambat daftar sehingga tidak bisa ikut masuk baik dikualifikasi maupun babak utama.
Sebagai contoh kita bisa lihat untuk turnamen grand slam Wimbledon 2004. Martina Navratilova diberi kesempatan ikut Wimbledon dengan fasilitas wild card. Padahal usianya sudah 43 tahun. Tentunya ada pertimbangan tertentu bagi penyelenggara memberikan Martina Navratilova ikut Wimbledon dengan menggunakan fasilitas wild card tsb.

Besarnya wild card tergantung dari jenisnya turnamen dimana size of draw atau bagan undiannya mulai dari draw 16, 32 , 64 maupun 128. Makin besar drawnya makin banyak jatah wild card tersebut.

Bisa dimaklumi kalau sampai ada pelatih maupun petenis khususnya yunior yang belum mengerti bagaiman caranya mendapatkan fasilitas wild card.
Sebenarnya wild card itu adalah hak penuh dari direktur turnamen. Terserah mau diberikan kepada siapa itu haknya. Walaupun pemain yang sekalipun baru belajar mau diberikan juga bukan masalah.
Induk organisasi tenis di Indonesia yaitu PP Pelti telah dibuat aturan yang tercantum dalam Ketentuan Turnamen Diakui Pelti (TDP). Hak atas wild card itu dibagi dua yaitu 50 % dari jatahnya milik panpel dan 50 % milik PPPelti.

Jadi bagi petenis yang menginginkan dapat jatah wild card sudah harus tahu kepada siapa minta wild card tersebut. Dianjurkan minta dulu ke Panpel dalam hal ini Direktur turnamennya setelah itu coba ke PP Pelti.
Saat ini banyak atlet tenis yunior mengajukan permintaan wild card diturnamen internasional yunior di manca negara begitu terima acceptance list ternyata namanya tidak masuk babak utama. Silahkan coba, bukan hanya di TDP Yunior tetapi juga TDP kelompok umum yang di tahun 2008 makin banyak.

Buat Prestasi Bukan Siksa Atlet

Agustus 2005. Ada warna lain kalau melihat pertenisan kita ditahun 2005 ini. Padat dan semarak. Itu yang terlihat dari kegiatan turnamen seperti dalam Kalender Turnamen Diakui PELTI (TDP) 2005.
Turnamen merambak ke daerah daerah. Bahkan daerah yang baru kena bencana tsunami dan gempa ternyata mampu selenggarakan TDP kelompok umum dengan hadiah masing masing Rp 50 juta. Sumatra Utara bangkit dengan Medan Open setelah absen 15 tahun, digelar oleh pecinta tenis. Propinsi Banten muncul pertamakali dengan Krakatau Open di Cilegon. Sehingga adanya turnamen maka prestasi meningkat sangat diharapkan. Karena turnamen sebagai evaluasi pembinaan atlet.

Tetapi yang menarik untuk diangkat adalah pelaksanaan TDP Yunior. Banyak menerima keluhan dari orangtua pemain. Sudah biasa selama beberapa tahun ini sering menerima keluhan2 dari para orangtua terhadap pelaksanaan TDP khususnya yunior. Ini menujukkan kepedulian orangtua terhadap pertenisan kita. AFR terpanggil ikut berbicara selaku pribadi pecinta tenis, demi kemajuan prestasi atlet melalui turnamen.

“ Bayangkan anak saya dimainkan 3 – 4 kali dalam sehari.” Salah satu keluhan yang muncul. Ini jelas jelas sudah salahi aturan TDP Yunior yang dibuat oleh PB PELTI sejak 1989 dan sudah diterapkan di Turnamen Diakui PELTI. Kesalahan besar dilakukan oleh direkur turnamen selaku penanggung jawab turnamen dari panpel, bersama sama Referee, kalau tetap membuat program yang menyalahi aturan TDP.
Akibat waktu sangat pendek sehingga bisa terjadi demikian.. Belum lagi ada keluhan pertandingan sampai pkl 02.00 dini hari. Mau dikemanakan prestasi atlet hanya mengejar kuantitas peserta tidak diimbangi dengan sarana yang tersedia.
Tapi yang perlu ditanyakan , fungsi dari Referee yang merupakan penanggung jawab peraturan2 pertandingan sesuai dengan peraturan tenis (Rules of Tennis), TDP maupun Tournament Regulationnya. Nah persoalan berikutnya adalah siapa yang control kerja Referee TDP. Tentunya PB PELTI. Dan akhirnya Bidang Pertandingan menyadari perlunya control kerja Referee, bahkan kalau perlu ada Referee yang tidak becus kerjanya mendapatkan peringatan sampai dapat sangsi.

Referee sebagai manusia biasa bisa lakukan human error, tetapi hanya dalam beberapa hal kecil saja seperti undian. Tetapi kalau menyalahi aturan TDP tidak boleh terjadi. Prinsipnya kalau menyimpang aturan TDP seharusnya konsultasi dulu ke PB PELTI Ketua Bidang Pertandingan, baru lakukan, bukan sebaliknya, seperti yang baru baru ini terjadi di Malang Open 2005.
Begitu ada laporan diatas, AFR coba bertanya ke Referee yang bertugas di Solo Open 2005. Masalahnya bisa terjadi, karena jadwal turnamen main Rabu dengan draw 64 dipaksakan selesai Sabtu, karena ingin agar peserta bisa lanjutkan ke Malang.
Akibatnya bukan menolong atlet tapi menyiksa atlet. Dan Referee diamkan saja tanpa melaporkan ke PB PELTI saat itu, Kecendrungan takut dengan direktur turnamennya sangat besar. Harus diketahui dalam buat jadwal jika draw 32 butuh waktu minimal 5 hari, draw 64 butuh waktu minimal 6 hari dan seterusnya. Ingat perencanaan ini demi kepentingan atletnya.
Ada lagi kasus terbalik, karena Referee ingin cepat-2 selesai agar bisa bertugas diturnamen internasional dihari Minggunya, maka system the best of 3 sebagai persyaratan system pertandingan TDP diubah menjadi pro set tanpa konsultasi ke PB PELTI. Kalau ini jelas2 kesalahan Referee.

Menanggapi keluhan keluhan tersebut, yang disampaikan orangtua, AFR selaku pribadi berikan tanggapan dengan enteng karena disampaikan secara guyon supaya tidak ikut-ikutan stress. Jawabannya adalah siapa suruh ikut. Enteng kan. Maksudnya , agar dalam mengikuti TDP tinggal pilih saja yang tingkat kesulitannya terendah sehingga tidak ada keluhan. Bayangkan sekarang sudah ada 27 TDP yunior diseluruh Indonesia. Bahkan ada yang waktunya bersamaan TDP Yunior didua tempat. Tinggal pilih kan !

Bahkan usul saya pribadi ke PB PELTI , agar TDP tersebut dicabut statusnya tidak diberikan pengakuan TDP. Karena pelaksanannya bandel tetap tidak mengikuti aturan TDP. Begitu juga tindakan kepada Refereenya sekalian. Yang dicari adalah prestasi atlet bukan untuk menyiksa atlet. Ini kan pendapat pribadi saya, boleh kaan.

Pembicaraan sekitar Turnamen tanpa wasit

Jakarta, 25 Maret 2008. Disela sela turnamen Jubilee School 14 U Asian Tennis Champs 2008 di lapangan tenis Kemayoran, Christian Budiman, Slamet Utomo dan AFR menyempatkan diri untuk berbincang bincang mengenai permasalahan tenis Indonesia khususnya petenis yunior.
Pembicaraan mengenai tindakan PP Pelti dalam pelaksanaan Salonpas International Junior Champs dan Jubileee School 14 U Asian Tennis Champs 2008 dengan tidak menggunakan wasit. Memang posisi induk organisasi sepertinya serba salah. Yang satu inginkan agar sportivitas sudah waktunya digalakkan dengan mulai berani menerapkan pertandingan tanpa wasit. Disatu sisi Pelti juga sedang mengembangkan wasit tenis sebagai profesi yang menjanjikan. Kalau dipikirkan sepertinya saling bertentangan. Profesi wasit sudah mulai menunjukkan hasil menuaskan karena sudah mulai banyak wasit yang betul betul bekerja hanya menjadi wasit. Bukannya pekerjaan sampingan. Sehingga dikuatirkan kalau turnamen yunior tanpa wasit maka akan mematikan pemasukan bagi kehidupan wasit. Tetapi oleh AFR dijelaskan kalau Pelti juga memberikan lahan lainnya dengan meningkatkan turnamen kelompok umum yang tentunya harus menggunakan wasit. Bukan berarti turnamen yunior tanpa wasit, karena tanpa wasit dilakukan dari babak pertama, dan penggunaan wasit mulai babak kuarter final .

Oleh Christian Budiman disampaikan kesiapan petenis yunior menghadapi perubahan ini. Memang betul sekali kalau sportivitas itu harus digalakkan kembali, tetapi apakah petenis yunior sudah siap. Ini pertanyaan menarik karena petenis asing sudah biasa tanpa wasit. Memang berat juga tetapi sudah harus berani memulainya. AFR jelaskan juga selama ini petenis yunior Indonesia terlalu manja, akibatnya prestasinya juga tidak begitu menonjol. "Kita coba saja mulai sekarang, dan tidak perlu kasihan karena tenis itu perlu perjuangan berat untuk menjadi juara." ujar AFR.

Disela sela pembicaraan, AFR sempat tilpon ke Lius Pongoh dari PB PBSI yang digembar gemborkan PBSI telah berhasil melakukan uji forensic di RS POLRI atau RS Sukamto, sehingga Pelti diminta meniru apa yang dilakukan PBSI dalam ranga memberantas kasus curi umur.
Jawabannya sudah diperkirakan AFR karena sempat beritahukan kepada orang tua petenis yunior yang dengan gencarnya minta Pelti melakukan uji forensic.

Hasil dari uji forendic ternyata tidak bisa berikan data yang akurat, karena yang diberitahu kalau atlet tersebut lahir antara tahu ini dan tahun itu.
Jadi diakui juga kalau hasilnya tidak bisa digunakan sebagai patokan curi umur. Setelah itu AFR langsung kirimkan SMS ke orangtua petenis yang getol sekali minta uji forensic agar diketahui dan sudah dilaksanakan keinginan mereka.

Disamping itu pula dibicarakan mengenai peserta tuan rumah yang selama bertanding atlet didampingi oleh Orangtua atlet sehingga maksud dan tujuan ITF agar ada rasa kebersamaan antar atlet seharusnya diciptakan dengan tidak ikut campurnya orangtua maupun pelatih privatnya

Gavin, Dina, Nadya, Tria dan Voni Darlina masih bertahan

Kemayoran, 25Maret 2008 Hari pertama putaran kedua turnamen Jubilee School U 14 Asian Championships di Pusat Tenis Kemayoran, membuat surutnya peluang putera Indonesia dengan tumbangnya andalan tunggal putera Indonesia, Wisnu Adi Nugroho asal Tegal, sehingga harapan tinggal tertumpu pada Gavin Pranata. Sebaliknya, petenis peringkat teratas di tim puteri Indonesia Nadya Syarifah melaju mulus ke babak kedua diikuti rekan rekannya Voni Darlina, Dina Karina dan Tria Rizki Amalia.

Akibat dari cideranya tak kunjung sembuh Wisnu harus menyerah di babak pertama
sebelum set kedua selesai saat menghadapi petenis Malaysia Syed Nagui Agil, 4-6, 0-4. “Sejak sebelum bertanding memang sudah saya rasakan sakit. Cidera ini saya rasakan sejak sehari sebelumnya,” kata Wisnu yang mengaku kecewa dengan kegagalannya memenuhi harapan Indonesia.

Pelatih tim Indonesia Damrah SPd asal Padang mengatakan upaya pemulihan cidera sudah dilakukan sejak kemarin. Meski tidak bisa melanjutkan di tunggal, Wisnu masih main di ganda, berpasangan dengan Gavin Pranata. Dan di babak pertama mengalahkan David Manoah/Frederico Rico Rumambi, 6-2, 6-4.

“Hasil ini masih ronde pertama, kita berharap pada ronde kedua bisa lebih baik. Peluang kita memang banyak di puteri masih menyisakan tiga pemain." ujarnya

Harapan tinggal tertumpu pada petenis yang tak kalah garang di lapangan, Gavin Pranata, karena tiga petenis Indonesia lainnya juga menyusul tumbang. Masing-masing adalah Irfan Nurfianto, Daniel Batubara, dan David Manoah Yoshua. Gavin Pranata sukses melewati babak pertama setelah menghentikan perlawanan petenis Korsel, Jeong Joo Wook, Gavin, yang diunggulkan di tempat ketujuh ini melibas lawannya itu dengan skor 6-2, 6-4. Selanjutnya petenis kelahiran Jember ini akan menghadapi Samapum Suk-anan (Thailand), yang sebelumnya mengalahkan Liang Wen Chun (China Taipei), 6-2, 6-2.

“Saya belum pernah ketemu dia, tetapi saya akan berusaha maksimal untuk melaju terus. Motivasi saya makin besar lagi karena tinggal saya yang melaju di putera,” kata Gavin.

Sementara tunggal putera hanya bertumpu pada satu pemain, di nomor puteri lebih banyak memiliki harapan. Nadya Syarifah yang pada seri pertama menempati urutan kelima melaju ke babak kedua setelah Hadeel Ali dari Bahrain dengan skor 6-1, 6-0. Selanjutnya ia akan menghadapi Kim Jae yeong.

“Saya harus berusaha keras di seri kedua agar bisa masuk lima besar dan berkesempatan mengikuti kejuaraan di Eropa,” tandas Nadya yang diunggulkan di tempat kelima ini penuh semangat

Sejalan dengan Nadia, tiga petenis Indonesia lainnya juga masih melaju. Dina Karina mengalahkan Grace Talih (Lebanon), 6-3, 6-1, dan akan menghadapi unggulan keempat, Prarthana Thombre dari India, yang merupakan juara tunggal di pekan pertama.

Voni Darlina, yang menempati urutan ketujuh pada seri pertama harus berjuang tiga set untuk menundukkan Khwanthiti Banthao dari Thailand dengan skor 6-0, 6-7(5), 6-3. Di babak kedua ia akan menghadapi Vaidehi Bhagwat, yang sebelumnya mengalahkan Katherin IP (Hong Kong), 6-0, 6-1. Sedangkan Tria Rizki Amalia mengalahkan Choi Ji Hee (Korsel), 7-5, 6-3, dan akan menghadapi Budsarin Raktaengnam dari Thailand.

Hari ini seluruh peserta langsung latihan Angklung di Jubilee School yang akan diperagaka besok malam dalam gathering party di Hotel Menara Peninsula. Peserta akan memakai pakaian nasional masing masing dalam peragaan Angklung.

Hasil lengkap:

TUNGGAL PUTERA:
Ronit Bisht (IND) vs Sanjar Fayzief (UZB), 6-2, 6-4
Irfan Nurfianto (INA) vs Bakhtiyor Sadulloev (TJK), 2-6, 1-6
Jao Chi San (TPE) vs Seesuk Naraphat (THA), 5-7, 6-3, 2-6
Syed Nagui Agil (MAS) vs Wisnu Adi Nugroho (INA), 6-4, 4-0, ret
Lam Siu Fai (HKG) vs Amer Naow (SYR), 6-0, 6-3
Yoshihito Misioka (JPN) vs Mohamad Reda (KUW), 6-1, 6-2
David Manoah (INA) vs Somboon Prasanwan (THA), 0-6, 0-6
Park Sung Jun (KOR) vs Ramanathan Ramkumar (IND), 6-2, 6-0
Abduvoris Saidmukhamed (UZB) vs Mohd Asri Merzuki (MAS), 6-2, 6-3
Ho Chin Jen (TPE) vs Yao Long Fung (HKG), 6-3, 6-0
Daniel Batubara (INA) vs Arjohn Dela Cruz (PHI), 4-6, 6-3, 5-7
Jeong Yong Joo (KOR) vs Koki Takada (JPN), 3-6, 6-2, 6-2
Gavin Pranata (INA) vs Jeong Joo Wook (KOR), 6-2, 6-4
Samapum Suk-anan (THA) vs Liang Wen Chun (TPE), 6-2, 6-2
Sharmal Dissanayake (SRI) vs Wong Chun Chun Hun (HKG), 0-6, 0-6
Erique Ferrer (PHI) vs Mehta Digvijay Sing (IND), 1-6, 0-6

TUNGGAL PUTERI

Veena Doungkeaw (THA) vs bye
Diyora Saidmukhamed (UZB) vs Gulnaz Dokey (KAZ), 6-0, 6-4
Evita Hapsari (INA) vs Sally Siso (PHI), 3-6, 6-2, 3-6
Lin Wing (HKG) vs Adelle Boey (MAS), 2-6, 0-6
Prarthana Thombre (IND) vs bye
Grace Talih (LEB) vs Dina Karina (INA), 3-6, 1-6
Kim Jae Yeong (KOR) vs Aldila Sutjiadi (INA), 6-1, 2-6, 6-2
Hadeel Ali (BAH) vs Nadya Syarifah (INA), 1-6, 0-6
Voni Darlina (INA) vs K.Banthao (THA), 6-0, 6-7(5), 6-3
Katherine Ip (HKG) vs Vaidehi Bhagwat (IND), 0-6, 1-6
Park So Dam (KOR) vs Kamila Kerimbayeva (KAZ), 2-6, 3-6
Bye vs Nigini Abduraimova (UZB)
Budsarin Raktaengnam (THA) vs Shanine Olivarez (PHI), 6-0, 6-1
Tria Rizki Amalia (INA) vs Choi Ji Hee (KOR), 7-5, 6-3
T. Selvarajo (MAS) vs Carmen Lai (HKG), 2-6, 2-6Bye vs Natasha Palha (IND)

Senin, 24 Maret 2008

178 Petenis Ikuti Piala Semen Padang

Padang, 24 Maret 2008 Tercatat 178 orang petenis mengikuti Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Tenis Semen Padang Terbuka yang berlangsung 24-30 Maret 2008 di Padang, Sumatera Barat. "Dari jumlah itu, 139 adalah atlet putera dan 39 orang puteri. Mereka mewakili hampir seluruh Pengurus Provinsi Persatuan Tenis Seluruh Indonesia (Pengprov Pelti) di Indonesia, termasuk dari Papua," kata Ketua Pelaksana Kejurnas "Semen Padang Terbuka" Marpindo Sehan diacara pembukaan Kejurnas di Lapangan Tenis PT Semen Padang.
Tidak kalah penting kehadiran tim Davis Cup Indonesia yang terdiri dari Christopher Rungkat, Ayrton Wibowo, Nesa Arta dan Aditya Hari Sasongko, dipimpin oleh manajwer tim Diko Moerdono dengan pelatih Robert Davis yang dipersiapkan menghadapi China tanggal 11-13 Apriul 2008 di satdion tenis Gelora Bung Karno Jakarta.

Marpindo menjelaskan, kejurnas yang merupakan salah satu program kerja Pengprov Pelti Sumbar 2008, dimaksudkan sebagai alat ukur dan untuk mamacu program pembinaan prestasi petenis Indonesia. Selain itu, diharapkan melalui ajang kompetisi ini akan memunculkan petenis-petenis masa depan Indonesia. Pertandingan yang berlangsung di lapangan Tenis PT Semen Padang dan lapangan Tenis Universitas Negeri Padang (UNP) di Air Tawar Padang itu menyediakan hadiah total Rp100 juta untuk nomor tunggal dan ganda putera dan puteri.

Direktur Pemasaran PT Semen Padang Widodo Santoso mengatakan, penyelenggaraan Kejurnas ini merupakan bagian dari Community Sosial responsibility (CSR) PT Semen Padang terhadap lingkungan, terutama masyarakat olahraga tenis. Sebagai perusahaan yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat, PT Semen Padang selalu berusaha untuk maju dengan masyarakat disekitarnya, salah satunya dalam pengembangan olahraga. "Semen Padang saat ini melakukan pembinaan 27 cabang olahraga yang dikelola oleh Forum Komunikasi Karyawan Semen Padang (FKKSP)," kata Widodo sembari menambahkan, beberapa cabang olahraga merupakan andalan Sumbar untuk meraih medali pada PON XVII di Kalimantan Timur.

Ajang ini dimanfaatkan juga bagi tim PON dari berbagai daerah sebagai uji coba dan juga peningkatan PNP masing masing petenis agar disaat PON baik kualifikasi maupun babak utama bisa masuk sebagai unggulan.

Di Jakarta hari ini juga dilakukan pertemuan PB PON dengan KONI Pusat dan Technical Delegate seluruh cabang olahraga. Tenis diwakili oleh AFR.
Banyak masukan dari technical delegate yang memperlihatkan kinerja induk organisasi olahraga lainnya yang sangat memprihatinkan. Komunikasi antar Pengurus Besar/Pusat dengan Pengda/Pengprov cabang olahraga tertentu belum bisa lancar, bahkan dengan waktu yang sudah tinggal 3 bulan lagi ada technical delegate yang tidak pernah bertemu dengan Pengda/Pengprovnya di Kaltim. Ini ironisnya.
Tetapi tenis justru kominikasi dengan PengProv maupun PengKota Balikpapan cukuplancar sehingga memudahlan monitor pembangunan lapangan tenis baru di Balikpapan.


Nadya dan Tria Rizki Keluar sebagai Juara Jubilee School

Jakarta, 24 Maret 2008 Tuan rumah cukup menggembirakan masih bisa berjaya dengan hadirmya pasangan asal Cianjur Nadya Syarifah/Tria Rizki Amalia yang menyelamatkan Indonesia pada Jubilee School ITF U14 Asian Junior Champhionship Grup 1 putaran pertama dengan merebut gelar ganda putri. Nadya/Tria menyumbangkan satu-satunya gelar untuk tuan rumah setelah di final menumbangkan unggulan dua Valdehi Bhagwat/Prarthana Thombre dari India. Kepaduan kedua pemain, Nadya/Tria bisa mengalahkan lawannya dengan 2 set langsung 6-2, 6-2 di lapangan Pusat Tenis Kemayoran, Persembahan Nadya/Tria sangat berrati karena dalam nomor lainnya, para pemain Indonesia bukan saja gagal menyumbangkan gelar namun juga tidak mampu menembus semifinal. Nadya juga meraih hasil menggembirakan di tunggal putri dengan merebut posisi lima besar. Hasil ini merupakan yang terbaik dibandingkan pemain-pemain putra maupun putri Indonesia. Petenis putra, pretasi terbaik Indonesia diraih Gavin Pranata yang menempati posisi ketujuh.Sukses di ganda dan meraih peringkat lima besar itu menjadi modal bagi Nadya untuk meningkatkan posisi di putara kedua yang dimulai Selasa. Jika tetap bisa mempertahankan hasil yang diraih di putaran I ini maka Nadya berpeluang besar untuk meraih tiket ke Eropa. Dari turnamen ini nantinya akan diambil lima pemain putra dan lima pemain putri yang akan dikirim mengikuti latihan dan pertandingan di Eropa selama 5 minggu dibulan Juni 2008
Hasil lengkap Tunggal putra: Ronit Bisht (India) Tunggal putri: Veena Doungkeaw (Thailand)Ganda putra: Jeong Yong Joo/Ramanatha Ramkumar (Korea/India)Ganda putrid: Nadya Syarifah/Tria Rizki Amalia (Indonesia). *** Sumber: Humas Pelti

Minggu, 23 Maret 2008

" Payah Mentalnya "


Begitu kecewanya baik pelatih maupun orangtua terhadap permainan anak maupun anak asuhnya di turnamen. “Payah mentalnya,” kira kira demikian ungkapan yang keluar dari mulut masing masing pihak tanpa diketahui permasalahan sebenarnya sehingga terjadi hal diatas. Ungkapan ini akibat dari kekalahan atletnya.
Harus diakui masalah mental bagi petenis sangatlah penting sekali . Bahkan sangat dominan bagi petenis prestasi, sekitar 80-95 % porsinya. Jika kemampuan kedua atlet sama maka mental yang sangat menentukan. Seperti konsentrasi, kepercayaan diri dan semangat tanding. Ada atlet yang mempunyai ketangguhan mental dalam setiap kegiatan turnamen, terutama saat saat alami tekanan lawan yang begitu berat.

Nah kira kira gimana mengatasinya. Tidaklah mudah dalam olahraga, terutama tenis. Butuh waktu yang lama untuk mengembangkan kekuatan mental. Sebetulnya awal muasalnya terbentuk dari keluarga, faktor Ayah, atau Ibu bahkan Paman sekalipun mempengaruhi . Jadi bukan sesaat bisa dilakukan. Keterampilan mental itu dipelajari dalam cara yang sama seperti keterampilan fisik dan teknis. Sehingga sangatlah penting proses pengembangan secara mental dimulai saat yang sama dimana anak anak diperkenalkan dengan permainan tenis.

Ini satu contoh yang kurang mendidik didalam pertandingan disaksikan orangtua, pelatih. Ada saat saat keputusan wasit yang jelas jerlas merugikan anaknya. Bola out dikatakan masuk dstnya. Orangtua dengan serta merta ajukan keluhan baik langsung ke wasit ataupun referee yang dilihat dan didengar oleh anaknya yang bertanding. Harus diakui sekali keputusan bola keluar atau masuk dipertandingan , tidak bisa di over rule oleh Referee sekalipun. Disinilah seharusnya orangtua itu mendidik mental anaknya agar tangguh berikan yang terbaik. Bukan sebaliknya. Orangtua harus hati hati dan menyadari, karena akibat ulah Orangtua justru bisa membuat anaknya mentalnya ambruk.
Memang harus diakui anak anak akan meng-identifikasi kebiasaan dari orang dewasa yang pegang peranan penting sebagai salah satu factor utama memperngaruhi anak anak akan peroleh karakter fisiologi positif selama tahun tahun awal. Peranan tersebut dapat memberi pengaruh baik positif maupun negative pada perkembangan fisiologi dari anak anak.
Untuk tingkat pemula yang harus ditekankan yaitu menjalankan perkembangan kepercayaan diri atlet, ketrampilan keterampilan kepemimpinan dan semangat bertanding sambil meningkatkan komitmen.
Dalam melatih mental , kita mulai dengan komitmen, semangat juang, percaya diri dan kepemimpian, merupakan satu kesatuan.

Disini komitmen merupakan kelemahan atlet kita. Komitmen dapat didifinisikan sebagai motivasi dan usaha yang ditujukan kepada kegiatan kegiatan tehnis. Kemudian ditahun berikutnya komitmen dapat melibatkan latihan dan bertanding lebih dari 20 jam dalam seminggu. Sedangkan tujuannya ditahun awal, diarahkan untuk membuat atlet terlibat dan dengan penuh harapan bergantung pada tenis.
Semangat juang dalam bertanding bisa didifinisikan sebagai keinginan menunjukkan permainan terbaiknya didalam suatu pertandingan. Disini perlu dikembangkan filosofi kompetisi yang sehat. Perlu pendekatan yang bijaksana dengan menyimpan 2 kata kunci yaitu Perspektif dan Keseimbangan.
Perlu diketahui kalau nilai dari suatu pertandingan tidak terletak soal Menang atau Kalah. Kedua ini hanyalah hasil. Sedangkan pertandingan itu merupakan evaluasi kemampuan dibandingkan dengan pemain lain. Sedangkan nilainya terletak pada tindakan tindakan bertanding atau berjuang. Bertanding dengan diri sendiri, bukan dengan lawan. Dari diri sendiri harus bisa memberikan usaha2 terbaik Jika bisa berikan yang terbaik maka akan mendapatkan kehormatan baik dari teman teman sendiri baik itu menang atau kalah.
Menang atau kalah dalam suatu pertandingan tidak menjadikan diri seorang pemenang atau seorang yang kalah. Dalam suatu pertandingan sangat bermanfaat jika mendapatkan teman teman baru sehingga bisa menguji keterampilan
Kembali tindakan preventip yang bisa dilakukan secara sederhana baik oleh orangtua maupun pelatih dilapangan. Diawali dengan tindakan tindakan yang positip. Upayakan dengan berkata kata positip bukan sebaliknya. Berikan juga imaginasi yang baik kepada atletnya, bukan sebaliknya. Kesalahan kesalahan dilapangan sering dilakukan, seharusnya bukan dengan menyalahkan atlet tersebut untuk mengatasinya.

Juara Hanya Ada SATU


Ada permasalahan yang sangat mengganjal hati AFR secara pribadi terhadap perjalanan tenis khususnya turnamen tenis di Tanah Air. Kalau dilihat jumlah turnamen makin berbunga bunga dengan merambak bisa sampai ke daerah daerah tetapi diimbangi dengan kesalahan kesalahan baik dalam pelaksanaan seperti diberikan hadiah dalam bentuk uang kemudian pelaksanaan yang justru menyiksa atlet yunior, ini yang perlu diluruskan atau diperbaiki juga. Tapi masalah ini agak lain, tetapi justru penting disosialisasikan. Karena apa, karena kalau tidak diperbaiki justru akan jadi masalah juga bagi pertenisan kita.
Sering kita mendengar pidato pidato baik dari petinggi tenis maupun sponsor dalam berikan sambutan di acara acara pembukaan maupun penutupan turnamen tenis, kalau juara itu hanya satu, sehingga bagi yang kalah , anggap saja juaranya agak tertunda atau kemenangan yang tertunda. Manis sekali ungkapan ini.
Tapi coba Anda lihat ke Piala piala dari setiap TDP Yunior khususnya karena saat ini yang menyediakan piala kebanyakan hanya TDP yunior. Pasti ada yang menyebukan juara 1 , juara 2 , juara 3 ataupun juara 4
Aneh bin ajaib juaranya lebih dari satu, sangat berbeda dengan sambutan sambutan selama ini seperti diatas.
Coba telusuri dimana kesalahan tersebut yang sudah bertahun tahun dijalankan dipertenisan kita yang dilakukan baik oleh peringgi induk organisasi maupun klub klub tenis didaerah maupun dtingkat Pusat.
Memang betul kalau pemenang turnamen disebut juara, bukannya juara 1 ataupun juara 2. Yang pasti juara itu hanya satu.
Dilihat dari buku buku ITF tentang turnamen tenis baik yunior maupun senior ternyata hanya mencantumkan adalah winner (1) , runner up (1) dan semifinalis (2). Dan selama inipun kalau PP PELTI selenggarakan turnamen biasanya yang internasional yunior, selalu ikuti seperti yang dilakukan ITF yaitu winner, runner up dan semifinalis.

Nah kira kira apa yang bisa dilakukan agar menjadi seragam penyebutannya. Perlu keseragaman sebutan pemenangnya. Pemenang pertandingan final disebut juara, bagaimana dengan yang kalah di final atau runner up disebut apa. Ya, runner up saja. Begitu juga yang kalah disemifinal. Ya, disebut semifinalis saja karena belum menemukan bahasa Indonesia yang baku.

Ada satu lagi kekeliruan yaitu sebutan tenis lapangan yang sudah lama berlangsung didunia olahraga Indonesia. Sering disebut tenis lapangan untuk membedakan dengan tenis meja. Awalnya adalah PELTI merupakan singkatan dari Persatuan Tenis Lapangan seluruh Indonesia. Sekarang PELTI merupakan sebutan bukan lagi singkatan. Sehingga dalam rapat2 resmi KONI maupun instansi lainnya AFR selalu minta diralat jika dicantumkan tenis lapangan untuk membedakan dengan tenis meja. AFR selalu mengemukakan koreksi atas istilah tersebut agar bisa seragam, yaitu tenis. Tidak ada lagi istilah tenis lapangan. Coba lihat juga di multi event, selalu dicantumkan tennis dengan 2 n ejaannya karena bahasa Inggris. Kenapa disini disebut tenis lapangan, cukup saja dengan tenis.

Marilah kita membangun pertenisan bukan hanya prestasi dilapangan tenis tetapi juga dalam penggunaan bahasa yang benar.

Tulisan dari Pelatih Robert Davis tahun 2006

A GOLDEN RULE PAYS OFF...NEVER, NEVER, NEVER QUIT

How Thai tennis player Napaporn Tongsalee turned years of setbacks into the biggest week of her career.
Story by ROBERT DAVIS

When Napaporn Tongsalee won match point in the women's professional Challenger tournament on Sunday in Kentucky, she did far more than just win a match over a much higher ranked opponent.

And it is true, she became only the second Thai woman tennis player to win a Challenger level tournament, after Tamarine Tanasugarn.

However, that was the furthest thought from her mind. Sitting courtside while waiting for the trophy presentation and a prize cheque worth US$7,400, she could not hold back the flood of tears.

Tears that until this moment have always been tears of the defeated. Not anymore.

During her amazing run to the final of the US$50,000 Bellefonte Tennis Classic, Napaporn (world ranking 302) beat three players who had been ranked inside the top 100. And in the final she defeated Kristi Brandi who has been as high as top 30 in the world.

But her biggest triumph of the week was not standing across the net. Her biggest opponent was herself. You see at 25 years old, Napaporn Tongsalee was at the end of the line, ready to quit the professional tennis tour and come back to Bangkok with a reputation as a talented, but mentally weak, underachiever.

I know Napaporn Tongsalee and her story well. For when I was national coach of the Lawn Tennis Association of Thailand, Napaporn was on my national teams. Quickly, she became one of my favourite players. Her physical talent was more than obvious, but what was even more obvious was her inability to maintain her concentration and contain her emotions. The rumour among the tennis circles was that she was mentally weak. I never believed that. For if she was mentally weak, she would have quit tennis long ago before last week's amazing triumph.

Coaching Napaporn Tongsalee became an emotional roller coaster. Often she would cruise through the first set of a match, displaying brilliant tennis with a fierce competitive determination that left us staring in wonder. But, I soon learned that with Napaporn, nothing was ever certain until the last point of the match was over. And more often than not, I had the unpleasant job of consoling a heartbroken and disappointed player who had given her best, but stumbled yet again at the finish line.

Napaporn is not unique in the world of individual sports. She is just one of many athletes that are tagged at an early age with the label of being talented. As if that was all that was needed for instant success. When Napaporn competed, one thing was certain, she was not only competing against her opponent, but she was waging a far greater battle against an army of inner-demons.

As the years went by and the losses piled up, Napaporn not only saw her professional and national ranking drop, but the exodus of several coaches and being relegated to doubles duty on the Fed Cup team. The excuses varied, but the main reason was, few if any thought Napaporn would ever lift her arms in victory on the professional tour. And until Sunday, neither did Napaporn.

Napaporn had another obstacle _ money. Unlike most players on the pro-circuit, she was not borne into wealth. In fact, if not for the help of a private sponsor, she could not afford to travel at all. Now that sponsor was having doubts about continued support.

Four years have passed since I last coached Napaporn. Still, we have remained in close contact over the years, and as recently as two weeks ago, I got this email from her:

Hi Coach,

I am in Korea. Lost first round. ----! I want to quit! I don't know how to explain my tennis. I feel so down, I am 25 years old and if I cannot win a match in the small tournaments, how am I ever going to win in the big tournaments? Why do I have to feel so sad every time I play?

I am alone now, nobody believes in me anymore. I don't know how much longer I can take this.

Bye, Robbee (Napaporn).

What was my advice to Napaporn then?

Very simple, it is not important whether others believe in her anymore.

All that is missing is for her to somehow, some way, believe in herself again.

And never quit.

Now that she has her first champions trophy on the professional tour, she will not have to doubt herself any longer. And neither will the rest of us.

Ganda Putri Masuk Final

Jakarta, 23 Maret 2008. Gagal di tunggal, petenis tuan rumah masih berbicara di ganda khususnya putri. Pasangan Nadya Syarifah/Tria Rizki Amalia keduanya asal Cianjur menembus final ganda Jubilee School 14 U Asian Championship setelah memenangi partai tunda melawan unggulan keempat, Korsel, Choi Ji Hee/Kim Jae Yeon dengan skor 1-6, 6-1, 6-1. Di final pasangan yang tidak diunggulkan ini akan menghadapi unggulan kedua asal India, Vaidehi Bhagwat/Prarthana Thombre, yang sebelumnya mengatasi pasangan Thailand, Khwanthiti Banthao/Venna Doungkeaw, 6-4, 6-4.

Selangkah lagi pasangan petenis asal Cianjur yang terpilih dari seleknas untuk mewakili Indonesia ini akan menjadi juara. Namun para petenis menyadari untuk merebut juara ganda mereka harus kerja keras melawan pasangan India tersebut.

“ Kami akan habis-habisan untuk merebut juara. Kalau perlu sampai titik darah penghabisan,” tandas Nadya Syarifah.

“Peluang kita terbuka untuk menjuarai ganda. Kami akan berusaha maksimal, karena jika juara kami akan dapat 100 poin, jadi masing-masing 50 poin,” ujar Tria Rizki Amalia.

Sementara itu gelar ganda putera direbut pasangan gado-gado, Jeong Yong Joo/Ramanathan Kamkumar (Korsel/India) setelah menghentikan pasangan Hong Kong, Yau Lom Fung/Lam Siu Fai, 6-2, 7-5.

Final tunggal putera dan puteri akan digelar hari Senin besok di lapangan utama Pusat Tenis Kemayoran mulai pukul 09.00 WIB. Tunggal putera akan mempertemukan petenis India , Digvijay Singh vs Ronit Bisht. Sedangkan di tunggal puteri petenis India kembali maju ke final, Natsha Palha melawan petenis Thailand Venna Doungkeaw. Final tunggal puteri ini adalah final ideal, karena mempertemukan unggulan pertama dan kedua.

Nasib petenis putera Indonesia akan berebut tempat 7-8, antara Wisnu Adi Nugroho dan Gavin Pranata. Sedangkan tunggal puteri memiliki peluang lebih baik. Nadya Syarifah akan berebut posisi ke 5-6 dengan Budsarin Raktaengnam (Thailand), Voni Darlina vs Adelle Boey (Malaysia) untuk berebut tempat 7-8, dan Tria Rizki vs Catherin IP (Hong Kong) berebut posisi ke 9-10.

Turnamen ini akan berjalan dalam dua putaran sehingga masih ada kesempatan petenis tuan rumah memperbaiki peringkatnya di putaran kedua. Yang berhasil menduduki 4 besar nantinya akan dikirim ke Eropa mewakilizona Asia Oceania selama 5 minggu dengan beaya dari ITF.
Petenis tuan rumah yang hanya mencapai babak kuarter final adalah Nadya Syarifah (Cianjur) dan Voni Darlina (DKI) untuk putri, sedangkan putra Wisnu Adi Nugroho (Tegal) dan Gavin Pranata (Jember). Hanya gagal ke semifinal dikalahkan lawan lawannya.

Sabtu, 22 Maret 2008

Adu Mulut Pelatih dan Orangtua

Jakarta, 23 Maret 2008. Makan pagi di Café Coleman Hotel Menara Peninsul, AFR menerima keluhan datang dari pelatih tim Indonesia Damrah S Pd di turnamen Jubile School 14 UAsian Tennis Champs 2008. Damrah menyampaikan kalau kemarin sempat ribut dengan ayah dari salah satu anggota tim Indonesia, Dina Karina. Kejadiannya di Pusat Tenis Kemayoran.
Pertanyaan pertama datang dari ayah dari Dina Karina yaitu permasalahan anaknya tidak diperkenankan pulang. Alasan Damrah saat itu adalah karena satu tim datang sama sama dan pulang sama sama sedangkan saat itu salah satu petenis Indonesia sedang bertanding yaitu Nadya Syarifah kemudian disusul dengan Voni Darlina. Memang kemarin Dina Karina minta pulang duluan karena alasan sakit tetapi tidak diperkenankan oleh pelatih tim Indonesia. Sebagai pelatih kalau sakit biarkanlah pelatih yang mengatasi, bukan dengan cara mengatasi sendiri.
Kemudian pertanyaan berikutnya mengenai perhatian pelatih pilih pilih pemain, kenapa Nadya yang diperhatikan. Adapun Damrah melihat skala prioritas saat itu ada 2 petenis Indonesia masih berjuang untuk lolos ke semifinal, jadi sebagai anggota tim harus kompak dan saling mendukung satu sama lain. Muncul pula pertanyaan soal kupon makan Dina Karina yang ditahan Damrah. Dalam hal ini Damrah mengatakan kalau kupon ditangannya itu permintaan Dina Karina sendiri yang tidak mau memegang kupon kuatir hilang, sedangkan Damrah dituduh dicari tidak berada ditempat padahal dari pagi Damrah tetap di Pusat Tenis Kemayoran. Adu argumentasi keduanya membuat ego masing masing lebih menonjol.
“ Saya hanya bertanya !.” ujar ayah dari Dina Karina. “Justru pertanyaan Bapak yang membuat saya tersinggung.” kilah Damrah kembali yang sedang konsentrasi membawa 5 putra dan 5 putri yang dipercayakan masuk timnya. Damrah sendiri menyayangkan tuerut campurnya orangtua, yang sangat mementingkan kepentingan putranya dibandingkan tim keseluruhan.

Agak aneh juga masalah Dina Karina ingin dipaksakan agar masuk unggulan, sedangkan posisi Dina Krina dalam seleknas adalah nomer 3, untuk posisi 1 dan 2 adalah Nadya Syarifah dan Tria Rizki Amalia. Di turnamen Jubilee School 14 U Asian Tennis Champs 2008 kedua petenis tersebut tidak jadi unggulan. Itu keluhan yang disampaikan Damrah.

Ikut campournya orangtua ataupun pelatih yang sangat menyayangi putra dan putrinya, tanpa disadari jika terlalu berlebihan akan membuat hambatan kemajuan prestasi petenis yunior. Demikian pula di Jubilee School 14 U Asian Tennis Champs 2008, pelatih Ardi Rivali mengikuti pertandingan Nadya Syarifah seringkali terjun langsung memberi masukan ke atlitnya tanpa melalui pelatih tim yang ditunjuk PP Pelti. Sepatutnya minta ijin ke pelatih resmi tim Indonesia atausaling kerjasama.

Inilah tenis Indonesia, dimana masing masing pihak tidak menyadari posisinya disetiap turnamen. Padahal status mereka hanyalah penonton. Seharusnya menjadi penonton yang baik.
Kerjasama sebenarnya unsur penting demi penongkatan prestasi petenis Indonesia.

Petenis Tuan Rumah Tumbang

Jakarta, 22 Maret 2008. Pupus sudah harapan tuan rumah setelah keempat wakilnya di nomor tunggal putra dan putri pada putaran I Jubilee School 14 Under Asian Tennis Championship 2008. Memang belum menutup peluang pemain Indonesia untuk meraih tiket ke Eropa. Namun dibutuhkan perjuang lebih berat untuk mewujudkan peluang itu pada putaran II yang akan berlangsung mulai pekan depan. Demikian dikemukakan pendamping pemain Indonesia pada kejuaraan tingkat Asia itu, Damrah SPd ketika ditemui usai menyaksiksan perjuangan petenis tuan rumah di lapangan Pusat Tenis Kemayoran, Jakarta, hari ini.Pelatih asal Padang, Sumatera Barat itu menjelaskan, empat pemain (dua putra dan dua putri) Indonesia yang lolos sampai kuarterfinal masing-masing mendapat nilai 90 dari tunggal. Keempat pemain itu adalah Wisnu Adi Nugroho, Gavin Pranata, Nadya Syarifah dan Voni Darlina. Langkah Wisnu dihentikan oleh unggulan empat Siu Fai Kel Lam (Hong Kong) 5-7, 1-6. Sedangkan Gavin gagal menghadang unggulan tiga, Ronit Bish (India) setelah takluk 0-6, 0-6. Pada bagian putri, Nadya lewat pertarungan tiga set harus mengakui ketangguhan unggulan empat, Prarthai Thombre (India) 2-6, 7-5, 2-6. Voni menyerah 4-6, 3-6 di tangan unggulan dua Veena Doungkeaw (Thailand).
“Dengan pencapaian hanya sampai kuarterfinal maka peluang untuk masuk peringkat empat dan meraih tiket ke Eropa cukup berat. Pada putaran kedua nanti mereka harus mampu meraih hasil yang lebih baik sambil berharap semifinalis putaran satu sudah disisihkan lawan-lawannya di babak awal,” ujar Damrah. Dia menjelaskan, kemampuan para pemain Indonesia memang kalah dibandingkan lawan-lawannya dari luar negeri. Terutama dalam masalah fisik, kecepatan, konsistensi, dan akurasi. “Mental tanding dan juara para pemain luar juga tinggi. Sedangkan soal teknis kita sudah sama dengan mereka,” kata ayah dari petenis junior berbakat Dwi Rahayu Pitri yang kini menempati peringkat dua nasional usia 16 tahun.
Ke depan, tuturnya, para pemain Indonesia perlu disiapkan fisiknya untuk meningkatkan mobilitas, power dan kelincahan. Perlu juga diperhatikan masalah mental menyangkut konsentrasi di lapangan dan juga untuk menjaga agar jangan terlalu percaya diri. “Konsentrasi para pemain kita gampang pecah saat bermain. Perubahan sedikit saja pada suasana membuat mereka juga ikut berubah. Kemudian ada juga pemain yang tampil terlalu percaya diri sehingga maunya langsung membunuh lawan tanpa melihat posisi yang belum bagus,” tegasnya. Empat pemain Indonesia yang takluk di perempatfinal kemarin membuat mereka berpeluang untuk memperebutkan posisi lima dalam kelompok delapan besar. Wisnu akan menghadapi Abduvoris Saitmukhamel (Uzbekistan) dan Gavin melawan Ramanatha Ramkumar (India). Sedangkan Nadya harus bertemu Voni.

Voni Darlina diset pertama sempat unggul 3-2, kemudian 4-2, tetapi akhirnya angka 4 angka terakhir diset pertama
AFR melihat cara bertanding Nadya Syarifah dan Voni Darlina masih banyak kekurangannya. Movement masih lamban, begitu juga servis Nadia sangat lemah dan memudahkan lawan membunuhnya. Servis Voni lebih baik dibandingkan Nadya. Ini membutuhkan waktu untuk membenahinya. Keduanya gerakan kaki masih lambat.

Jumat, 21 Maret 2008

2 Putra dan 2 Putri Indonesia ke Kuarter final


Jakarta ,21 Maret 2008 – Dua petenis putera Indonesia, Wisnu Adi Nugroho (Tegal ) dan Gavin Prananta (Jember) membuat kejutan dengan melibas petenis unggulan di turnamen Jubilee School 14 U Asian Championships. Demikian pula 2 putri Indonesia mengikuti rekannya masuk ke kuarter final yaitu Voni Darlina (DKI) dan Nadya Dyarifa (Cianjur).
Partai berat dilalui petenis terbaik putera, Wisnu Adi Nugroho saat menghadapi unggulan kelima, Park Sung Jun dari Korsel. Set pertama berlalu dengan kemenangan lawannya dengan skor 6-3. Namun dua set berikutnya Wisnu balik menguasai permainan dan memaksa lawannya menyerah 6-3, 6-3.
“Set pertama saya masih nervous dan banyak melakukan kesalahan sendiri. Jadi dialah yang menguasai permainan. Pada set kedua, saya mencoba merubah gaya permainan dan balik menekan dengan servis voli. Ternyata upaya ini berhasil dan saya bisa menguasai permainan,” kata Wisnu.
Pada set ketiga sempat terjadi saling kejar hingga kedudukan 3-3. Setelah menghentikan servis lawan, Wisnu tambah percaya diri dengan mencoba berani bermain di dekat net. Akumulasi servis keras dan voli yang terarah dari Wisnu membuat lawannya tak mampu mengejar bola dari Wisnu.
Di perempatfinal petenis yang masih sekolah di SMP Ragunan ini menghadapi Lam Siu Fai. Petenis Hong Kong unggulan keempat ini sebelumnya mengalahkan Nishioka Yoshihito (Jepang), 6-3, 6-2.
“Saya tidak mau mikirin target sampai di mana, yang penting saya bisa main sebagus mungkin dan memenangkan pertandingan,” aku Wisnu.
Lain halnya dengan Gavin Prananta. Petenis asal Jember ini memiliki target paling tidak semifinal. “Setelah menang di semifinal baru nanti targetin ke final,” katanya usai menumbangkan unggulan kedelapan, Mohd Asri Merzuki dengan skor 6-1, 6-4. Di babak delapan besar Gavin akan menghadapi unggulan ketiga, Ronit Bisht (India), yang sebelumnya mengalahkan Reda Muhamad (Kuwait), 6-1, 6-0.

Unggulan keenam Koki Takada juga lolos ke delapan besar menghadapi Ramkumar Ramanathan (India), sementara unggulan pertama Digvijay Singh akan menghadapi tantangan Abduvoris Saitmukhamed.
Peteis putri asal DKI Voni Darlina berhasil kalahkan petenis China Hongkong Katherin IP 61 62, disaksikan oleh AFR maupun pelatih Hongkong asal Australia Chris disisi belakang lapangan.


“Saya berbekal PeDe aja menghadapi pertandingan hari ini. Lawan saya cukup bagus, tetapi besok akan lebih berat di perempatfinal,” kata Voni Darlina setelah mengatasi Katherin.

Di babak perempatfinal, Voni akan menghadapi unggulan kedua Veena Doungkeaw dari Thailand, yang sebelumnya mengalahkan Diyora Saidmukhamedova (Uzbekistan), 6-1, 6-2.

“Saya harus mewaspadai forehandnya. Karena pukulan dia memang keras dan bagus. Di turnamen ini saya menargetkan ke semifinal. Syukur-syukur bisa lolos,” katanya.

Sejalan dengan Voni, petenis Indonesia lainnya Nadya Syarifah juga melaju. Unggulan ketujuh ini ke babak perempatfinal dengan perjuangan keras tiga set saat menghadapi Theiviya Selvarajo (Malaysia) dengan skor 4-6, 6-0, 6-3. Selanjutnya dia akan menghadapi unggulan keempat P. Thombre (IND), yang mengatasi Dina Karina 6-4, 6-2.

Nasib Tria Rizky Amalia juga sama dengan Dina, karena harus terhenti di enam belas besar setelah menyerah kepada unggulan kelima, Nigina Abduraimova (Uzbekistan), 4-6, 6-2, 2-6.
Turnamen tenis internasional Jubilee School 14 U Asian Tennis Champs 2008 berlangsung dari 17-30 Maret 2008 diPusat Tenis Kemayoran.

Mengenal Tabloid Tennis

Tabloid Tennis merupakan satu satunya tabloid khusus meliput tenis di Indonesia. Diawal penerbitan AFR tidak mengetahui adanya Tabloid ini dan disaat penerbitan pertama sempat membaca. Didepan wartawan Suara Karya Gungde Ariwangsa ( ternyata salah satu pioneer berdirinya Tabloid Tennis), Amin Pujanto, AFR sempat bertanya siapa gerangan pendiri ataupun penerbitnya. Mereka berdiam diri belum beritahukan siapa siapa saja seolah olah biarkan AFR menebaknya sendiri. Ada nama Abor Widjaja, Wana Ambara SH, yang sangat asing ditelinga pertenisan nasional.

Timbul pertanyaan saat itu apakah Abor Widjaja masih ada hubungan famili dengan martina Widjaja. AFR telesuri tidak ada nama Abor Widjaja dikalangan keluarga Johnny Widjaja (suami dari Martina Widjaja).
Begitu ketahuan siapa siapa nama sebenarnya, barulah Gungde tertawa didepan AFR. Pendiri Tabten ternyata dari wartawan yang sering meliput tenis selama ini yaitu Gungde Ariwangsa, Amin Pujanto, Agus dan Yulia S
Tabloid Tennis (Tabten) sangat dibutuhkan sekali sebagai media informasi pertenisan di Indonesia. Ini saat yang tepat disaat tenis mulai bergerak terutama didaerah daerah sesuai dengan program PB Pelti yang lebih mengoptimalkan potensi daerah, keberadaan Tabten sangatlah dibutuhkan sekali. AFR langsung memberikan juga peran sertanya dengan memberikan program program PB Pelti agar dikenal semua pihak. Begitu juga hasil hasil pertandingan Persami Piala Ferry Raturandang yang secara rutin dilaksanakan di Jakarta maupun Bandung, merupakan informasi yang sangat diperlukan dan dibanggakan sekali bagi petenis yunior.

Dalam perjalanannya dengan management seadanya, Tabten bisa berkembang dengan nafas yang hampir putus. Kenapa dikatakan hampir putus, karena suatu saat memasuki tahun keempat, Tabten hampir kolaps. Hal ini disampaikan salah satu pendiri Gungde Ariwangsa kepada AFR. Katanya sudah sepakat mau tutup sebagai shock therapy karena kerjasama dari pendiri pendiri masih belum sesuai dengan komitmennya. Masih jalan sendiri sendiri.
Tapi karena melihat kebutuhan masyarakat akan informasi tennis di Tanah Air, saat itu juga AFR sampaikan pesan agar jalan terus dengan memperbaiki management yang ada.
Harus dimaklumi pendirinya adalah wartawan wartawan yang biasanya mengejar berita sudah harus mengatur management. Tidak ganmpang. AFR sangat menyayangkan jika Tabten sampai bubar. Tapi untungnya masing masing pihak bisa menahan diri walaupun belum mendapatkan keuntungan. Ini yang patut dibanggakan sekali.
Kuncinya bagaimana mencari sponsor untuk memasang iklan. AFR sempat kecewa disuatu saat, dimana waktu itu diminta membantu berikan rekomendasi ke sponsor. Dan sudah berikan contact person beberapa perusahaan yang biasanya sebagai sponsor turnamen tennis.
Setelah beberapa bulan, melihat disalah satu ilan sudah bisa mendapatkan iklan dari perusahaan tersebut. AFR langsung berikan selamat kepada manajer iklan Tabten. Hanya berikan selamat dengan tidak bermaksud apa apapun. Tetapi apa yang terjadi, justru membuat AFR kaget sekali. “ Oh, ini bukan dari sponsor yang Om Ferry berikan. Ini dari salah satu pemain tennis meja Diana Wuisan.” ujarnya. Waduh yang dimaksud lain , kenapa jadi terbalik akhirnya.
Begitu juga setiap datang ke Tabten, ditawari kerjasama dengan Persami Piala Ferry Raurandang. Sebenarnya AFR suka membeli Tabten untuk dibagikan ke peserta Persami Piala Ferry Raturandang baik dilaksanakan di Bandung ataupun Jakarta. Ini sudah sering dilakukan. Tetapi anehnya akhir akhir ini disaat buat Persami Piala Ferry Raturandang di Senayan, disambut dengan kenapa tidak beritahu, sedangkan turnamen tersebut terjadi di depan kantor Tabten. Aneh, tidak bilang bilang. Ya begitulah anak muda yang menangani Tabten masih belum kenal dengan sifat AFR yang rada rada aneh. Hanya yang AFR sampaikan adalah yang muda harus lebih proaktip, tidak menunggu bola jika ingin majukan Tabten.

Memasuki Maret 2008, Tabten sudah berubah wajah dari Tabloid menjadi Majalah. Dan sudah ada keberanian menampilkan nama asli dari Wana Ambara SH menjadi Gungde Ariwangsa SH. Sebagai pemilik bisa memegang media lain, tapi kalau bekerja diperusahan lain tentunya tidak diperbolehkan. Memang ada beberapa layout yang harus diperbaiki dan mengikuti selera pasar, yang kadang kadang harus berani tampil lain. Bravo Tabten

Kamis, 20 Maret 2008

Gara2 Pallazzo Open , AFR Harus Minta Maaf

Berakhirnya masa kepengerusan PB Pelti periode 2002-2007 tentunya akan membuat makin ramainya pertenisan Indonesia dalam rangka pemilihan Ketua Umum PP Pelti periode 2007-2012. Ini suatu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri lagi, dan akan memberi kontribusi bagi pertenisan Indonesia. Untuk menarik insan tenis bisa dilakukan dengan black campaign yang tidak menguntungkan dan bukan lagi masanya. Tetapi justru dengan menambah aktivitas pertenisan justru akan menguntungkan bagi insan tenis keseluruhannya.

Tahun 2007 tenis bertambah kegiatannya dengan munculnya turnamen baru yaitu Pallazzo Open yang diprakasai oleh mantan Humas PB Pelti 1986-1990 Rildo Anwar yang sekarang telah menjadi Sekretaris Menteri Setneg RI. Yang mendaftarkan adalah mantan petenis nasional Donald Wailan Walalangi (DWW). Yang sudah dikenal dengan lagak dan gaya nya didepan AFR sangat tengil sekali, baik dalam ucapan maupun cara penyampaiannya yang selalu mendeskeditkan induk organisasi tenis atau PB Pelti dengan mengatakan pembinaan tidak jalan dan turnamen sangat kurang sekali. Memang kalau dimaksudkan turnamen untuk kelompok umum kurang tetapi turnamen kelompok yunior justru meningkat.
Sebagai praktisi olahraga yang sudah mengetahui maksud dan tujuan adakan turnamen yang berdalih untuk pembinaan tetapi sebenarnya bermaksud untuk kampanye menjelang Munas (Musyawarah Nasional) Pelti, AFR sudah bisa mendebak peran apa sebenarnya berada dibelakang ini.
Karena dengan angkuhnya DWW didepan AFR menyampaikan semua ini, saat itu juga AFR bereaksi dengan mengatakan tahun depan Turnamen ini tidak ada lagi. Ini sebenarnya mau kampanye Rildo Anwar menjadi Ketua Umum PP Pelti mendatang.
Pembicaraan AFR dengan DWW yang mengatakan Pallazzo Open tahun depan tidak adalagi sedangkan acara penutupan turnamen disebutkan Pallazzo Open akan berlangsung juga tahun 2008, telah sampai juga ke Martina Widjaja (MW) . Akhirnya MW menegur AFR untuk minta maaf ke Rildo Anwar seorang pejabat Negara yang tersinggung dengan ucapan AFR ke DWW.
Alasan AFR saat itu kalau ucapan itu bukan disampaikan kepada umum tetapi ke DWW, dengan menghadapi orang yang ucapannya ember maka penyampaiannya juga dengan cara ember
Dengan berat hati demi kepentingan PB Pelti saat itu , AFR yang sebagai Wakil Sekjen PB Pelti akhirnya kirim surat langsung ke Rildo Anwar untuk permintaan maaf.

Ditahun 2008 ternyata sampai dengan 1 Maret 2008 tidak tercatat kembali turnamen Palazzo Open. DWW sebagai pemakarsa turnamen tersebut ketika ditanya masalah ini justru banyak dalihnya. Mudah mudahan Pallazzo Open saat terakhir muncul kembali sehingga sesuai dengan komitmen awalnya. Ini sangat membantu tenis Indonesia.

Selasa, 18 Maret 2008

AFR Momok Panpel Bakrie

Februari 2008 AFR dikatakan penghambat Bakrie Challenger 2007. Itu informasi yang dikatakan oleh salah satu panitia Bakrie Challenger 2008, Tony Sangitan. Hal ini disampaikan oelh Tony Sangitan saat menjamu AFR bersama Johannes Susanto di restoran Satay Senayan di Kebayoran Baru disela sela turnamen CIGNA Open.. Saat menyaksikan Cigna Open, AFR ditilpon oleh Tony Sangitan, ingin bertemu AFR dan menjamu makan siang. Setelah disepakati waktu pertemuan, AFR langsung kontak Ketua Bidang Pertandingan PP Pelti Johannes Susanto. Karena pertemuan ini bukanlah pertenuan antar dua teman tetapi antara dua institusi. Pengalaman berhadapan dengan pihak panpel Bakrie Satellite Circuit membuat AFR agak hati hati.

AFR didepan Johannes Susanto katakan kalau memang tugas AFR untuk berkomunikasi dengan pihak luar negeri baik itu ITF. Suatu saat AFR terima telpon dari Martina Widjaja yang minta penjelasan kenapa Baklrie Challenger yang semula dijadwalkan Maret diundur ke April 2008 tanpa diberitahukan ke PP Pelti. Begitu terima pertanyaan ini AFR langsung hubungi Justedjo Tarik selaku Direktur Turnamen minta klarifikasi. Jawaban yang didapat, saling lempar tanggung jawab. Sebagai Direktur Turnamen dikatakan hanya lambing saja. Yang pegang peranan justru Tony Sangitan dan Januar Mangitung. Ini penjelasannya.

“Apa yang PP Pelti bisa berikan ke Panpel Bakrie.? “ ujar Tony Sangitan kepada Johannes Susantodan AFR. Dikatakan pula seharusnya PP Pelti beri bantuan bola kepada mereka sebagai peranan PP Pelti. Dikatakan pula pertanyaan ini juga ditanya oleh Aburizal kepadanya.
Ini memang aneh sekali menurut AFR. Dianggap PP Pelti tidak berperan sama sekali. Karena saat pertemuan tersebut sudah sepakat dengan Johannes Susanto untuk tidak berikan tanggapan, cukup mendengar saja apa maunya.

Dikatakan pula setiap berhubungan dengan PP Pelti selalu dihambat oleh AFR. Hal ini langsung dibantah dan dibenarkan oleh Johannes Susanto kalau AFR hanya menjalankan tugas diberikan PP Pelti. “ Jadi bukan kemauannnya sendiri sesuai aturan PP Pelti.” Kata Johannes Susanto. Menurut Tony Sangitan, kalau Januar Mangitung sangat marah sekali dengan AFR . “Justru saya yang harus marah sama dia.” ujar AFR

Peserta Turnamen Latihan Angklung

Jakarta, 18 Maret 2008. Peserta Jubilee School 14 U Asian tennis Champs 2008 yang berasal dari 17 negara disela sela latihan sejak 17-18 Maret 2008 diundang oleh pihak Jubilee School untuk latihan ANGKLUNG disekolh Jubilee yang letaknyadisamping lapangan tenis Kemayoran.
Kegembiraan diwajah atlit atlit cilik termasuk atlit tuan rumah membuat kegembiraan guru guru Jubilee School.

Hadir pula AFR untuk melihat sendiri cara latihan yang diberikan oleh Jubileee School. “Ini event sangat tepat, bukan hanya olahraga tenis diimbangi pula dengan kegiatan diluar tenis yaitu Angklung. Pelatih asal Philippine Matt Ferrer sendiri ikut bersama sama pelatih lainnya menyampaikan kegembiraannya dengan acara ini. “It’s good idea.” ujarnya kepada AFR.
Jubilee School yang ikut kerjasama dengan Yaporti dan PP Pelti sehingga terselenggara Jubilee School 14 U Asian Tennis Champs 2008 dari `17 – 30 Maret 2008 di Pusat tenis kemayoran Jakarta. Tuan rumah diberikan kemudahan dengan mengikutsertakan 5 putra dan 5 putri, sedangkan Negara lainnya hanya 3 putra dan 3 putri.

Sebelum dimulai salahsatu orangtua dari petenis Aldila Sutjiadi mengajukan permintaan tertulis ke PP Pelti untuk bisa berpartisipasi denganjatah wild card. Begitu juga orangtua dari Vanessa Gunawan. Kedua petenis putrid ini adalah siswi Jubilee School. Begitu juga dari pihak Jubilee School mengajukan permintaan untuk bisa ikuti oleh siswa Jubilee School melalui fasilitas wild card. AFR jelaskan kalau ini turnamen invitasi berbeda dengan single event ada istilah wild card. Hanya ditekankan kalau ada yang absent maka peluang ikut bisa. Ternyata sampai tanggal 18 Maret 2008 baru dapat kepastian ada 1 tempat yang bisa diberikan sehingga dapat diberikan kepada Aldila Sutjiadi yang mempunyai PNP -1 dikelompok 14 tahun. AFR langsung SMS ke pihak Jubilee School dan diterima dengan baik.

Kenapa Kubu Martina Tenang Tenang Saja ?

“Waduh, kenapa kubu Martina tenang tenang saja.” Pertanyaan kepada AFR oleh seorang rekan wartawan Gungde Ariwangsa . AFR hanya katakan kalau semua rekan rekan sudah siap lengser di Munas 2007. “Secara pribadi AFR lebih senang kalau Martina Widjaja (MW) tidak mencalonkan diri lagi. Karena sudah capek. Kalau gagal dicaci maki sedangkan kalau berhasil tidak dipuji. Tapi kalau memang tenis Indonesia masih menghendakimya AFR rela mendukungnya.” Itu jawaban AFR saat itu. Kaget juga tanggapan dari rekan wartawan ini ketika mendengar jawaban AFR. “Kalau orang dekat MW katakan demikian , mau diapain lagi.” Tanggapannya dengan lemas.

Masuk laporan ke AFR kalau kubu Aburizal Bakrie sudah mengantongi dukungan 20 Pengda. Saat itu AFR sangat yakin kalau laporan tersebut kurang akurat. Karena dilaporkan kalau berita ini didapat dari Januar Mangitung (JM) yang sangat ambisius mau jadi pengurus PB Pelti mendatang. Langsung AFR sampaikan kalau Anda seorang intelek , diberi contoh. Anda tidak kenal AFR kemudian AFR tilpon Anda didaerah, mengaku ngaku kalau orang dekat Aburizal Rizal (AR) seorang Menko, apakah Anda langsung percaya ? Jawabannya tidak. Nah, langsung minta dukungan, tentunya dijawab supaya senang , mau mendukung. “Betulkan !”
AFR yakin cara kerja JM yang kurang pengalaman berkomunikasi dalam organisasi olahraga.

Saat itu juga AFR berikan nama nama Pengda yang akan mendukung MW sebagai Ketua Umum PB Pelti medatang. Didapatnya 21 Pengda. Sedangkan Pengda ada 33. mana mungkin 20 bela AR sedangkan MW 21. Inilah masalahnya.

Terbukti sudah dugaan AFR terhadap cara kerja kubu AR khususnya JM. Tepatnya tanggal 23 November 2007 di lobi hotel kurang lebih sebelum pkl 12.00, AFR sedang duduk di lobi hotel Novotel bersama Albert Wuysang(AW) bersama rekan rekan dari Pengda Pelti, seperti Pengda Pelti Sumsel dan lainnya. Muncullah JM , tanpa basa basi bicara ke AFR dan AW yang juga angggota Panpel Munas Pelti 2007 saat itu sedang santai ngobrol dengan rekan rekan dari Pengda Pelti “ Bos, sudah siap mau datang hari Minggu (25 Nov) untuk paparkan Visi dan Misi. Surat pencalonan sudah saya bawa.” ujarnya. Langsung AFR selaku Wakil Ketua Panpel Munas menyambut dengan senang bahkan memberikan semangat agar lebih kenal dengan peserta munas 2007.
Tidak berapa lama kemuian ponsel JM berdering dalam bahasa Arab. “Dari stafnya Menko.”ujarnya didepan AFR, AW dan Pengda Pelti yang duduk bersama. Terdengar suaranya dengan mengatakan tidak perlu makan siang di Gubernuran, karena sudah perintahkan protocol Gubernuran mengatur makan siangnya Menko. Tidak lama kemudian JM langsung bicara minta dukungan kalau Menko mau makan siang sama sama peserta Munas. Langsung AFR menjawab, lebih baik begitu. Setelah itu pergilah JM .
“Siapa dia ?” pertanyaan datang dari Asnawi sekretaris Pengda Pelti Sumsel. Langsung diberitahu kalau dia itu JM, orang kepercayaan AR. “ Oh dia itu yang tilpon saya, minta dukungan untuk AR. Ya saya bilang tunggu dulu.” ujar Asnawi. Begitu juga rekan lainnya mengatakan hal yang sama. Terbukti sudah kalau komunikasi yang dilakukan JM selama ini dengan tilpon dengan orang yang tak dikenal, bulan dengan cara bertemu langsung.

Begitu juga Ketua Pengda Jambi yang juga Rektor Universitas Jambi mengatakan ke AFR kalau dihubungi oleh orang yang tidak dikenalnya yaitu JM yang mengaku ngaku orang kepercayaan seorang Menko AR.

Malamnya di Rumah kediaman Gubernur Jambi dilakukan pembukaan Munas 2007 oleh Menegpora Adyaksa Dault dihadiri pula oleh Ketua Umum KONI – KOI Rita Subowo. Acara cukup meriah disamping dihibur oleh kesenian Jambi, oleh PB Pelti diserahkan penyerahan penghargaan kepada insane tenis. Aburizal Bakrie diberikan juga penghargaan yang malam itu diwakili oleh Januar Mangitung. Sedangkan AFR dengan pakaian resmi mewakili Maesa yang menerima penghargaan atas peranannya selama ini tetap konsis dipertenisan Indonesia
Ada yang aneh dalam penampilan Januar Mangitung malam itu, dimana datang dengan memakai sepatu olahraga (tenis) . Semua yang menerima penghargaan hadir dengan rapi dan elegan. Diko Moerdono saat itu juga menyeletuk cara penampilan Januar Mangitung malam itu dimatanya tidak cocok mewakili seorang Menteri atau Menko Ini merusak citra AR dimata utusan Pengda seluruh Indonesia yang hadir malam itu.
.

"Apakah Martina Masih Mau Jadi Ketua Umum ? "

“Apakah Martina Masih mau jadi Ketua Umum PB Pelti.?” Ini pertanyaan dari Sekretaris Pengda Pelti Sulawesi Utara Albert Wuysang (AW) yang juga duduk di komite organisasi PB Pelti (2002-2007) disampaikan setiap kali berkomunikasi pertilpon di tahun 2007. Karena jika Martina Widjaja (MW) sudah tidak mau, tidak perlu repot repot mempersiapkannya.
Suatu saat bulan Mei 2007 AW datang ke Jakarta, menanyakan hal yang sama ke AFR. Akhirnya dibawalah AW bersama Abor Wijaya (Cucak Rowo) wartawan Tabloid Tennis kekantor MW di Hotel Menara Peninsula.
Ketika bertemu MW, pertanyaan itu langsung dilemparkan ke MW. Ternyata MW sendiri merespons saat itu minta disiapkan tim sukses seperti di Makassar. Setelah itu pertemuan bertiga mulai berlangsung. AFR minta AW selaku pimpinan tim sukses seperti Munas 2002 di Makassar dengan dibawah koordinasi AFR, untuk membuat rencana kerja di Jakarta ataupun rencana ke daerah daerah. Sedangkan Abor diminta AFR agar buat rencana ke daerah daerah juga. Masalah beaya akan diatur oleh AFR dengan MW, asalkan programnya jelas.
AFR langsung siapkan program turnamen tenis yunior untuk menampung aspirasi petenis yunior di Tanah Air. Dibuatlah program Kejurnas seri 1-4 dan seri Masters 2007. Kontak salah satu klub di Palembang (Moersidi TC) untuk kesediaannya menjadi pelaksana salah satu seri kejurnas Yunior.

Tiba tiba bulan Agustus muncullah desakan ke MW untuk tidak mencalonkan diri sebagai Ketua Umum PB Pelti di Munas Pelti bulan Nopember 2007 di Jambi Desakan muncul menurut Sekjen PB Pelti Soebronto Laras sudah berasal dari keluarga MW sendiri akibat sungkan karena sudah kenal baik keluarga Aburizal Bakrie (AB). Memang hubungan keluarga Johnny Widjaja dan Aburizal Bakrie cukup baik.

Suatu saat MW bermain tenis dirumahnya, muncullah Januar Magitung (JM) ketempat latihan tersebut. Entah apa yang terjadi, seperti yang disampaikan MW didepan rapat pengurus, MW minta agar AB sendiri yang sampaikan keinginannya ke MW bukan melalui JM.
Diko Moerdono rekan pengurus menyayangkan JM datang ketemu MW. Hal ini disampaikan kepada AFR. Karena bukan levelnya untuk menyampaikan ke MW. “Ini fatal sekali JM datang ke MW.” komentar Diko Moerdono.

Saat itu seluruh Pengurus Harian Pelti sudah merelakan tidak jadinya Martina Widjaja (MW) sebagai Ketua Umum PB Pelti mendatang dan digantikan oleh Aburizal Bakrie (AB), karena rumors diluar Pelti sudah banyak permintaan datangnya dari mantan mantan petenis nasional ataupun mantan pelatih nasional agar MW diganti saja dengan AB. Hanya kesan AFR saat itu kalau keinginan menjadi Ketua Umum PB Pelti bukanlah murni datangnya dari pribadi AB tetapi datangnya dari mantan mantan petenis nasional maupun mantan pelatih nasional yang tidak berinter aksi dalam pertenisan nasional .
Sehingga tim sukses yang direncanakan oleh AW,AFR melempem, suasana ataupun semangat dari tim sukses ini ikut melempem.

Dalam rapat Pengurus Harian sempat Sekjen PB Pelti Soebronto Laras (SL) minta agar MW tidak mencalonkan kembali jadi Ketua Umum PB Pelti mendatang. Disini sempat MW menolak karena masih ingin terus karena merasa banyak keinginannya belum berhasil terutama di tim nasional.
Saat bermain tenis hari Minggu bulan Agustus 2007 dalam rangka HUT MW, datanglah AB untuk bermain tenis. Diko Moerdono bertanya langsung ke AB didepan AFR maupun rekanlainnya, tentang kebenarannya mau maju menjadi Ketua Umum PB Pelti. Jawabannya memang benar mau tetapi masih ada kata kata seperti, asal dipilih oleh peserta Munas. AFR hanya melihat reaksi mimik dari MW saat AB menyatakan kesediaannya..
Diluar sempat disebutkan kalau AB tidak mau diadu tetapi maunya aklamasi. Disini AFR melihat peluang bagi daerah untuk menolaknya. Karena era saat ini tidak lagi ada cara cara lama seperti aklamasi. Calon calon harus bersedia membuat presentasi Visi dan Misi didepan peserta Munas 2007.